🍂2🍂

733 44 1
                                    


«»

"Nggak."

"Kamera gue mana?."

"Ini."

"Kok gue bisa di UKS?."

"Gue yang bawalah."

"Terus, kenapa lo masih disini?."

"Gue juga sakit. Tangan gue pegel gendong lo tau."

"Lo-"

"Stop! Cerewet banget." Gemas Naruto. Abisnya Sasuke itu tiba-tiba aja ngintrogasi dia kayak tersangka penculikan. Kan kesal.

Padahal mukanya sama sekali nggak ada tampang-tampang penculik. Dia baik hati dan rajin menabung kok. Walaupun nggak pernah jadi. Ramen selalu menggoda soalnya. Kan cacing di ususnya jadi demo minta diisi.

"Ck! Mana tau lo ngapain-ngapain gue." Balas cewe itu nggak kalah judes.

Si cowo ngangkat bahu lalu ngegame di ponselnya, "emangnya gue bakalan ngapain lo, Nona Muda?." Ejeknya ngebuat Sasuke memicing sinis. Kok kesannya si sedeng ini ngolok-olok dia, ya?

Lalu tiba-tiba aja hening setelahnya. Cuma ada suara tembak-tembakan dari ponsel mahal Naruto. Sedang Sasuke lanjut periksa hasil foto-foto yang ia ambil. Tekan, ngangguk, tekan lagi, ngangguk lagi, gitu aja terus.

Sampai di slide foto terakhir, Sasuke malah gagal fokus sama gambar Naruto yang jelas banget ngelirik ke kamera bertepatan sama dia yang lagi dribble bola. Mungkin karena dia fokus banget cekrek-cekrek ngambil foto kali ya sampai-sampai nggak nyadar kalau Naruto natap kamera.

"Emangnya tuh foto buat apaan? Lo secret admirer gue, ya?." Tebaknya pede sambil ngusap rambut kuning noraknya. Pikir Sasuke.

"Dih, situ pede banget."

"Terus buat apa, dong?."

Sasuke narik nafas panjang lalu dihembusin pelan-pelan. Ternyata ngomong sama si sedeng ini beneran nguras emosi banget. "Gimana sih lo! Kan lo Kapten Basket, masa nggak tau!." Serunya sebal dan polosnya lagi Naruto main ngangguk aja.

"Hahh! Lo beneran belum di kasih tau apa gimana?." Tanya Sasuke jengah. "Beneran. Mungkin cuma dikasih tau sama Sakura. Kan dia wakil Kapten." Lugasnya kelewat enteng.

"Bulan depan bakalan ada lomba basket sama sekolah sebelah."

"Njir, bisa-bisanya hal sepenting ini gue nggak tau!." Ocehnya kemudian ngebuat Sasuke mendelik sinis. Susah ya ngomong sama Namikaze satu ini. Agak lain emang.

Di tengah-tengah bacotannya, pintu UKS dibuka pelan sampai sosok mungil muncul di baliknya. Hm, roman-romannya si mungil ini masuk kedalam kategori korban friendzone-nya si sedeng ini.

Buktinya si mungil langsung cabut dengan rona merah di pipi setelah ngeletakin kotak besar itu secara paksa di tangan Naruto. Si empu cuma ngangkat alis heran. Bingung dianya.

Ngeliat itu, Sasuke dengan sengaja nabok jidat Naruto. Ia kesadar lalu kayak orang linglung ngasih kotak hadiah itu ke pangkuan Sasuke yang lagi bersila di atas kasur UKS.

Tanpa bersuara Sasuke langsung ngerobek bungkus kado dengan gambar hati itu. Norak. Celanya dalam hati.

Sekotak brownies coklat langsung terlihat setelah penghalang-penghalang nyusahin itu Sasuke hempasin jauh-jauh. Gila. Air liurnya langsung cair waktu nyium bau kue lembut itu. Bahkan Naruto lebih dulu ngambil sepotong besar brownies itu dan memakannya.

"Enak. Cobain." Tunjuk Naruto pada sekotak kue itu sedangkan ia terus ngunyah tanpa peduliin wajah sinis si cewe yang natap dia.

"Kasian. Padahal cantik, kok bisa suka sama orang kumisan kayak lo." Celanya lagi. Si empu yang dimaksud sama sekali nggak bergeming. Naruto udah kebal dengar segala cercaan si jutek bin judes ini tiap hari.

Ngomong-ngomong tentang kumis yang dimaksud Sasuke itu, adalah garis-garis yang ada di pipinya. Tiga garis di masing-masing pipi Tan-nya. Kumis kucingnya real no edit-edit ataupun tato. Itu tanda lahirnya. Ya walaupun sering di ejek si sialan Kiba. Padahal menurutnya itu yang jadi keunikannya.

Plus ganteng. Ia masuk dalam list cogan di KHS yang paling banyak degem-degemnya. Hampir semua cewe dibawah angkatan mereka korban friendzone-nya Naruto.

"Ada ya orang kayak lo di muka bumi?." Gumam Sasuke nggak habis pikir. Nggak pekanya Naruto itu udah diluar nalar manusia.

Kadar nggak pekanya minus dari yang minus sampai nggak bisa dihitung pakai rumus.

🪐

"Mau pulang bareng, gak?."

"Nggak."

"Nggak artinya Iya."

Sasuke kembali mukul kencang lengan si sedeng kuning itu sama tinjunya. Soalnya Naruto terus ngintilin dia untuk ngajak pulang. Katanya.

Korban friendzone-nya Naruto langsung natap Sasuke sinis waktu dia naik ke atas Jok motor tinggi itu. Sialan. "Mereka nggak liat apa kalo gue kepaksa." Dengusnya pelan. Dia nggak terima sama tatapan menghakimi yang adek kelasnya ini arahkan padanya.

"Jangan dipikirin. Hidup lo ya hidup lo, nggak perlu ikutin kata orang."

"Tumben lo peka." Cetus si cewe sambil pegangan ke sisi jaketnya si kuning kuat-kuat. Soalnya, Naruto kalau bawa motor itu malah cosplay jadi pembalap dunia akhirat. Kayak nggak ada takut-takutnya dia.

"Cielah. Gue mah always peka. Cuma ketutupan aja ama kerecehan gue yang hakiki ini."

"Idih! Dasar aneh. Hahaha." Kekeh si cewe manis. Naruto aja sampai gak kedip dibalik kaca helm fullface birunya lalu geleng-geleng kepala dengan tawa kecil.

"Banyak-banyak ketawa, ya Nona Muda." Ujarnya tengil di tengah deru mesin motor Zx6r biru seperti mata Sapphire-nya.

"Napa emangnya?." Sasuke bertanya masih sama kekehan yang tersisa. "Kan senyum itu ibadah." Jawabnya nyeleneh namun emang ada benarnya.

"Haha, serah lo."

Motor biru Naruto terus melaju ditengah jalan yang sibuk oleh aktivitas lalu lalang orang-orang. Diatas motornya, Naruto terus berusaha buat Sasuke ngomong.

Hingga akhirnya si cewe mulai ngerasa ada yang nggak beres. Sejenak ia noleh ke belakang. Mata hitamnya membola kaget waktu ngedapetin empat buah motor hitam ngikutin mereka.

"Ada yang ngintilin ternyata." Naruto lebih dulu ngomong sebelum sempat Sasuke bersuara. "Pegangan erat-erat, ya Nona Muda."

Tangan kiri Naruto menggapai tangan Sasuke buat pegangan kuat ke pinggangnya. Ia bisa ngerasain si cewe gugup. Aneh, ya. Si jutek bin judes bisa gugup juga sama dia yang tengil ini.

"Gue bakalan ngebut. Jangan lepasin pegangan, ya."

"O-oke."

••


Bye-bye

STUPID LOVE UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang