7.Seperti Berada Dalam Mimpi

155 8 0
                                    

Mobil yang dikendarai Nino berhenti di kediaman Vittori. Pria itu mematikan mesin mobilnya kemudian mengalihkan perhatiannya pada wanita yang duduk di sampingnya. Monica tidak bisa berhenti tersenyum. Bahkan kedua pipi wanita itu berubah merah karena terlalu bahagia. Melihat Monica seperti ini membuat Nino tidak percaya jika wanita itu disebut 'Ratu berhati dingin'.

Nino mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Monica. Membuat wanita itu menoleh ke arah pria itu.

"Terimakasih sudah membantuku hari ini, Monica."

Senyuman di wajah cantik Monica pun semakin lebar. "Aku sangat senang bisa membantumu, Nino. Karena dengan begitu aku merasa bisa semakin dekat denganmu."

Nino tertawa mendengar jawaban Monica. "Bukankah kita memang sudah dekat. Kita bahkan sudah bertunangan sekarang."

"Kamu benar. Nino, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja. Apa yang ingin kamu tanyakan?"

Tatapan Monica tertuju pada tangan Nino yang besar menyelimuti tangannya. "Apakah wanita itu adalah salah satu orang yang ingin membunuhmu di masa depan?"

Nino menganggukkan kepalanya. "Benar. Dia memang salah satu orang yang menyebabkan kematianku."

"Apakah aku boleh tahu apa yang terjadi padanya? Mengapa dia ingin membunuhmu? Aku tahu mungkin kamu tidak ingin menceritakan detailnya. Tapi aku percaya padamu, Nino. Dan bukankah kamu juga mengatakan akan percaya padaku? Karena itu aku ingin mengetahuinya."

Ibu jari Nino mengelus punggung tangan Monica dengan sangat lembut. "Kamu benar. Karena aku sudah percaya padamu, aku akan menceritakan mimpi yang kualami. Hari ini adalah hari yang tepat di mana aku bertemu dengan Claudia untuk pertama kalinya. Sampanye yang diberikan olehnya tadi pasti sudah diberi obat perangsang. Karena dengan begitu aku akan tidur dengan Claudia dan dia bisa menjeratku dalam pernikahan."

"Jadi di dalam mimpimu, kamu menikah dengannya?"

"Ya. Setelah pernikahan, Claudia akan membuatku semakin terpesona padanya. Dengan begitu aku akan menyerahkan perusahaanku padanya."

"Setelah mendapatkannya, dia membunuhmu?" tebak Monica.

"Sepertinya kamu pintar dalam membuat alur drama, Monica." Nino terkekeh.

"Aku hanya menebaknya. Jadi itu benar?"

Nino kembali menganggukkan kepalanya. "Sebagian benar. Tapi dia tidak bekerja sendiri."

"Jadi dia bekerja sama dengan orang lain? Siapa dia?"

"Adik tiriku, Antonio."

Seketika Monica melotot kaget. "Adik tirimu yang merencanakannya? Sebaiknya kamu membiarkan aku membunuhnya, Nino. Aku tidak akan membiarkan pria yang aku cintai disakiti orang lain."

Awalnya Nino terkejut mendengar ucapan Monica. Terutama di bagian kata 'pria yang aku cintai' karena kata itu terdengar sangat tulus. Namun kemudian pria itu menyunggingkan senyumannya.

"Kenapa kamu malah tersenyum? Padahal aku sedang kesal." Monica memasang wajah cemberut.

Nino melepaskan sabuk pengaman yang menahan tubuhnya. Kemudian dengan tangannya yang lain, pria itu menyentuh pipi Monica. Kemudian menariknya sehingga tatapan keduanya bertemu. Tubuh Monica membeku di tempat menatap mata hitam Nino yang begitu dekat.

"Aku hanya merasa senang karena ada seseorang yang ingin melindungiku."

Nino pun semakin dekat hingga akhirnya bibir mereka bersatu. Hati Monica seperti meledak merasakan ciuman yang selalu diimpikannya ini. Bahkan wanita itu memejamkan mata menikmati kelembutan bibir Nino melumat bibirnya. Namun sebelum wanita itu membalas ciumannya, pria itu sudah menarik diri. Membuat Monica membuka matanya. Dia bisa melihat wajah Nino masih begitu dekat dengannya dan pria itu tersenyum padanya.

Kesempatan Kedua Sang CEO (Terbit di FIZZO - TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang