🍁 senyuman terakhir_20

29 15 9
                                    

•••melihat ke atas untuk berharap, melihat ke bawah untuk bersyukur, melihat sekeliling untuk berbagi, jangan berfikir untuk sempurna, tapi. Berfikir lah untuk berguna•••

🦋🦋🦋

Selamat membaca 🙏

_________________

Operasi berjalan dengan lancar, saat ini Diandra sudah di rawat di ruang UGD karna keadaannya sangat menghawatirkan detak jantung yang sangat lemah,serta alat bantu pernafasan yang melekat pada hidungnya sebagai alat bantu.

Ya..pendonor ginjal untuk mama Lia atau mamanya Boby ialah Diandra Violetta Mahendra. Dalam hal ini tidak ada orang satu pun yang mengetahui kecuali para dokter yang bertugas. Bahkan Boby dan mama Lia pun tidak mengetahui siapa yang mendonorkan ginjalnya.

Di tempat yang sama tapi di ruangan yang berbeda sevtiano membuka matanya, melihat sekeliling ruangan dengan nuansa putih.

Tenggorokan nya terasa kering dan berusaha mengambil air yang sudah di sediakan di atas meja,namun apalah daya saat lengannya terasa nyeri saat dirinya menggerakkan lengannya.

'akkhhh' rintihnya saat rasa nyeri itu menjalar ke seluruh tubuhnya, seorang pria paruh baya yang awalnya tertidur pada sofa ruangan itu langsung terbangun.

Lalu bergegas menuju ke arah sevtiano dan membantunya "kenapa enggak bangunin papa!" Ujar Alexander atau di kenal dengan panggilan alex

Sevtiano langsung membuang wajahnya ke arah lain "bukan apa-apa," ketusnya

"Ngapain papa ke sini." Sarkasnya

Alex tertegun mendengar ucapan anaknya,lalu mendudukkan dirinya pada kursi kosong di sana "kenapa..?"

Lalu menatap lekat wajah sevtiano yang masih enggan menatap dirinya "apa papa enggak punya hak, untuk menjenguk anaknya yang sedang terbaring lemah di rumah sakit," ujarnya dengan memasang seulas senyuman.

Sevtiano tersenyum sinis "hak?anak?" Gumamnya, lalu menatap ke arah pria itu remeh "hak apa? Anda tidak punya hak apapun terhadap saya," ujarnya

lalu tertawa sinis mengubah posisinya dari baring menjadi duduk "dan anda bahas soal anak? Apa anda masih menganggap saya sebagai anak anda," tanya nya dengan menunjukkan dirinya sendiri

Lalu menaikkan sebelah alisnya "Saya pikir saya cuman anak pungut yang hidup atas dasar rasa kasihan dan iba dari orang yang sama sekali tidak saya kenal." Sarkasnya dengan menekan setiap kalimatnya.

'plak' satu tamparan mendarat pada wajah sevtiano.

Dengan posisi kepala yang menghadap ke samping sevtiano memejamkan matanya menahan rasa perih yang menggerogoti sebagian wajahnya yang seperti mati rasa akibat tamparan yang di layangkan oleh papanya.

"Maaf..papa enggak sengaja," sesalnya dengan mengepalkan kuat tangannya

"Kenapa? Anda masih mau menampar saya lagi, silahkan.. lakukan itu sampai anda puas," marahnya dengan mata yang berkaca-kaca menyabut selang infus dengan paksa dan itu membuat cairan merah mengalir dari lengannya.

Alex mencoba menghentikan kegilaan sevtiano tapi terlebih dulu di tepis kasar oleh sang anak. Lalu berdiri tegap di depan Alex "anda tidak perlu menghawatirkan saya," tekannya

Seorang wanita paruh baya baru saja datang dengan dan alangkah terkejutnya saat melihat tangan sevtiano yang sudah di lumuri oleh darah yang sudah berceceran pada lantai, lalu berlari menghampiri sevtiano menarik tangannya mencoba menghentikan darah yang terus mengalir tanpa henti.

SENYUMAN TERAKHIR (On-going_Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang