Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Gio tiba di rumah. Miranda menantinya di ruang tamu.
"Baru pulang?" kata itu yang menjadi sambutan Miranda untuk Gio – tepat saat Gio baru melangkahkan kaki beberapa senti ke dalam rumah.
"Kamu nungguin aku?" Gio mempercepat langkah dan langsung merangkul mesrah pinggul Miranda.
Tidak menjawab, Miranda malah melepaskan diri dari Gio.
Halis Gio pun berkerut menatap bingung Miranda, "Ada apa?"
"Hape kamu kenapa gak aktif?" tanya Miranda dengan nada sinis.
"Oh hape... itu low tadi, gak sempet nge chard, kan sibuk meeting terus buru-buru langsung pulang." terang Gio.
"Buru-buru?"
"Yes."
"Tapi, tadi kamu bilang setiba di kantor bakal hubungin aku kan, mana... aku tungguin gak ada?"
Gio menepuk pelan dahi – pura-pura amnesia. "Ya ampun lupa."
"Lupa? Kok bisa sih?"
"Yah bisalah... kan aku juga manusia, yah bisa lupa." Gio menghempaskan bokong diatas sofa ruang tamu dan meletakkan asal tas dan jasnya begitu saja diatas meja.
Miranda tidak ikut duduk, ia hanya meraih tas dan jas Gio dengan kasar lalu melenggang naik ke lantai atas. Gio menggelengkan kepala melihat aksi Miranda yang tidak seperti biasanya.
Dengan berat terpaksa Gio bangkit dari sofa dan ikut ke lantai atas.
Di dalam kamar, Miranda hanya duduk bengong diatas ranjang dengan tatapannya yang kosong.
"Hufffh" Gio menghela nafas panjang dan ikut duduk disisi Miranda. "Whats wrong? Tell me!" Tatapan Gio begitu berat.
Miranda masih bungkam.
"Soal aku gak ngasih kabar setiba di kantor or soal hape aku yang gak bisa di hubungin?" tambah Gio.
"Duaduanya!" jawab Miranda.
''Ok, Listen to me..." Gio menarik pundak Miranda agar menoleh padanya. "So... aku gak sempet hubungin kamu pas di kantor itu karena kerjaan aku banyak banget sampai aku lupa hape aku, I mean buat sekedar ngasih kabar..."
Miranda hanya menatap Gio.
"...and soal kenapa hape aku low di Bandung, yah karena tadi aku bilang aku gak sempet ngecek hape, aku hanya buru-buru buat nyelesaiin meeting dan balik hari ini juga, no more."
"Dan kamu mau tau?" timpa Miranda. Tatapan Miranda semakin tajam menusuk pada Gio karena Gio sama sekali belum membahas soal meetingnya di Bandung dengan Sellena.
"What?" tanya Gio.
"Tadi aku ke kantor kamu dan ketemu Arif!"
"Okey, so?" Gio masih juga tidak paham kenapa Miranda menyebut nama Arif.
Dan karena kesal Miranda akhirnya bangkit dari ranjang –berdiri membelakangi Gio.
"Miranda, don't like that, please. Aku tidak mengerti kamu kenapa?"
"Oke, Kamu ke kantor aku dan aku gak ada disana, but apa ada masalah? Aku kan keluar meeting ke Bandung, jadi masalahnhya apa? Soal makan siang yang tidak termakan, ok im so sorry for that." Gio beranjak dari ranjang dan hendak meninggalkan Miranda ke kamar mandi namun langkahnya tertahan oleh teriakan histeris Miranda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELENGGU CINTA!
RomanceMiranda dan Gio memiliki satu permasalahan yang tak bisa diselesaikan dengan akal pikiran. Permasalahan keduanya diluar nalar, bagai melawan angin (sesuatu yang tidak pernah nyata namun ada dan terjadi!).