Happy Reading!
*****
Beberapa menit yang lalu, Dr. Delain melarikan diri dan menyerahkan Lauvergne-orang yang membantu Dr. Delain kabur- kepada Park Seongha.
Ia memancing Wooin untuk menjauhi Lauvergne, karena saat ini Wooin sedang dalam kendalinya.
Kekuatan yang dapat mengendalikan seseorang dalam jarak tertentu dan itu terbilang cukup kuat.
Saat sudah lumayan jauh, tiba-tiba Wooin menyerangnya dan membuat Dr. Delain tidak punya pilihan lain selain balik menyerang Wooin.
Ia hampir pasrah saat Wooin akan menyerangnya lagi, ia sudah bersiap akan mati, namun tiba-tiba sosok yang di kenal nya duduk tepat di pundak kanan Wooin.
Sosok itu adalah kucing oranye gendut, kucing itu dengan datar memandang ke arah Dr. Delain yang memasang wajah cengo, ia dengan ringan memukul belakang kepala Wooin. Tidak, itu tidak ringan jika sampai menghasilkan bunyi 'krek' pada bagian yang di pukul kucing itu.
Setelah mendapat pukulan, Wooin langsung pingsan dan kucing itu menghampiri Dr. Delain dan memandangnya tajam.
Kucing gendut itu menarik kerah baju Dr. Delain dan berteriak di depan wajah Dr. Delain yang masih tertegun.
"Kau mau mati? Apa kau berfikir akan lebih baik jika kau mati di tangan Wooin? Kau mau membuat dia sedih dan menyalahkan dirinya sendiri?"
"Berpikirlah rasional, sialan! Kau hanya akan membuat Wooin dan teman-temannya menjadi sentimental!"
Kucing itu terus nyerocos hingga sebuah panggilan halus memasuki indra pendengarannya.
"Kaiden?"
Kaiden dan Dr. Delain kompak melihat ke sumber suara, itu berasal dari tempat Wooin pingsan tadi. Saat di lihat, di sana ada seorang gadis berperawakan tinggi dengan wajah campuran anatara cantik dan tampan.
"Song Zyva?"
Kucing itu, yang adalah Kaiden melepas dengan kasar kerah baju Dr. Delain dan langsung melompat ke pelukan gadisnya yang telah mengulurkan ke dua lengannya beberapa saat yang lalu.
Song Zyva mengelus lembut bulu kucing Kaiden tanpa memperdulikan tatapan bingung Dr. Delain, sampai akhirnya Park Seongha datang dan melihat keadaan yang sedikit kacau.
"Dr. Delain? Apa kau yang membereskan Wooin?" Pertanyaan itu langsung keluar saat melihat Wooin yang tidak sadarkan diri.
Dr. Delain tidak menjawab dan hanya melihat ke arah Song Zyva yang sedang menggendong kucing Kaiden yang memasang wajah seakan memperingati 'Kau mati jika kau memberitahunya.' Di serta dengan gerakan tangan kucing itu yang seolah ia tengah menggorok lehernya.
"Tuan Seongha, tolong bawa aku kembali ke Asosiasi." Ujarnya dengan wajah tertekan.
"Karena sudah selesai, aku akan kembali, ku serahkan Wooin kepadamu, tuan Seongha."
Seongha yang semulanya menatap Dr. Delain, kini dengan cepat menoleh ke sumber suara, dan tempak sangat jelas di wajahnya bahwa ia sangat kaget.
'Kapan gadis itu ada di sana?'
"Aku sudah ada dari tadi." Seolah mengerti dengan raut wajah Park Seongha, Zyva menjawab dan tersenyum kecil dengan tangan yang masih setia mengelus bulu kucing Kaiden.
"Ah, maaf, aku tidak menyadari kehadiranmu."
"Tidak apa."
Setelahnya hening, mereka tidak ada lagi yang bicara, bahkan Zyva juga hanya tersenyum kecil dan tidak berniat membuka suara kembali.
"Ekhem! Kalau begitu, aku akan membawa Wooin dan Dr. Delain."
"Tentu, Jiwoo, Soobin dan Jisuk sudah di bawa ke rumah sakit." Zyva mengangguk dan berjongkok, sedikit mengelus surai Wooin dan mengalirkan sedikit kekuatan awakennya.
"Lekas bawa dia, sebelum lukanya semakin parah."
Park Seongha mengangguk lalu berdiri dan menggendong Wooin di punggungnya, ia juga menginstruksikan Dr. Delain untuk mengikutinya.
"Kalau begitu, kami akan langsung pergi."
Zyva mengangguk dan mereka lalu pergi meninggalkan tempat itu menyisakan Zyva dan kucing Kaiden yang ada di gendongannya.
Tanpa berkata apapun Zyva berbalik dan berjalan meninggalkan tempat itu, ia masih setia mengelus kucing Kaiden membuat si empu nyaman dan beberapa kali menguap.
"Kaiden."
Satu panggilan, membuat kucing yang hendak menutup matanya itu kini langsung menatap cepat ke arah gadis yang tengah menggendongnya.
"Hm? Ada apa?"
Zyva yang awalnya menatap ke depan, kini menundukkan kepalanya dan menatap Kaiden dalam bentuk kucing yang menurutnya sangat menggemaskan.
Bukan jawaban yang Kaiden dapatkan, melainkan sebuah senyuman lebar dan tulus di susul kekehan kecil yang malah keluar dari bibir tipis gadis itu.
"Tidak ada, aku hanya memanggilmu."
"Kau yakin?"
Zyva mengangguk, ia kembali tersenyum membuat Kaiden lagi dan lagi harus jatuh pada pesona gadis itu, ia jadi ingat, dulu ia jatuh cinta juga karena senyuman pertama yang gadis itu lontarkan padanya.
Itu sudah berlalu lebih dari empat tahun, saat itu umurnya sekitar 19 tahun, dan Song Zyva 15 tahun. Tunggu! Dia tidak akan di cap pedofile kan?
*****
Beberapa saat kemudian, Sinhwa dan Asosiasi bergerak untuk menyelesaikan masalah, Sinhwa menahan kembali Klein Bersaudara dan Lauvergne harus di rawat karena ia terluka parah setelah bertarung dengan Park Seongha, sehingga ia tidak bisa langsung di interogasi.
Jiwoo dan teman- temannya sudah berada di rumah sakit dengan perawatan intens, mereka menderita luka yang cukup parah, tetapi tidak membahayakan nyawa, mereka bahkan masih bisa berdebat di tengah kesakitan yang mereka rasakan, seperti saat ini.
"Ah, sial. Semua badanku rasanya sangat sakit." Jisuk mulai mengeluh dengan tangan kirinya yang di gips.
"Berhentilah mengeluh hanya karena sebuah luka, kau terlihat memalukan." Ledek Soobin dan tentu saja Jisuk tidak terima dengan perkataan itu.
"Brengsek! Tangan dan sikuku patah ke arah yang berlawanan, jika itu kau, maka sudah pasti akan menangis dengan keras."
Jiwoo yang ada di tengah-tengah brangkar antara Jisuk dan Soobin hanya bisa tersenyum maklum, bahkan Kaiden dalam bentuk kucing juga menghela nafas kecil melihat kelakuan dua makhluk tak bermoral itu.
"Hei bangsat! Hanya luka seperti itu saja kau sangat serius. Memangnya kau tahu berapa banyak tulang rusukku yang patah?" Soobin memasang wajah mengejek "Tulang rusuk yang patah itu menusuk paru- paruku bodoh! Ah, sial! Paru-paruku!" Lanjutnya dengan sebuah erangan kecil.
"Hah! Aku bahkan mendapat luka bakar!" Kali ini Jisuk tidak mau mengalah, mereka terus beradu nasib mengenai luka siapa yang Paling parah dan mereka bahkan sudah tidak peduli dengan tatapan jengkel yang di layangkan seorang gadis yang tengah duduk di tepi jendela.
"Jika kalian mau, aku bisa menambahkan luka bakar dan mematahkan beberapa tulang lagi agar kalian bisa berhenti bicara." Dua orang yang sedang berdebat itu kini menatap ke sumber suara, dan detik berikutnya mereka langsung diam setelah melihat aura tidak mengenakkan dari gadis yang adalah senior mereka, Song Zyva yang tengah memainkan ponselnya di tepi jendela.
Tak lama pintu terbuka menampakkan seorang dokter yang mendorong sebuah brangkar dengan pasien yang sangat mereka kenal.
"Wooin!"
.
.
.
.
Tbc.Sorry baru up, padahal stok udah ada dari minggu kemarin, maaf ya.
Moga suka sama chap kali ini, silahkan tinggalkan jejak.
See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Line [Kaiden X OC] || Eleceed
Fanfiction"Sekarang apa lagi? Takdir macam apa.... aku sudah muak!" Tentang seorang gadis yang ingin hidup biasa saja tetapi takdir yang menuntunnya membuat dirinya semakin menjauh dari kehidupan biasa yang di impikannya. Saat ia merasa dunia begitu tidak adi...