"Selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu?" salah satu resepsionis menyapa Miranda.
Miranda mengangguk sembari menyodorkan kartu nama milik Gio, sang suami. Ini memang bukan kali pertama ia berkunjung di kantor sang suami, hanya saja sepertinya resepsionis yang bekerja di gedung ini berganti, makanya ia tidak mengenali Miranda dan Miranda juga malas kalau harus menyebutkan dirinya sebagai istri bos alias istri Gio Permadani.
Setelah melihat kartu nama yang disodorkan Miranda, resepsionis itu malah kembali memerhatikan Miranda dan juga kotak makan yang dipegangnya.
"Istri pak Gio, yah?" ada senyum manis di wajah resepsionis itu saat bertanya pada Miranda.
"Iya." Jawab Miranda seadanya dan tak lupa sedikit simpul senyum balasan.
"Langsung ke atas saja bu."
"Oke, thanks." pamit Miranda.
"MIranda?" Arif menyambut kehadiran Miranda di ambang pintu. Arif adalah sahabat sekaligus asisten pribadi Gio di kantor. Jelas karena itu Miranda mengenal baik Arif dan kenapa ia bisa sesantai itu berbicara dengannya.
"Siang, Rif. Gio ada?"
"Lagi meeting dia di Bandung, Mir."
"Oh astaga, aku kok bisa lupa yah!" Miranda mengerutkan dahi teringat tadi pagi Gio sempat memberitahukan tentang rencana meeting di luar kota.
"Iya Mir, kenapa gak nelpon aja tadi mastiiin?"
"Itu dia, namanya juga lupa, Rif." Miranda tersenyum kecut.
"Tapi, kan biasanya kalau urusan meeting, bukannya selalu berdua sama kamu yah perginya... sekarang Gio pergi sendiri?" lanjut Miranda.
"Hari ini Gio sama Sellena."
"Sellena? Sekretarisnya itu?" Miranda perjelas. Ia memang tahu siapa Sellena hanya saja ia baru tahu kalau Sellena juga mulai menemani suaminya meeting diluar, apalagi luar kota? Dan berdua?
"Iya, tadi memang harusnya sih aku yang temenin Gio tapi, tiba-tiba rencana berubah, semua dokumen Sellena ambil alih, katanya perintah Gio. Aku sih gak nanya banyak lagi, itu kan perintah dan maunya Gio, si Bos."
''Kamu gak tahu kenapa bisa berubah?"
Arif menggeleng tanda tidak tahu menahu.
''Tapi, baru kali ini emang keluar sama Sellena?" Miranda bertanya lagi. Belum puas dengan penjelasan dan ketidak tahuan Arif.
"Iya sih, selama aku kerja disini dan selama enam tahun Gio jadi bos di Perusahaan ini selalu sama aku dia kalau meeting keluar."
"Kok bisa hari ini sama Sellena?" Miranda terus saja menerjang Arif dengan pertanyaan berbau curiga. Dan lagi Arif hanya bisa mengedikkan bahu, isyarat ia benar-benar tidak tahu soal itu.
"Masasih kamu gak tahu sama sekali alasannya, Rif?" Miranda kekeuh ingin Arif memberinya jawaban yang mungkin bisa membuatnya sedikit legah.
Arif terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Tadi sih yang aku lihat mata Sellena sembab banget waktu ambil dokumen di ruangan aku tapi, aku gak tahu alasan sembabnya kenapa?"
"Sembab? Why? Kok bisa sih?" kecurigaan semakin memenuhi kepala Miranda.
Arif menggeleng lagi, "I dunno, Mir."
"Boleh anterin aku ke ruangan Gio, gak?" ajak Miranda tiba-tiba.
"Kenapa gak sendiri aja, itu kan ruangan suami kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BELENGGU CINTA!
RomanceMiranda dan Gio memiliki satu permasalahan yang tak bisa diselesaikan dengan akal pikiran. Permasalahan keduanya diluar nalar, bagai melawan angin (sesuatu yang tidak pernah nyata namun ada dan terjadi!).