Aku menyeduh kan kopi malam teman tulis ku dimalam hari tidak lupa menyalakan rokok. Yah, biasa laki-laki. Rokok dan kopi teman kegiatan yang paling menenangkan.
Aku menatap dinding kamar tempat persinggahanku yang seketika sebuah tulisan liar muncul dipikiran ku. Aku pun langsung menulisnya takut tulisan itu menjadi angin lewat.
Pernah, kah, kau merasa tidak berarti apa-apa. Memilih menyendiri diantara keramaian yang menyelimuti mu. Kau tau, kau tidak kekurangan orang yang menyemangati mu. Hanya, saja. Kau terlalu menutup diri.
Kadang, kau berkeliling kota dimalam hari yang menurut mu itu lebih baik. Yang menurut mu rasa dinginnya hampir sama dirumah. Kau menatap setiap jalan yang penuh cahaya lampu yang terang nya tidak kalah redup dengan cahaya kamar tempat istirahat mu.
Kadang, juga. Kau sering menanyakan dirimu yang kau tau terasa lucu menanyakan itu kepada dirimu. Yang dimana kau tau akan jawabannya. Kadang juga kau sering tersenyum. padahal, entah apa yang kau senyum, kan.
Sering juga kau merasa aneh melihat dirimu berbicara sendiri atau kadang mengeluh akan semua yang kau dapat. Padahal, kau sudah berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan nya.
Sering juga kau merasa bosan akan hidup mu yang kau bilang terlalu monoton. Yang kau bilang. "Begini-begini saja hidup yang kau jalani." Hingga kau menyalahkan kehidupan mu. Padahal, kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan.
Kau juga sering bilang kepada orang-orang. "Kalau kalian kurang bersyukur." Hingga kau sadari dikala kau menatap cermin. "Aku pun juga begitu. Terlalu kurang untuk bersyukur." Kau malu dan kau menampar dirimu untuk tidak mengatakan nya lagi.
Kadang, kau juga ber ubah-ubah. Hingga kau tidak mengenal dirimu. Pagi kau ceria malam kau sedih. Pagi kau sedih malam kau bahagia.
Kau juga kadang dituduh menggunakan topeng. Mencari perhatian diantara orang-orang. Padahal saat itu. Itu lah jadi dirimu. Kadang juga mereka bilang ini dirimu. Padahal, sedang menggunakan topeng mu.
Kadang kau menangis diantara sujud mu. Kadang, juga kau marah diantara sujud mu. Hingga sang penulis dirimu bingung melihat mu.
Kau kembali ceria merasa semua berarti apa-apa. Menunggu datangnya rasa itu. Rasa kau tidak berarti apa. Yang membawa mu kembali berkeliling kota malam.
Selesai menulis tulisan itu, aku membaca tulisan itu secara perlahan yang sedikit menyentil diri ini. "Menggunakan kata kau untuk menyentil diri adalah cara curang," ujarku pada diri sendiri setelah selesai membaca tulisan yang terangkai secara tiba-tiba.
Aku kembali menatap tulisan itu memikirkan judul apa yang cocok pada tulisan ini. SINDIRAN DIRI. Judul yang seketika muncul dipikiranku.
Aku tertawa melihat judul yang aku tulis dibuku ini. Entah, bagiamana judul nya sangat menusuk hati sampai memilih untuk tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cerita Dan Makna
Short StoryIni tentang perjalanan cerita yang dipenuhi makna yang membawa kita kedalam ARTI. Cerita yang terangkai sederhana mengambil setiap bagian rasa yang muncul dari sudut mata yang memandang, telinga yang mendengar, hingga dari pemikiran yang kita terima...