Remi Andreas, seorang dosen 28 tahun yang sangat tergila-gila dengan Jelita Harun, mahasiswi tingkat akhir yang merupakan adik dari sahabatnya, Jerico.
Sudah lima tahun lamanya, Remi si diktaktor dan keras kepala mengejar-ngejar cinta Jelita. Bagi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jelita membaca pesan yang beberapa saat lalu dikirimkan oleh Remi. Gadis itu yang tangannya berselimut tepung karena sebelumnya menguleni adonan kue pun langsung berlari ke arah wastafel untuk mencuci tangan.
“Kenapa, sih, Ta? Bikin kaget aja tiba-tiba lari.“
Tindakannya itu mengundang perhatian Naomi, sahabatnya yang tengah menghias kue tart buatan mereka. Keduanya, sejak pulang kuliah tadi berkecimpung di dapur rumah Jelita untuk membuat kue ulang tahun Jerico yang katanya pulang malam nanti.
“Bentaran, lo lanjutin aja ngehiasnya yang bagus. Persis kayak gambar yang gue kirim pokoknya,” balas Jelita menginterupsi Naomi. Selanjutnya, gadis itu kembali mengambil ponselnya yang dia letakkan di atas meja.
Jari-jari tangannya menari di atas keypad, mengetikkan balasan pesan untuk Remi. Bukan, bukan demi Remi dia seantusias itu untuk membalas. Namun, karena Renata yang katanya kepleset, Jelita khawatir dan ingin tahu keadaan wanita yang sudah dia anggap seperti Mamanya sendiri itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Anjir, ini Remi yang gue kenal, kan, Ta? Pak Remi?“
Keasyikan Jelita yang tengah bertukar pesan dengan Remi harus berakhir ketika tiba-tiba Naomi yang ternyata sejak tadi berdiri di sampingnya berceletuk. Jelita terkejut dan langsung menjauhkan ponselnya. Walaupun percuma, karena nyatanya Naomi sudah melihat percakapan Jelita sejak tadi.
“Hah? Remi siapa? Orang gue chatting-an sama Kak Jeri,” kilah Jelita menggeleng keras.
“Bohong! Orang gue udah lihat semuanya. Kok kalian bisa akrab banget? Kenapa manggilnya sweetie? Ken—”
“Pelan-pelan, Naomi! Gue nggak ada hubungan apapun sama Kak Remi!“ sela Jelita cepat membuat ucapan Naomi terpotong.
Naomi menatap Jelita penuh selidik, dia semakin yakin dengan asumsinya. “Jadi bener, Kak itu itu Pak Remi dosen killer kita di kampus?“ tanyanya tak percaya.
Tak memiliki pilihan lain, akhirnya Jelita mengangguk dengan wajah pasrah. Dia tak lagi memiliki celah untuk menutupi perihal Remi dari Naomi yang sudah menangkap basah dirinya bertukar pesan dengan pria gila itu.
