-Chapter 4

18 4 0
                                    

• Membuka Luka •
Arash Buana ft. Raissa Anggiani - if u could see me cryin' in my room

—setahun setelah luka, 2019.

Angin pagi di kota kembang hari ini masih menusuk memasuki sweater rajut merah muda milik Amarra. Ia sangat menyukai sweater rajut pemberian nenek nya saat ia berulang tahun beberapa bulan lalu.

Jalanan masih sepi padahal jam telah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, tak biasanya jalanan kota yang berembun tebal hari ini terpantau lancar. Mungkin karena pagi ini hujan masih terus mengguyur kota. Sejak tadi malam hujan tak kunjung memeberikan tanda akan berhenti.

Setelah berpamitan pada sang Ayah yang biasa mengantar Amarra, ia segera membuka payung berwarna merah muda. Iya, Amarra sangat menyukai warna merah muda a.k.a. pink. Amarra, segera memasuki pelataran kampus yang nyaris tak terlihat keramaian sedikitpun. Hanya ada beberapa petugas kebersihan dan karyawan yang berlalu lalang di hadapan Amarra. Jika bukan karena mata kuliah yang sulit hari ini, Amarra pun pasti lebih memilih menetap dengan selimut tebal di kamarnya.

"Aca!" panggil Amarra melihat wanita dengan hijab pashmina berwarna hitam khasnya. Anasya, sahabat Amarra yang sedang berjalan menuju ruang kelas tempat diadakannya kuliah hari ini.

Anasya menoleh dan tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah Amarra yang langsung berlari kecil menghampirinya.

"Sumpah gue males banget kuliah hari ini. Kalo lo tadi gak telfon gue kayanya gue bablas sih gak ikut matkul hari ini." keluh Anasya pada Amarra yang masih sibuk melipat payung yang sudah basah terguyur hujan.

"Eh asli gue juga! Ini kalo bukan perkara matkul nya susah dan dosennya rese, gue sih lanjut tidur. Tapi ya gimana ya, gue masih agak tau diri dikit kalo orang tua gue harus keluarin duit lagi buat bayarin gue ngulang matkul hahaha." ucap Amarra yang disetujui oleh Anasya.

Tak lama setelah memasuki ruangan, dua sahabat Amarra yang lainnya yaitu Anggika dan Ameta datang dan langsung duduk di jajaran paling depan. Mereka tak sempat mengeluh seperti Anasya dan Amarra tadi karena dosen yang mengajar hari ini langsung memasuki ruangan dan memulai mata kuliah.

Mata kuliah hari ini berlangsung sekitar 150 menit. Tepat pukul 09.30 pagi mata kuliah telah selesai. Keluar dari ruangan, hujan sudah berhenti namun angin masih berhembus kencang dengan jalanan yang masih basah terguyur hujan.

Amarra dan yang lainnya tak langsung pulang, mereka masih harus menyelesaikan tugas kelompok yang harus segera dikumpulkan besok pagi. Meskipun mereka berada di kelompok yang berbeda, namun mereka memutuskan untuk mengerjakan tugas tersebut bersama-sama dengan anggota yang lainnya di kantin kampus yang masih sangat sepi. Amarra duduk bersama 5 orang anggota kelompoknya dan langsung mendiskusikan tugas yang akan mereka selesaikan hari ini.

Tiga jam berlalu, Amarra dan yang lainnya memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu melihat kondisi kantin yang sudah mulai ramai pengunjung dan mengakibatkan mereka mulai hilang fokus. Akhirnya, setelah melaksanakan sholat dan makan siang mereka memutuskan untuk berpindah tempat menuju taman kampus.

Tiga orang anggota lainnya ditugaskan Amarra untuk mencetak materi presentasi dan mencari referensi buku di perpustakaan. Sementara Amarra dan satu orang lainnya masih fokus untuk menyusun laporan sebelum keduanya dibuyarkan oleh random-talk yang dilontarkan oleh anggota Amarra tersebut.

"Mar, boleh gak sih?" tanya lelaki yang menjadi anggota kelompok Amarra.

"Boleh apaan? Gak jelas lo kalo nanya." jawab Amarra yang masih terfokus pada laptop dihadapannya.

MY ARMY (Pt. 2 - New Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang