cuma fiksi, jangan dibawa ke dunia nyata.
harap bijak dalam membaca, tidak ada satupun unsur untuk menjatuhkan suatu individu atau kelompok manapun.be smart readers.
Mark Lee [35 tahun]
Jeno [19 tahun]
Hayoung [41 tahun]
minal aidzin walfaidzin semua yang lebaran hari jumat maupun sabtu dari gue tim lebaran hari sabtu wkkw.
step father 2 | Nomark
banyak orang berlalu lalang, sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing, tampaknya setiap sudut rumah bisa di temukan beragam jenis manusia yang tengah melakukan tugas mereka, tidak ada celah sepi ruangan di dalam rumah ini, karna semuanya diisi oleh para manusia.
tak heran sebenarnya, karna hari ini adalah hari yang amat di tunggu tunggu bagi sepasang sejoli yang akan saling mengikat janji suci satu sama lain, di hadapan saksi dan tuhan.
pasangan calon pengantin itu kini tengah bersiap siap, dengan ruang terpisah.
"kau cantik sekali hari ini, aku tidak sabar untuk melihat dirimu kembali berjanji diatas altar" seorang wanita paruh baya menghampiri perempuan cantik ber dress putih tulang yang menawan, tengah duduk menghadap cermin untuk mempertontonkan paras eloknya setelah di rias.
perempuan itu mengulas senyum tipis, menoleh dan meraih punggung tangan ringkih milik ibunya.
"doakan pernikahan ini lancar tanpa hambatan, ibu"
"tentu saja sayang" tanpa di pinta pun seorang ibu pasti akan mendoakan yang terbaik untuk anak nya.
seorang gadis remaja, membuka pintu ruangan, gadis itu muncul dengan senyum merekah "bibi lebih cepat, acara sudah akan di mulai. setelah berdandan keluarlah!" ujarnya, lalu dia pergi begitu saja.
"ah dengar, kau sudah selesai kan? mari keluar" wanita paruh baya itu, memegang telapak tangan putrinya yang terasa dingin, pasti dia sedang gugup, itu hal wajar.
perempuan itu kini berjalan bukan hanya di iringi oleh sang Ibu, melainkan melingkarkan tangannya pada lengan sang Ayah yang mengantarkan ia, sampai ke Altar.
diatas sana, seorang lelaki tampan yang terbalut dalam jas hitam dan dasi kupu kupu, berdiri di hadapan pastur, sembari menunggu pengantin wanitanya, yang kini tengah berjalan bersama sang Ayah, untuk memasangkan ia dengan putrinya, mengikat janji suci pernikahan dihadapan banyak tamu, dan kepada tuhan.
kini perempuan itu di lepas oleh sang Ayah, untuk pergi dan menerima sambutan uluran tangan pengantin pria yang kini menggengam erat tangannya.
kedua orangtuanya tersenyum ketika ia menoleh, sudah saatnya, pengucapan janji suci, pastur telah bersiap, dan semua tamu pun menunggu inti dari acara sakral ini.
keheningan melenda, sesaat setelah keduanya usai dan lancar mengucapkan janji, riuh tepuk tangan, dan tatapan terharu di tunjukkan, hari yang menyenangkan sekaligus mengharukan, kini Hayoung resmi menyandang gelar Lee, dan ia resmi bergabung menjadi salah satu anggota keluarga Lee.
sekarang Hayoung dan Mark, sudah sah menjadi pasangan suami istri, di mata hukum dan di hadapan tuhan, setelah kedua insan itu saling menyalurkan rasa pada kecupan manis yang tidak bisa di bilang singkat di depan semua orang, membuat suasana yang tadi hening kini di penuhi keriuhan apalagi setelah melempar buket bunga, semua tamu berdiri dan berebut untuk menggapainya.
Mark dan Hayoung, menoleh bersamaan melihat kericuhan itu, tidak ada satu pun yang memegang buket bunga tersebut, keduanya kebingungan diatas sana, yang lain pun heran.
melayang kemana bunga itu.
"kemana bunganya ya?" tanya Hayoung, Mark ikut mencari, matanya menelisik. tiba tiba seorang pemuda bangkit dan mengangkat sesuatu di tangannya, kini pemuda itu menjadi pusat perhatian, karena apa yang dia pegang adalah objek yang mereka cari.
Hayoung melebarkan matanya tidak percaya, dia melihat wajah datar sang putra yang meremat kesal buket di tangannya, kenapa bisa berada di tangan Jeno, padahal banyak orang berebutan di depan namun tidak ada yang berhasil mendapatkannya.
justru anak itu yang hanya duduk diam menonton pernikahan sang Ibu dengan malas, tiba tiba di singgahi sekumpulan bunga yang menjadi satu dan terjatuh di atas piring kuenya.
"astaga, Jeno" gumam Hayoung pelan.
Jeno membantingnya ke lantai, dan pergi. para tamu menatap pemuda itu dengan tatapan kesal, karena merusak bunga cantik itu.
kecewa akan kegagalan, semua yang ada disana kembali duduk ke tempat masing masing, sementara Hayoung. matanya tak lepas mengikuti kemana anak nya itu pergi.
Jeno memang tidak ingin ada disini, pemuda itu seharusnya tidak berada disini, pada awalnya Jeno sudah berniat, ketika sang Ibu menikah ia lebih memilih singgah ke rumah sang teman, namun Hayoung merayu putranya itu, tidak mungkinkan jika Jeno tidak datang, ini hari spesialnya. Hayoung hanya ingin putra tunggalnya itu menyaksikan juga.
untung saja Jeno mau, dan sekarang suasana hati Jeno pasti semakin buruk karena kejadian tadi.
"noona?" Mark menyentuh tangan Hayoung, menyadarkan wanita itu dari lamunannya.
"ada apa noona?" tanya Mark, kelihatan bingung ketika ia melihat sang Istri justru murung dan tampak khawatir, Hayoung menggelengkan kepalanya lalu mencoba untuk senyum, mencairkan suasana.
"tidak ada, Mark. aku baik baik saja"
Mark mengerenyit sebentar, lalu menganggukan kepala tidak ingin terlalu membahas jauh, takut hari sepesial ini hancur karena banyak sekali pikiran pikiran yang terus saja berputar di otaknya dan malah membebani begitu juga untuk Hayoung.
Step Father 2 | Nomark
KAMU SEDANG MEMBACA
step father | Nomark [NEW VERSION]
Fiksi Penggemarmenikah dengan Ibunya, namun nyatanya Mark lebih tertarik dengan putra kandung dari istrinya. welcome babe, siap untuk step Father new version ini? nomark agak agak nakal dan mature jeno dom mark sub