prolog

12 2 0
                                    

Happy reading♡

Matahari sudah mulai tenggelam, dua orang remaja itu masih sedang berada di luar rumah dalam perjalanan ingin pulang.

"Kamu mau langsung pulang, atau mau gimana dulu nih?"tanya Rafan menoleh kesamping.

Raya yang tadinya sedang asik memandangi jalanan, sontak menoleh kearah Rafan.

"Aku ke rumah kamu dulu, deh. Nanti aku bilang sama bunda di jemputnya dari rumah kamu aja lagi ya dan,"jawab gadis itu.

"Hm, yaudah aku beliin makanan sama minuman dulu ya. kamu tunggu di sini, jangan pergi kemana mana lagi ya!tunggu taksinya datang aku uda pesan!"pesan Rafan.

"Oke."

Tak berlangsung lama...
Setelah beberapa saat kemudian.
"Oh iya aku kan harus beli kuas sama cat air ya, untuk lanjutin lukisan aku yang di rumah. Cat yang di rumah kan udah pada habis,"

"aku beli cat dulu, deh. Dari pada harus nungguin Rafan dulu, kan jadi lama,"gadis itu melangkahkan kakinya ke jalan dan mulai bergerak menyebar jalan.

Bersamaan dengan itu sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju ke arah gadis itu.

"AAAAA....."
"RAYAA...."

Rafan yang baru saja keluar dari dalam toko dan melihat kejadian itu pun langsung berlari dengan secepatnya kearah Raya.

Dan dengan sekuat tenaga Rafan mendorong tubuh Raya ke pinggiran jalanan.

"BRUKKK!"
"RAFANN... hiks,"

Teriak gadis itu, ketika melihat sahabatnya terlentang kaku tidak berdaya dengan darah memenuhi seluruh tubuhnya dan sudah mengalir kemana-mana, bersamaan dengan itu juga banyak orang yang datang berlari ke arah mereka.

◕◕◕

Raya dan Tiara, ibunda dari Rafan, sedang duduk di kursi yang berada di koridor di rumah sakit itu. Isakan gadis itu tidak berhenti sejak Rafan melakukan operasi karena mengalami perdarahan di otaknya akibat benturan keras di kepalanya tadi.

Sedangkan Raya, gadis itu hanya mengalami sedikit patah tulang di bagian kakinya sebelah kanan. Selebihnya tidak ada luka yang serius dan gadis itu.

"Rafan nggak akan ninggalin kita kan bun?"tanya Raya yang  terhitung sudah ke lima kalinya.

Tiara tidak bisa menjawab pertanyaan dari Raya itu. Ia mengusap bahu Raya agar ia  kelihatan lebih tenang, tapi bukan berarti Tiara tidak cemas kepada Rafan, ia juga mengkhawatirkan keadaan putranya itu.

"Fan aku minta maaf. Karena kamu nolongin aku, sekarang kamu jadi kayak gini,"ucap Raya yang masih terisak pelan.

"Rafan nggak akan ninggalin kita. Dia pasti kuat,"kalimat itu Tiara lontarkan pada Raya dan... Pada dirinya sendiri.

◕◕◕

Raya dan Tiara menuju ruangan tempat Rafan dirawat. Tapi mata mereka melihat dokter yang baru saja keluar dari sana.

"Gimana keadaan anak saya dok?"

"Rafan, dia ... Koma."

Setelah itu keadaan dan  suasananya di sana mulai terbilang sangat hening.
Raya menggenggam tangan Tiara."aku mau liat Rafan, Bun."

Tiara dan Raya masuk ke dalam ruangan Rafan di rawat, yang pertama kali mereka lihat adalah Rafan yang sedang terbaring lemah dengan mata terpejam.

"Mama mohon jangan tinggalin kita Fan,"ucap Tiara penuh harap.

Tak lama kemudian Tiara merasa tubuh Rafan semakin lama semakin melemah saja, deru nafas yang tadinya tidak teratur kini perlahan hilang, bersamaan dengan itu mesin EKG berbunyi nyaring dan menampilkan garis lurus.

"RAFAN, BANGUN!!"

◕◕◕

Raya berjalan menuju ruangan tempat sahabatnya di rawat. Tapi ia sedikit heran melihat Tiara yang duduk di kursi yang ada di luar ruangan sendirian, wajah wanita itu begitu sebam.

"Bunda kenapa duduk di luar?"tanya Raya.

Tiara menggeleng pelan,"Rafan dia ..."

Melihat Tiara tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi, Raya menjadi sangat cemas, Raya mendekat ke arah pintu ruangan itu, dari kaca yang ada di pintu itu Raya bisa melihat dokter dan beberapa perawat lain yang sedang menangani  Rafan.

Raya kembali menghadap Tiara.
"Tante, Rafan kenapa?"

◕◕◕

Dengan harapan di hatinya, dokter terus berusaha untuk menyelamatkan Rafan. Bulir bulir keringat yang membasahi dahinya tak ia pedulikan.

Harapan itu hilang begitu saja saat mesin EKG tetap menampilkan garis lurus. Ia merasa gagal menjadi seorang dokter.

Dokter tersebut menarik panjang nafasnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri, ia menoleh kearah suster yang ada di sampingnya.

"Catat waktu kematiannya."

◕◕◕

Lanjut?

Nextt?

Byye.

Makasih buat yang uda baca cerita ini ❥

Jangan lupa buat vote coment dan follow akun aku ya.

Ig : pujirahayu_ver14
Tiktok : pujirahayu_ver14

LARENSYAH (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang