Sepuluh

406 61 2
                                    

Happy Reading!

*****

Di sebuah kota di Brazil.

Seorang gadis dengan rambut pony tail tengah mengendarai mobil membelah jalanan yang agak sepi karena memang sudah tengah malam.

Ia bersenandung kecil untuk menghilangkan kesunyian di dalam mobil, hanya butuh beberapa menit untuk sampai di tempat tujuannya.

Sebuah mansion besar dengan gaya arsitektur yang sangat unik, menggabungkan antara gaya arsitektur zaman Yunani kuno dengan gaya modern.

Ia masuk melalui gerbang yang telah di buka oleh penjaga, keamanan di setiap sudut mansion sangat ketat, menandakan bahwa ini bukanlah sekedar mansion orang kaya biasa.

Gadis berusia sekitar 19 tahun itu turun dari mobilnya dan memberikan kunci kepada pelayan yang menyambutnya.

"Selamat datang, nona ke tiga."

Sapa seorang pria berusia 40an, ia berdiri di depan para pelayan lain, menandakan jabatannya yang paling tinggi di antara para pelayan.

"Iya, kepala pelayan."

"Anggota keluarga lainnya telah menunggu di ruang utama."

"Hmm, apa masih ada yang belum datang?"

"Tuan muda pertama masih dalam perjalanan."

"Baiklah."

Gadis itu berjalan menuju ruangan yang telah di beritahukan oleh kepala pelayan, ia membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Semua mata menatapnya dengan tatapan lelah, seolah sudah hafal tabiat buruk gadis itu.

"Sudah ayah katakan, biasakan untuk mengetuk pintu terlebih dahulu, Felicia." Seorang pria paruh baya berkata sambil menatap gadis yang baru datang itu dengan tatapan teduh.

"Aku sudah mengganti namaku, ayah." Jawab sang gadis.

"Namaku Hye Na. Lee Hye Na." Lanjutnya.

"Itu namamu di Korea, di sini, namamu Felicia Nicolai." Tegas sang ayah, Sebastian Nicolai.

"Lagipula, kenapa kau suka sekali nama itu? Apalagi marga Lee itu kau dapatkan karena membelinya." Seorang pria dengan umur tidak jauh darinya berkata.

"Kau yang hidup dengan penuh kemewahan dan kekayaan serta kasih sayang yang terus mengalir tidak akan mengerti."

"Apa hubungannya?" Pria itu mulai meninggikan intonasinya dan menggeram ke arah gadis di hadapannya yang adalah Hye Na.

"Otak tumpulmu memang hanya pajangan ya." Hye Na semakin memprovokasi pria di hadapannya, dia adalah kakak keduanya.

"Kau-!"

"Hentikan! Kalian bukan lagi anak kecil." Sang ayah melerai perkelahian kedua kakak beradik itu, sambil menatap tajam keduanya.

"Kau seharusnya tidak memulai perdebatan, Revian." Wanita paruh baya yang sendari tadi memperhatikan perdebatan itu akhirnya angkat suara.

"Ibu sekarang membela gadis itu?" Revian protes karena sang ibu malah menyalahkannya.

"Dia adikmu." Sebuah jitakan kecil mendarat di kening Revian Nicolai bersamaan dengan kata yang keluar dari nyonya keluarga Nicolai itu, Adrienne Nicolai.

"Dia bahkan tidak sopan kepadaku." Gerutu Revian sambil mengusap keningnya.

"Hargai orang lain jika kau ingin di hargai, kakak sialan." Hye Na berkata sambil memakan sebuah kukis yang ada di hadapannya.

"Lihat gadis ini!"

"Diam!" Satu kata yang keluar dari mulut Sebastian membuat keduanya bungkam dan berhenti berdebat.

Life Line [Kaiden X OC] || EleceedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang