Elio berjalan menyusuri gang-gang kecil di kota Napoli dengan memeluk koper yang selalu dibawanya kemanapun. Meskipun banyak orang di sekitarnya, tapi dia merasa ada beberapa orang yang mengikutinya.
"Sial! Aku sudah terbang kemari untuk bersembunyi. Tapi masih saja mereka mengikuti." Geram Elio yang berusaha mempercepat langkahnya.
Elio berbelok ke sebuah gang. Hanya ada dua orang yang ada berada di gang itu. Sehingga ketika Elio menoleh, dia bisa melihat ada tiga orang dengan setelan gelap berjalan mengikutinya. Elio mempercepat langkahnya hingga dia sampai di sebuah persimpangan yang sangat sepi. Saat hendak melangkah menuju jalan lurus, langkah Elio terhenti karena dia melihat tiga orang lain berada di ujung jalan itu menunggunya. Dia hendak beranjak ke jalan yang satu lagi. Sayangnya hasilnya sama saja. Ada tiga orang lainnya. Membuat Elio terjebak di tengah persimpangan.
"Sebaiknya kamu menyerah saja. Tidak ada jalan keluar lagi dari sini. Jadi berikan koper itu sekarang." Seorang pria maju menghampiri Elio dan mengulurkan tangannya untuk meminta benda di pelukan Elio.
"Sebelum aku menyerahkan koper ini, bisakah aku bertanya sesuatu?" tanya Elio memasang ekspresi wajah ketakutan.
"Baiklah. Kamu ingin bertanya apa sebelum aku membunuhmu?"
"Sangat mustahil jika orang luar mengendalikan orang-orang di dalam Vittori. Apakah kamu bekerja sama dengan orang dalam? Siapa dia?" tanya Elio.
"Apa kamu pikir aku akan memberitahumu?" pria itu mendengus sinis.
"Bukankah kamu mengatakan akan segera membunuhku? Tidak masalah bukan jika kamu memenuhi rasa penasaranku sebelum mati?" Elio masih berusaha membujuk orang itu.
"Baiklah. Aku akan memenuhi rasa penasaranmu sebelum kamu menjadi hantu gentayangan. Kamu memang benar. Kami memang mendapatkan bantuan dari orang dalam. Dia adalah Ferro Ginoble."
Elio tampak terkejut mendengar nama itu. "Fe-Ferro Ginoble?"
"Benar. Aku sudah menjawab pertanyaanmu. Sekarang aku akan membunuhmu."
Ekspresi ketakutan Elio berubah menjadi senyuman sinis. "Membunuhku? Sayangnya, kalian yang akan terbunuh kali ini."
Sebelum bertanya apa maksud ucapan Elio, tiba-tiba terdengar suara motor berderu. Motor itu berhenti di hadapan mereka. Seseorang yang duduk di belakang turun dan melepaskan helm. Tampak rambut coklat kemerahan jatuh ke bahu yang diselimuti jaket kulit hitam.
"Rencana dark maze memang selalu bekerja dengan baik, Paman." Monica tersenyum pada pamannya.
Sedangkan orang yang mengendarai motor itu menyandarkan motornya dan melepaskan helmnya.
"Paman memang hebat dalam menggiring tikus-tikus itu masuk dalam perangkap." Zello mengacungkan jempolnya.
"Masuk perangkap? Justru seharusnya kalian yang masuk jebakan kami." Pria yang berbicara dengan Elio tampak geram.
Elio tersenyum sinis. "Bodoh. Kamu pikir tadi aku berlarian hanya asal memilih jalan? Inilah yang disebut dengan dark maze. Membiarkan musuh mengikutiku dan menggiringnya masuk ke dalam perangkap. Lihatlah sekelilingmu. Kamu pikir siapa yang akan terbunuh sekarang?"
Pria itu melihat sekeliling di jendela-jendela bangunan sekitarnya tampak banyak orang Vittori mengarahkan senjata ke mereka.
"Brengsek. Aku tidak akan mati sia-sia." Pria itu mengeluarkan pisau dari dalam sakunya dan mengarahkan ujung pisau yang tajam itu ke arah Elio.
Namun sebelum pisau itu menikam tubuh Elio, pria itu berhenti bergerak. Karena tiba-tiba sebuah tembakan tepat mengenai dahi pria itu. Membuat sedikit darah mengenai wajah Elio. Tatapan Elio tertuju pada Monica yang menodongkan senjata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua Sang CEO (Terbit di FIZZO - TAMAT)
Romance^ PERINGATAN ^ Cerita ini mengandung adegan dewasa yang memiliki taraf lebih tinggi. Jadi hanya diperuntukkan bagi yang kuat membaca. * Yang usianya masih kecil dilarang baca * Merasa dirinya suci jangan dibuka ya * Bagi yang lemah jantungnya to...