1 - I Know I'll Be Alright

132 28 5
                                    

-Happy Reading-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Happy Reading-


Setiap berdiri sambil menatap seluruh hasil kerja kerasku yang dimulai sejak pagi hingga malam, rasanya fantastis. Seperti akhirnya bisa melahirkan setelah mengandung empat puluh minggu lamanya.

Perumpamaan yang agak unik, bukan? Entah apa yang merasuki diriku hari ini. Padahal aku belum pernah mengalami hal itu. Pernikahanku berakhir sebelum sempat merasakan yang namanya hamil. Namun, kira-kira begitulah rasanya.

"Sebentar lagi selesai ya, Teh?"

Suara yang tiba-tiba muncul membuatku cukup terperanjat. Aku menoleh ke samping dan menemukan pemilik rumah tengah berdiri dengan ekspresi bahagia. Mata bulatnya berbinar, sementara kedua tangannya memegang paper bag berlogo putri duyung. Bisa kutebak, pasti isinya minuman dingin dan sebuah roti, atau mungkin cookies?

Pelangganku hari ini sangat royal. Waktu aku datang, dia menyuguhkan sepotong cheesecake dengan selai bluberi di atasnya, juga segelas es teh manis. Tadi siang, dia mampir lagi dengan membawa satu paper bag kecil berisi cheeseburger, kentang goreng, juga kola. Sekarang ketika pekerjaanku hampir selesai, dia memberiku Starbucks.

Andai, setiap hari konsumenku sepertinya. Pasti aku bisa mengirit uang makan sampai jutaan rupiah.

"Iya, Bu. Tinggal dirapiin pinggirannya aja." Aku melirik jam di dinding kamar bernuansa merah muda yang agak berantakan karena perabotannya dipaksa pindah semua ke sisi di belakangku, kemudian kembali melihat ke arah lawan bicara. "Saya usahakan sebelum jam delapan udah selesai. Sashanya nggak tidur di sini dulu kan, ya? Khawatir masih bau cat," lanjutku.

"Ih, si Teteh mah. Udah dibilangin panggil Teh Irma aja. Jangan Ibu."

"Eh, iya punten. Lupa, Teh." Aku menjawab sambil menggaruk sisi kepala.

Wanita muda berwajah ayu di hadapanku menyunggingkan senyum. Tangannya terulur, memintaku menerima pemberiannya. "Ini, Teh. Biar semangat terus."

"Makasih banyak, ya. Padahal saya udah bilang nggak perlu kasih makanan begini, lho. Jadi ngerepotin," ucapku sembari menerima paper bag dari tangannya.

"Nggak ngerepotin, kok. Justru saya yang makasih. Udah bikin kamar Sasha jadi cantik begini." Dia maju selangkah dengan kepala sedikit menengadah. "Kalau udah hampir beres begini, kelihatan makin bagus, ya. Saya suka banget sama hasilnya. Apalagi Sasha. Pasti dia bakalan betah di kamar terus, deh. Mandangin gambar kuda poni kesukaannya," lanjutnya terdengar sangat bahagia. Seolah-olah sambil membayangkan bagaimana wajah anak kesayangannya ketika melihat kamar ini nanti.

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut tersenyum lebar. "Sama-sama, Teh. Syukurlah kalau suka sama hasilnya."

Lukisan mural dinding yang kukerjakan hari ini adalah permintaan Sasha, seorang anak kecil berumur lima tahun, dan berambut ikal sebahu yang sangat menyukai kartun My Little Pony. Tadi siang dia sempat menghampiri, dan menemaniku menyantap makan siang sambil menceritakan nama-nama kelima karakter kuda poni yang kulukis.

Back to Back (TAMAT DI CABACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang