Rasaku sederhana
Tidak meminta kamu membalasnyaInginmu juga sederhana
Memintaku untuk berhenti punya rasa-seseorang disuatu tempat
☆☆☆
"Mau dibantuin nggak?"
Hanin memperhatikan Kanzi yang menyusun kembali meja dan kursi yang sempat bergeser saat Hanin menyapu tadi. Cowok itu bahkan dengan telaten memastikan kursi dan meja kembali pada tempatnya serta tersusun rapi.
"Gue belum jawab boleh lho, Zi." Ujar Hanin.
"Bentar, Nin, satu lagi." Kanzi kembali menggeser meja, "Hap! Oke, udah. Clean, bersih amat lo nyapu nya. Kinclong,"
"Bisa aja lo," Hanin terkekeh sedang, "Lagian namanya juga piket, tanggung jawablah kalo gak bersih."
"Ya lo kayak gak tau aja gimana kalo yang lain piket. Jangankan kinclong, debu dibawah meja gue udah kayak gak kena angin sedikitpun."
Hanin tertawa, "Gue cepuin ke anak-anak lain, ya?"
"Yah, jangan dong! Lo mah gak asik, canda doang gue."
"Gue juga bercanda, Zi." Ntah kenapa, Hanin tersinggung sekali dituding tidak mengasikkan.
"Jadi, gimana?" Kanzi menumpu tangan diatas meja menatap Hanin seksama.
"Gimana apanya?"
"Lo sama Diga. Cocok kok, Nin."
Cocok, ya?
Awin bilang mereka cocok. Tea juga. Dan sekarang,
Kanzi.
Cowok itu pagi-pagi sekali datang menghampiri Hanin yang sedang piket kelas, modus membantu ternyata hanya untuk membicara kan hal ini.
"Oh, thanks." Hanin tak tau harus bereaksi apa. Kanzi emang sekejam ini, ya?
"Gak mau nyoba, Nin?"
"Zi?" Hanin meletakkan gagang sapu yang sedari tadi ia pegang kebelakang pintu.
"Ya?"
"Perasaan gue, urusan gue. Gue selalu bilang gitu, kan?"
"O-okay. Gue cuma nanya, Nin. Lagian, sampai kapan lo mau suka sama gu-"
"Mau Gue suka sama lo, suka sama Diga, atau siapapun, itu urusan gue. Perasaan gue. Gue gak pernah minta lo peduli."
"Tapi gue peduli, Nin! Gue mau peduli."
Hanin menyipitkan mata, "Buat apa, Zi? Gue gak butuh. Gue juga gak ganggu hubungan lo, gue bahkan gak ganggu lo sama sekali." Kenapa Kanzi jadi menyebalkan begini? Cowok itu jelas tau bahwa Hanin bahkan tak mengacaukan apapun dihidupnya. Hanin hanya jatuh suka, tidak meminta belas kasihan sedikitpun.
Kanzi terkekeh kecil. Terdengar meremehkan yang untuk pertama kalinya Hanin merasa cowok didepannya bukan lagi Kanzi yang dia kenali enam tahun terakhir.
"Lo pikir lo gak ganggu gue, Nin? Lo pikir dengan lo diem setelah confess ke gue, gak ngasi pengaruh apa-apa ke gue? Ada, Nin! Ada! Gue ngerasa bersalah tiap kali ngeliat lo, gue ngerasa jahat tiap kali jalan sama cewek gue. Gue gak tau lo mau nungguin gue sampai kapan, tapi gue berharap lo bisa bantu gue ngurangin rasa bersalah ini."
Hanin menatap cowok itu tak percaya, "Harusnya gue gak confess waktu itu." Katanya kemudian meninggalkan Kanzi yang terdengar berdecak kencang setelahnya.
"Ini bukan soal lo confess atau nggak!" Suara Kanzi meninggi membuat Hanin mati kutu dipintu kelas, "Gue cuma mau lo lupain perasaan lo ke gue. Sadar, Nin, perasaan yang lo punya ke gue mungkin gak sedalam yang lo pikir. Lo cuma perlu buka mata, dan liat siapa yang ada disekeliling lo. Bukan cuma gue, ada yang lain. Gak harus Diga, tapi yang pasti bukan gue orangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MHS Series #1 : Just Feel It
Teen Fiction2023 "Gue gak capek. Karna emang, selama ini gak ngarepin apa-apa." "Padahal tinggal bilang, kenapa malah ngilang." "Harusnya gue gak confess waktu itu." "Makasih, ya. Gue pamit," "Ajarin gue jatuh cinta, bisa?" ◇◇◇ "Don't asking, just feel it." ◇◇◇...