DUNIA ARTI TEMAN YANG SEKARANG

5 1 0
                                    

Sabtu adalah hari yang dinanti kan setiap orang. Hari dimana semua bisa melepaskan lelah nya dimalam menuju Minggu. Aku menatap orang-orang yang berlalu lalang di sebuah cafe kopi tempat yang dijanjikan teman-teman ku di perjumpaan kami.

Aku memesan secangkir kopi hitam pahit yang terasa cocok dilidah ku sembari memikirkan tentang betapa bahagia nya mereka yang saat ini melepaskan rindu kepada pasangan mereka atau sekedar bercanda tawa bareng keluarga atau kepada teman-teman mereka.

Kadang, aku merasa iri kepada mereka yang bisa tertawa lepas begitu tanpa beban. Apalagi, mengingat mereka yang harus bekerja dimalam hari ketemu pagi. Tidak semua orang bisa tertawa bebas seperti mereka. Yah, mungkin itu lah kejam nya semesta, tawa saja tidak semua orang bisa mendapatkan nya.

Seseorang memukul pundak ku pelan, aku pun menoleh kearah mereka. "Maaf, bung lama. Ada urusan tadi," ucap Dika kepadaku yang di ikuti anggukan dua temanku yang lain. Aku hanya mengangguk kan kepala mengiyakan, karena aku malas berdebat tentang keterlambatan mereka soal janji yang sudah dijadwalkan. Yah, walau aku sedikit kesal apalagi mendengar alasan mereka.

"Udah lama?" Tanya Dio padaku. Basa-basi yang tidak perlu ingin ku berbicara seperti itu, tapi apa mau dikata perasaan manusia lebih rapuh dari pada roti, bisa hancur hanya sebatas ucapan yang benar adanya. Yang bisa kita lakukan hanya menjaga perasaan mereka walau mereka tidak peduli akan perasaan kita.

"Udah, satu jam lalu," jawab ku sedikit menyinggung mereka.

"Yah elah, gitu amat jawab nya. Santai napa," balas mereka tertawa tidak merasa bersalah membuat orang menunggu. Itu lah kita. Tidak memikirkan perasaan mereka karena status persahabatan, teman atau pun kekasih. Padahal kita sendiri sadar status yang dijalani tidak merubah bahwa kita manusia yang mempunyai banyak rasa di dalam diri.

Kami pun mulai mengobrol hal-hal kecil tentang pekerjaan yang menumpuk, kekasih, orang tua. Hingga berakhir dari Satu orang memegang ponsel menjalar ke orang berikut nya ke orang berikut nya. Aku yang melihat itu hanya bisa tersenyum. Begini lah tongkrongan jaman ku. Kumpul ngobrol bareng kawan hanya formalitas selebihnya bermain ponsel melihat dunia Maya yang lebih menarik di dalam nya.

Aku ingin sekali membandingkan dunia pertemanan ku dimasa kecil dan sekarang tapi apa gunanya jaman akan terus maju begitu siklus sosial. Sekarang saja kita tidak perlu repot-repot untuk berkenalan dengan orang baru, cukup dengan sosmed kita bisa mengenal orang baru.

Aku melihat satu persatu satu teman ku yang tidak sengaja ku kenal. Berawal satu teman mengenal kan teman nya yang lain hingga berubah menjadi status teman ku juga. Aku melihat ekspresi mereka yang terlihat begitu menikmati dunia Maya diponsel mereka. Membuat aku berpikir untuk apa mereka mengajak bertemu kalau cuman ingin duduk bermain ponsel. Bukan kah itu bisa dilakukan dirumah masing-masing atau pertemuan ini hanya sekedar ajang pamer tentang dunia kerja yang mana lebih baik diantara kami? Ah.. sungguh menjengkelkan sekali melihat kegiatan seperti ini. Lebih baik aku menolak nya jika aku tahu kegiatan nya akan seperti ini.

Perjalanan Cerita Dan MaknaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang