Pasangan JuKi

384 26 0
                                    

Tetanggaan

🏠🏠🏠🏠

_______________

ⓢⓔⓛⓐⓜⓐⓣ

ⓜⓔⓜⓑⓐⓒⓐ

________________

Setelah pasangan HeJi pindah. Henan selaku teman dekat Juna, menyuruh Juna membeli rumah di sebelahnya.

Karena waktu itu Juna memang lagi mencari rumah, dia pun menyetujui tawaran teman dekat sekaligus teman sekantornya itu.

Rumah yang mereka beli tak jauh berbeda dengan rumah Henan dan Jian. Itu karena penjual rumah mereka adalah orang yang sama.

Yuki selaku istri sangat suka dengan rumahnya. Yuki tak hanya menyukai design rumahnya, dia juga suka dengan tetangganya, karena tetangganya cukup ramah.

Walaupun tak bertingkat, tapi rumah mereka besar. Bahkan memiliki 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang tengah yang cukup besar, garasi, dan juga dapur. Hal ini juga yang membuat Yuki senantiasa mengomeli suaminya, karena dia lelah membersihkan seluruh ruangan rumahnya sendirian.

Berbeda dengan Jian yang tak pernah melakukan pekerjaan apapun, Yuki malah sebaliknya. Dia melakukan semua pekerjaan rumahnya sendirian.

Bukannya tak bisa membayar pembantu, tapi nasibnya emang selalu buruk. Setiap kali mereka mempunyai pembantu, pasti ada-ada aja kelakuannya. Ada yang mencuri, ada perempuan penggoda suaminya, bahkan ada yang selalu minjam duit ke Yuki tanpa rasa segan sedikitpun.

"Bang Jun, inikan minggu. Tolongin napa." Kali ini Yuki benar-benar lelah. Dia sudah tak sanggup lagi setelah melihat bajunya dan baju suaminya yang sudah di laundry berserakan dilantai.

"Iya, bentar," teriak Juna sambil melihat handphonenya.

Setelah di laundry, Yuki dengan sengaja tak langsung memasukinya ke lemari baju. Dia selalu menunggu sampai seminggu setelah tukang laundry mengantarkan baju-baju mereka.

Dia lebih suka melakukannya sekaligus. Padahal tukang laundry selalu datang 2 hari sekali untuk mengantar dan mengambil baju mereka.

Walaupun mereka hanya berdua, mereka cukup boros menggunakan baju. Satu hari mereka bisa 3/4 kali berganti pakaian.

"Bang Juuun." Karena suaminya tak kunjung datang, Yuki memanggil suaminya lagi.

"Iya, bentar," jawab Juna masih dengan jawaban yang sama.

Habis sudah kesabaran Yuki. Dia pun menghampiri Juna. Dia melihat Juna yang tidur-tiduran di sofa sambil memainkan handphonenya.

Tanpa meminta izin, Yuki merampas handphone suaminya. "Yang, apaan sih?"

"Kamu yang apaan. Orang sibuk sama pekerjaan rumah, eh kamu malah asik bermain handphone," ucap Yuki dengan nada yang sedikit meninggi. "Ayo bantuin aku."

Tanpa ngebantah, Juna mengikuti suruhan istrinya.

"Ini bantuin keluarin bajunya dari plastik laundry."

Juna pun menurut, walau sedikit terpaksa. Jujur, dia masih ingin memainkan handphonenya. Tapi, dia juga takut dengan istrinya.

"Senyum dong," suruh Yuki.

Juna pun tersenyum.

"Kamu marah?" tanya Yuki.

"Enggak kok enggak. Aku enggak marah." Kalau Juna menjawab iya, bisa perang dunia mereka.

"Hmmm, baguslah," jawab Yuki. "Kamu masih ingat gak sih? waktu kamu nembak aku?" tanya Yuki berbasa-basi untuk meramaikan sedikit suasana.

"Masih lah, mana mungkin lupa." Masih dengan kesibukannya merapikan baju-baju, Juna mencoba mengingat masa lalu mereka. "Waktu itukan kamu baru putus sama Andi. Yaudah, aku manfaatin aja kesempatan itu. Buktinya Kan kamu mau."

"Tapi, aku mau karena aku gak ada pilihan lagi. Waktu itu aku udah geram sama Andi. Bisa-bisanya dia minta putus dengan alasan bosan. Setelah itu, dia langsung punya pacar."

"Gak papa sih. Kalau gak gitu, aku kan gabisa nembak kamu. Apalagi kita sahabatan dari kecil."

Ya, Juna dan Yuki memanglah sahabatan sedari kecil. Mereka selalu berantam tak jelas, tapi ujung-ujungnya mereka berbaikan dengan sendirinya.

Sebenarnya Juna memang sudah lama suka dengan Yuki, bahkan perasaan itu muncul ketika dia masih kecil.

Setiap Yuki memiliki pacar, Juna selalu tak terima. Dia ingin dialah pemilik hati Yuki sepenuhnya. Tapi, dia tak sanggup untuk mengungkapkan perasaannya. Dia takut, Yuki kelak akan marah dan menyudahi persahabatan mereka.

Tapi, rasa takut itu berakhir setelah melihat Yuki terlihat sedih karena Andi. Pada waktu itu, Yuki memang sudah sangat mencintai Andi. Dia tak terima diputusin, apalagi tak lama setelah mereka putus, Andi langsung mendapati yang baru.

Tak ingin melihat Yuki sedih terus-menerus, Juna pun dengan berani menyatakan perasaannya. Dia sudah ngeikhlasin persahabatannya kalau-kalau Yuki marah dengan pernyataan Juna.

Anehnya, bukannya mendapati penolakan, Yuki malah menerimanya. Di saat itu, Yuki menerima Juna bukan karena cinta, tapi karena dia tak mau kalah dari Andi. Kalau Andi bisa dapat pacar baru dengan cepat, dirinya juga harus sama.

Siapa sangka, Juna yang dipikirnya main-main, malah serius dengan hubungannya. Bahkan sampai membawanya ke jenjang pernikahan. Yuki yang sudah mulai mencintai Juna pun menerima tawaran Juna. Dia tak mau terlihat lebih menyedihkan lagi karena tak mempunyai pasangan nantinya.


🏠🏠🏠🏠🏠🏠

Yuk, cek sosial media

It'sme_ZOE

IG : @za_storryy
Tik_tok : @za_storryy

With love
♥♥♥
Zoe

TetanggaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang