four

4 2 0
                                    

Sudah lima tahun berlalu ketika tragedi itu terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah lima tahun berlalu ketika tragedi itu terjadi. Ayyara selaku pihak yang paling banyak mendapat luka, kini terlihat baik-baik saja. Wanita yang kini bersurai kecoklatan dengan rambut sebahu nan lurus, seperti polwan itu tak henti-hentinya mengembang senyum pada pelanggan tokonya yang lumayan ramai hari ini. Entah ini hari libur, atau kedainya yang sangat dekat dengan area sekolah.

Lima tahun terahir juga, Ayyara menata ulang kehidupannya. Mengobati fisik dan psikisnya yang sering kali terluka kala mengingat perbuatan jahat suami yang selama ini ia cintai pada kedua buah hatinya. Kini, Ayyara sudah mulai berdamai. Hidup dengan tetap menyimpan kenangan anak-anaknya, dan Agam yang mungkin juga tengah berbahagia bersama anak dan istrinya.

"Mbak? "

Lamunan Ayyara buyar ketika salah satu pegawainya memanggil.

"Ya, Lia? "

"Itu, tadi pagi bang Dava nyariin mbak? "

Ah, mendengar nama itu, Ayyara tidak perlu bertanya lagi. Sebab, pria yang bernama Dava itu cukup gencar mendekatinya beberapa bulan ini. Padahal Ayyara tau, usia umur mereka terbilang cukup senjang. Pria yang masih di semester 3 itu, memang cukup unik.

"Nanti kalau dia cari lagi, bilang aja mbak gak ada ya. Mbak lagi malas ketemu dia. Cerewet. " ucap Ayyara, setelahnya wanita itu berlalu dari sana, pamit pada karyawannya untuk kembali keruangan nya.

Lia yang paham, lantas terkiki geli melihat punggung bos nya itu menjauh. Lia yang melihat saja paham bagaimana risihnya ketika di dekati pria yang usianya masih dua puluhan itu.

Ayyara menghembuskan nafas setelah duduk nyaman di sofa ruangannya. Ketika hendak meraih air yang ada di atas meja, matanya tidak sengaja melihat kalender kecil yang juga ada disana. Ayyara bangkit dengan kaget, ia hampir lupa tanggal hari ini.

"Maaf sayang mama lupa, " ucapnya lirih.

_____

Sebuah mobil putih memasuki area yang kanan kirinya terdapat gundukan tanah dengan nama di masing-masingnya.

Ayyara keluar dari mobil, berjalan ke kursi belakang, dan kembali sambil membawa bunga serta kue dengan angka 5 tahun kembar. Yang membuat siapapun mengira jika itu di hitung lima puluh lima tahun.

Kaki jenjangnya melangkah ringan, seolah telah terbiasa menginjakan kaki di tempat ini.
Ayyara berjongkok di antara dua makan anaknya.

"Mama gak telatkan sayang, tadi cafe cukup sibuk jadinya mama telat. " Ayyara mengelus makam anak-anaknya dengan lembut. Ketika hendak menaburkan bunga tangannya terhenti disaat matanya tidak sengaja melihat bunga baru yang di taburkan seseorang. Makam anaknya juga cukup bersih.

Ayyara melirik arlojinya, ternyata sudah cukup lama ia mengobrol bersama anak-anknya. Ayyara bangkit merapikan dress selututnya.

Setelah pamit pada makam sikembar Ayyara melangkah pergi dari sana.

EPILOG AYYARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang