Worried (13)

5 2 0
                                    


My favorite one

☆☆☆

"Ga, jangan cerita ke siapa-siapa, ya?"

Hanin memiring wajah didepan Diga yang terdengar menghela napas berat untuk kesekian kali. Cowok itu memundurkan kepala, telunjuknya terangkat menekan dahi Hanin yang berjarak beberapa sentimeter dari wajahnya.

"Ga ..." Hanin mencebik, memasang ekspresi seimut mungkin. "Yaaaaaa ..." Dia mengerjap berkali-kali berharap Diga luluh.

Diga tak juga bergeming. "Masuk sana!" Cowok itu berdalih mendorong pelan Hanin kedalam kelas.

"Gaaaaa, ya? Jangan cerita kesiapa-siapa. Apalagi temen-temen gue ..."

"Masuk, Nin." Diga balik badan menjauh.

Hanin tak kehabisan akal, dia kembali mengikuti cowok itu hingga kekelas sebelah. Peduli setan dengan tatapan anak kelas Diga yang rata-rata mengernyit bingung.

"Gaaaa ..." Hanin sudah kepalang greget. Dia duduk disamping Diga mengguncang lengan cowok itu berkali-kali.

Diga pura-pura tak mendengar. Duduk manis dikursinya seraya menscroll asal layar ponsel.

"Ape nih! Ape nih!"

Dhan datang. Merampas ponsel Diga walau tak sampai tiga detik segera ia kembalikan saat Diga berdecak malas. "Udah pacaran, Ga?"

"Nggak ya!" Hanin yang buru-buru menjawab.

"Trus ngapain lo disini?"

"Dhan," Diga memperingati.

"Gue ama Cana aja jalan ditempat udah dua taun, masa lo berdua duluan. Gak adil dong!" Curhat Dhan.

Hanin melipat senyum, "Lo sih, makanya serius. Jangan dimainin doang, apalagi dipalak."

"Dari semua cewek disekolah ini, cuma Cana yang gak bakal pernah gue palak."

"Beuh! Gaya lo Dhan. Trus kemaren yang minta bayarin es teh gara-gara keselek biji nangka tuh yang bayarin siapa?! Monyet?!"

Hanin kurang ingat siapa nama gadis yang kini menarik telinga Dhan dan membawa cowok itu menjauh. Yang pasti, itu bukan Cana.

"Jangan gangguin orang pacaran, pamali!"

"Pala lo pamali, justru tindakan gue bener."

"Lo mau jomblo terus?!"

"Ya kalo endingnya nikah sama Cana mah, gue oke-oke aja."

"Mereka, lucu ya?" Hanin tersenyum kecil. Pandangannya mengikuti Dhan dan cewek ntah siapa yang berani menjewer telinga cowok itu. "Yang cewek itu namanya siapa, Ga?"

"Delisa."

"Keren, ya? Gak ada takut-takutnya sama Dhan,"

"Lo takut Dhan?"

Hanin menggeleng, "Tapi kalo disuruh jewerin telinganya Dhan, gue gak berani."

Diga terkekeh. "Dhan gak makan orang," Katanya. "Dia juga gak ngusik perempuan,"

"Emang sih, tapi tetep aja. Gak mau deket-deket Dhan,"

"Bagus. Deket-deket gue aja,"

Hanin menoleh cepat kearah Diga, bukannya baper, dia malah menyipit heran. "Ini kenapa malah jadi bahas, Dhan? Sekarang janji dulu, jangan cerita kesiapa-siapa, ya?" Hanin mengacungkan jari kelingking.

Diga mendengus malas. Mengira Hanin sudah lupa, dan sekarang diungkit lagi. Cowok itu kembali memainkan ponselnya.

Hanin memicing. Memperhatikan raut gusar Diga, menunggu dengan sabar hingga bibir cowok itu terbuka.

MHS Series #1 : Just Feel ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang