"Kenapa harus dia Aga?! "
"Karna dia sedang mengandung anak ku. "
Deg
Wanita itu terhuyung kebelakang sambil memegang perut besarnya. Berita barusan yang di sampaikan lelaki itu mampu membuat dunianya berhenti sejenak. Dan, sialnya lagi kata-kata itu harus keluar dari mulut suaminya sendiri.
"Jadi selama ini aku apa bagimu Agam!! " isaknya tak terbendung lagi. Wanita itu mencengkeram dadanya kuat.
Laki-laki yang bernama Agam itu menatap tajam sang istri karna sudah berani membentaknya.
"Kamu yang paling tau bagaimana aku menganggap mu Ayyara! " desisinya.
"Seminggu lagi aku akan menikahi Tasya, ada atau tanpa persetujuan mu sekalipun. Jika kamu masih menolak silahkan angkat kaki dari rumah ini." Setelah mengatakannya Agam melangkah meninggalkan Ayyara yang terisak sesegukan.
Ayyara luruh kelantai, ia memukul dadanya yang sesak, mencoba meredam tangis yang kian di tahan semakin memilukan.
Lima tahun ia berjuang untuk dilihat lelaki itu, dan dua tahun sudah ia menjadi istri sah Agam, tapi tidak sekalipun di anggap ada. Seolah dia hanya menetap tapi tak terlihat. Bahkan ketika ia sedang mengandung pun Agam tetap tidak pernah ada disisinya.
Sekarang, pria itu dapat bersatu dengan cinta masa lalunya dan bahkan sedang mengandung anak mereka. Ayyara tidak bohong jika ia melihat sinar kebahagiaan terpancar dari manik Agam ketika membicarakan tentang Tasya padanya. Dan apa dia tidak melihat Ayyara yang sudah berperut buncit? Karna bagaimana pun yang ia kandung juga anak dari pria itu.
Mau bercerai? Ayyara tidak mau egois. Cukup dia yang kehilangan sosok ayah dalam hidupnya jangan anaknya juga. Cukup ia harus hidup dalam kesendirian dan jangan mereka juga.
Tapi sanggupkah Ayyara untuk berbagi suami, sanggupkah ia melihat wajah bahagia suaminya dengan wanita lain, atau sanggupkah ia melihat suaminya mengelus perut wanita lain jika dirinya sendiri tak pernah merasakan itu semua sekalipun.Isak tangis Ayyara masih tetap sama, seolah sedang menumpahkan luka yang ia tahan selama ini. Membuat siapa saja yang mendengar tangis itu seperti merasakan luka batin yang di rasakannya.
_____
Ayyara berdiri di sudut ruangan sambil menatap pelaminan di atas sana. Ia hanya melihat kosong dua insan yang tengah melebarkan senyum pada setiap tamu undangan yang hadir.
Dulu pernikahannya tidak seramai ini, ia hanya berani mengundang keluarga dekat begitupun pria itu. Sekarang Ayyara rasa seluruh isi ballroom hotel ini mungkin hampir penuh.
Ia kembali mengusap perut besarnya ketika merasakan tendangan-tendangan kecil. Anaknya seolah tengah menghibur sang ibu agar tetap tersenyum.
"Mama baik-baik saja sayang. Papa kalian terlihat sangat bahagia, berbeda jika bersama mama. " ucapnya pada sang anak yang ia yakini tidak akan paham. Tapi entah paham atau tidak ia kembali merasakan tendangan itu. Membuatnya tersenyum tanpa sadar. Ayyar rasa anaknya memang cukup aktif sekarang, karna bagaimana pun dua bulan lagi mereka akan dapat melihat dunia luar.
"Mereka menendang? " Ayyara kaget ketika tiba-tiba seseorang berucap di sampingnya.
"Kamu ngagetin Aca. " kesalnya pada Alesha sang adik ipar, sekaligus sahabatnya.
Sang pembuat suara hanya terkekeh gemas. " aku mau merasakannya, " ucapnya lagi, sambil meletakkan tangannya putih nya di atas perut Ayyara.
Wanita yang sebentar lagi akan menjadi bibi itu tersenyum senang ketika merasakan banyak tendangan dari dalam sana.
"Ayy, mereka membuat tangan ku geli " riangnya.
"Kamu mah kegelian, tapi aku yang kesakitan. " balas Ayyara ikut mengelus perutnya.
"Eh, sakit? " panik Alesha.
"Gak papa kok, emang kalau terlalu sering jadi sedikit sakit. "
"Yaampun sayang, jangan nendang terus ya, kasian mama kalian. " bisiknya. Kini wanita itu sudah berjongkok berhadapan pada perut Ayyara.
Ayyara yang melihat tingkah sahabat nya itu hanya terkekeh geli. Alesha yang seperti ini memang jarang dilihat, karna biasanya wanita ini hanya akan menampilkan tatapan datarnya pada siapapun. Persis seperti Agam.
Alesha yang melihat senyum Ayyara, tersenyum bahagia. Setidaknya dengan kehadirannya mampu mengobati sedikit luka wanita itu. Ia tidak bodoh ketika melihat mata sembab sahabatnya. Ingin marah pun ia juga sudah capek pada sang kakak, karna bagaimana pun ia tau semua lika liku rumah tangga Agam dan Ayyara.
Dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat interaksi mereka dengan tatapan rumit.
_____
Setelah hari-hari berat kemarin Ayyara lalui dengan tangis, walau ia tau hari berat itu tetap ada setiap hari. Kini Ayyara menjalani harinya dengan ketidak peduliannya akan sekitar. Ia tidak peduli jika sang suami akan bermesraan dengan istri barunya, atau sang istri baru yang selalu bermanja pada suaminya. Ayyara akan mencoba tidak peduli.
Meski mereka tidak menganggap keberadaannya ada.
Kini Ayyara masih ada di meja makan, melihat interaksi pasangan yang seminggu lalu resmi menikah. Ia tetap fokus pada nutrisi untuk anak-anaknya.
"Kamu mau tambah nasi sayang? " suara Agam terdengar memecahkan keheningan di meja makan.
"Udah aku kenyang mas. "
Mendengar suara lembut Tasya dengan memanggil Agam Mas, mampu membuat perut Ayyara bergejolak.
"Kamu mau nitip apa? " Agam membelai surai Tasya lembut.
"Emm, mau cake rasa durian. " balas Tasya.
"Oke nanti aku beliin, sekarang aku berangkat ya. " kata Agam yang masih fokus pada Tasya.
"Aku antar kedepan. "
Tasya dan Agam melangkah meninggalkan meja makan tanpa harus repot-repot pamit pada Ayyara yang ada disana.
Antara mual dan sesak itu yang Ayyara rasakan. Ia pikir mencoba cuek akan membuat Ia perlahan terbiasa. Ternyata rasa sakitnya masih sama.
Tanpa menghabiskan sisa nasi yang masih tinggal setengah , Ayyara memilih kembali kemar. Selera makannya tiba-tiba hilang.
____
TBC,,,,
KAMU SEDANG MEMBACA
EPILOG AYYARA
RomanceTanpa Prolog tapi memiliki Epilog. ______ 𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒊𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒓𝒏𝒂𝒎𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒖𝒏𝒄𝒖𝒍 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 [𝒕𝒆𝒓𝒕𝒂𝒘𝒂 𝒋𝒂𝒉𝒂𝒕:) ] ᴇɴᴊᴏʏʏʏ ɪɴ sᴛᴏʀʏʏʏʏʏ!!! NB: 𝚊𝚍𝚊 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚋𝚊𝚋 𝚊𝚌𝚊𝚔.