bagian awal

64 15 0
                                    

Happy reading readers...


Peperangan menjadi momok menakutkan bagi banyak orang. Kemanusiaan sudah tidak ada lagi, jika ingin tetap bertahan hidup maka lakukan satu hal yaitu membunuh atau jika tidak maka kitalah yang akan terbunuh.

Langit berkabut hari ini menjadi saksi kegelapan mata banyak orang, tidak perduli tua, muda, atau anak kecil. Semua itu tidak berlaku bagi mereka untuk saling bunuh membunuh.

“Argghhhhhhhh!”

“Aaaaaaa!”

“Tidaaaakkk!”

“Ayaaaahh!”

“Ibuuuu!”

“Anakkuuuu!”

Teriakan histeris begitu memilukan hati, siapapun yang mendengarnya akan merasakan hati mereka tersayat seribu sayatan bila dia memiliki hati. Jika tidak maka tidak perduli seberapa keras mereka berteriak, tidak ada gunanya bagi mereka merasakannya, malah rasa puas yang mereka rasakan.

Tapi ada satu pria muda yang merasa tidak nyaman dengan teriakan histeris mereka hingga ia berteriak setelah membunuh setumpuk orang dengan kedua tangannya sendiri tanpa bantuan senjata apapun itu dan saat ini ia duduk di atas mereka menatap bergelimpangan mayat di atas tanah yang dibunuh orang lain selain dia, “Aku tidak tahan lagi hidup seperti ini!”

“Hei, Wang Ping berisik sekali kamu, atau kau ingin ku bunuh juga!” Ada yang tidak terima melihat pria muda yang penuh lumuran darah di sekujur tubuhnya termasuk wajahnya sendiri. Bukan darahnya melainkan darah orang-orang yang ia bunuh.

Pria muda pemilik kedua manik mata hitam gelam itu menatap pria yang lebih tua darinya itu dengan sendu. “Kak, sampai kapan kita hidup seperti ini, aku lelah kak harus mendengar erangan kesakitan mereka. Aku lelah kak harus menurut perintah Jendral br*ngs*k itu! Aku ingin hidup tenang seperti manusia pada umumnya! Aku ingin hal itu kak ... ”

Setelah habis menusuk lawannya pria itu berjalan ke arah pria muda tersebut dengan langkah gontai. “Kau bilang apa tadi? Kamu kira kita itu mereka, kita ini hanya budaknya mereka, ingat dan sadarlah walaupun kita putranya!”

“Kenapa? Kata Ibu kita hidup atas kemauan kita sendiri bukan orang lain, kau selalu saja menuruti mereka. Aku akan pergi sekarang!”

Pria muda itu meloncat dari tumpukan mayat yang ia duduki dan berjalan ke arah pria yang dianggapnya kakaknya. “Camkan satu hal, aku bukan budaknya mereka, aku yah aku, jika kamu mengaku budaknya mereka itu terserah mu, ingat satu lagi, jangan kaitkan aku dengan segala yang kau perbuat. Sekarang aku tidak akan mengikuti mu lagi, awas saja bila kau kaitkan aku dengan mu,” tekannya di setiap katanya.

Setelah itu ia berlalu pergi menjauh dari hadapan pria tersebut tapi sebelumnya ia berteriak kembali, “Aku Wang Ping berjanji tidak akan membunuh orang lagi!”

Pria itu menghela nafas panjangnya. “Kamu kira aku menginginkan hidup seperti ini, aku juga menginginkan hidup bebas tanpa tekanan. Bila itu keputusan mu berbuat baik, tidak ada pilihan lain bagiku untuk tidak mendukung mu. Lakukanlah sesukamu, kau juga berhak hidup bebas.”

***

Ctarrr!

Cambuk ‘kan keras mengenai punggung seorang pria bernama Wang Niu pria muda yang merupakan kakak kandung dari Wang Ping sendiri, pria muda yang sebelumnya mengikuti peperangan dengannya.

“Aakhhh!”

Ia merintih kesakitan, tidak ada kata yang terlontar dari mulutnya meski terus menerus dipaksa pria yang mencambuknya dengan keras, dia ayahnya sendiri, Jendral besar yang memimpin jalannya peperangan besar ini — Wang Jingguo.

Sang Naga Penguasa DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang