Aku menjadikanmu sebagian dari langit
Yang kutatap tanpa jemu, apapun warnanyaAku menjadikanmu sebagian dari hati
Yang kujaga sepenuh jiwa
Meski keinginan terbesarmu adalah pergi—seseorang disuatu tempat
☆☆☆
Ada lega yang menguap sesaat setelah bertemu polisi di ruang BK. Sekedar informasi, Hanin dipanggil sebagai saksi karena dia adalah siswa yang terakhir pulang kemaren sore.
Ternyata terduga korban sudah ada disekolah sebelum jam pulang. Terpantau dicctv yang terpasang diberbagai sudut, terduga korban tampaknya sudah beberapa kali datang sekolah ini.
Ntah apa alasannya, belum bisa diketahui pasti.
Yang menarik, pelaku pelecehan tak terdeteksi dicctv manapun. Seolah paham betul dimana letak titik buta kamera pengintai itu.
Hanin sendiri tak membantu banyak. Jangan kan melihat pelakunya, sikorban pun tak pernah tertangkap mata selama dia masih disekolah kemarin.
"Cewek lo anak Tribuana juga kan, Zi? Gimana disana? Seheboh apa?"
Langkah Hanin seketika terhenti dibawah tangga. Dia bersandar kedinding dengan segala degupan kencang didada serta tangan terkepal. Kanzi sedang ngobrol dengan beberapa orang.
"Ya heboh banget lah! Naya juga sekelas sama korban cewek itu."
"Wait, Naya, yang si Kanaya mantannya Zein bukan sih?!"
"Ho'oh."
"Si bangsat ngembat mantannya Zein, untung aja Zein keburu move on,"
"Kanzi mah, siapa aja asal cakep, gas!"
"Anak kelas lo cakep semua. Gak lo incer satu, Zi?"
"Hanin dia mah. Apal gue lirikannya,"
"Gak usah ngadi-ngadi ya lo! Gue sama Hanin biasa aja!"
Suara tawa terdengar.
Kepalan tangan Hanin terlepas. Bahunya melemas sebelum kemudian dia menarik diri menjauh.
Kanzi sudah punya pacar. Berita apalagi yang lebih buruk dari ini?
Jadi, Kanzi nolak Hanin karna sudah ada yang punya. Ngenes banget, kan?
Hanin memang sudah menyiapkan diri jauh-jauh hari. Bukan sekali dua Kanzi berpacaran selama enam tahun mereka saling mengenal. Tapi setahun belakangan, seingat Hanin, Kanzi tak pernah terlihat dekat dengan gadis manapun.
Hanin pikir kosongnya Kanzi pertanda kesempatannya untuk maju. Ternyata bukan. Dia justru dipaksa mundur seribu langkah kebelakang.
Hanin jadi makin malu. Tolong, yang punya mesin waktu, pinjam sebentar.
Hanin Mau mukul diri sendiri supaya sadar diri sebelum confess minggu lalu.
Nggak ada, ya?
"Hanin!"
Suara itu. Hanin pura-pura tuli. Mempercepat langkah meski harus berhenti karna berhasil disusul Kanzi.
"Kenapa malah lari?" Kanzi kebingungan. "Gak denger ya?"
IYA! Gue berharap gak bisa denger suara lo selamanya. "Loh, Zi, lo yang manggil gue tadi?" Hanin pura-pura terkejut. "Sorry, gue pikir siapa."
"Masa iya lo gak ngenalin suara gue? Gak mungkin kayaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MHS Series #1 : Just Feel It
Teen Fiction2023 "Gue gak capek. Karna emang, selama ini gak ngarepin apa-apa." "Padahal tinggal bilang, kenapa malah ngilang." "Harusnya gue gak confess waktu itu." "Makasih, ya. Gue pamit," "Ajarin gue jatuh cinta, bisa?" ◇◇◇ "Don't asking, just feel it." ◇◇◇...