-Chapter 3

23 5 0
                                    

• Luka •
Gangga - Blue Jeans

—luka di 2018.

Setelah hari-hari bahagia bertemu dengan lelaki yang Amarra tunggu selama ini, rasanya Amarra tak ingin mengakhiri setiap percakapan yang tak pernah singkat bersamanya. Selalu ada perbincangan yang membuat Amarra nyaman. Selalu ada kata-kata manis yang mampu membuat Amarra semakin meyakini lelakinya itu.

Namun itu semua dipaksa harus berakhir sementara. Arkara harus pergi untuk mengejar mimpinya selama ini. Seperti yang Amarra tau, Arkara harus berangkat menuju tempat nya menjalani pendidikan Polri. Berat rasanya bagi Amarra. Meskipun Amarra tau posisinya bukanlah siapa-siapa bagi Arkara. Namun Amarra yakin, setiap usaha yang telah ia berikan untuk Arkara pasti akan mendapatkan feedback yang sama.

Amarra tidak bisa mengantarkan Arkara menuju tempat pendidikannya besok dikarenakan jadwal kuliah Amarra yang cukup padat. Terlebih lagi, Amarra belum cukup mengenal dengan dekat keluarga Arkara. Akhirnya, keduanya memutuskan untuk bertemu malam hari ini.

Tepat pukul 18.30 Arkara melajukan motornya pelan, menyusuri setiap jalanan kota Bandung yang cukup cerah hari ini. Amarra yang duduk dibelakang Arkara hanya bisa terdiam sepanjang perjalanan. Rasa sedihnya tak mampu ia tutupi, namun Amarra berusaha untuk memendam rasa sedihnya agar Arkara tak mengetahui perasaan Amarra saat ini.

Keduanya berhenti di salah satu kedai roti bakar favorit Amarra dan Arkara belakangan ini. Seperti biasa, Amarra memesan roti bakar coklat keju untuknya dan keju susu untuk Arkara, tak lupa susu murni dingin tanpa gula untuk keduanya.

"Ko diem terus sih dari tadi? Tumben biasanya bawel sepanjang jalan." ucap Arkara membuka suara.

"Emang iya? Kan biasanya juga gitu, tunggu sampe tempat dulu baru ngobrol." alibi Amarra.

"Kamu tuh ya gabisa boong, cantik." ucap Arkara sambil mengelus singkat puncak kepala Amarra.

Amarra tak membalas, hanya senyum kosong sambil melihat ke arah jalanan.

"Marra, sedih ya pasti aku tinggal?" tanya Arkara kembali.

"Iya, wajar ko kalo sedih. Tapi jangan kelamaan ya, aku gak kemana-mana, Marra. Cuma 7 bulan, gak akan lama. Lagian setelah 2 bulan, aku boleh IBL ko, tiap hari rabu, sabtu, sama minggu juga aku dibolehin pegang hp nanti. Jangan sedih ya? Nanti aku kepikiran terus loh." ucap Arkara kembali.

"Aku gapapa Ka, kamu gak usah khawatir sama aku, harus fokus sama pendidikan kamu ya? Aku tuh terharu aja, bangga banget sama kamu udah bisa sampe di titik ini. Bisa banggain Mama, Papa, keluarga kamu, dan aku seneng banget bisa jadi bagian dari effort kamu." ucap Amarra.

"Ka, aku gak sedih karena kamu yang tinggalin aku. Kamu kan pergi buat pendidikan, bukan buat yang lain. Aku cuma takut, setelah ini kamu bener-bener tinggalin aku." lanjut Amarra menunduk tak berani menatap Arkara yang sedari tadi memperhatikannya dari samping.

"Loh ko mikirnya gitu? Takut aku gak sama kamu lagi? Takut aku lupain kamu?" tanya Arkara yang kali ini mendekatkan kursinya pada Amarra.

"Ya takut aja. Aku aja gak tau kejelasan hubungan kita gimana Ka, aku gak tau sebenernya aku tuh penting apa engga di hidup kamu, apa kamu having the same feel apa engga, aku gak tau sama sekali gimana peran aku di hidup kamu." balas Amarra.

MY ARMY (Pt. 2 - New Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang