Prang!!!
"Sudah berani membantah, hah?! Sudah merasa hebat?!"
Jerry menatap nanar kamera yang dibanting oleh Ayahnya. Kamera itu merupakan kamera kesayangan Jerry, kamera pertama yang berhasil ia beli dari jerih payah sendiri. Walaupun kamera itu sudah jarang Jerry gunakan untuk memotret klien, ia tidak pernah absen untuk membawanya ketika bekerja. It was his lucky charm.
"Ayah sudah memberimu kesempatan bermain-main sebagai fotografer. Apa kau belum puas? Untuk apa gelarmu jika terus bermain tidak jelas?"
Jerry meremat tangannya, berusaha memendam emosi yang sudah ada di ambang batas.
Helaan nafas terdengar pelan dan lembut, "Jerry sayang, dengarkan Ayahmu. Yang Ayahmu inginkan adalah yang terbaik untukmu. Hobimu sekarang tidak bisa menjamin masa depanmu kelak. Keluarga kita sering diekspos di berita, akan sangat memalukan untuk Bunda jika kamu tetap bermain menjadi fotografer?''
Ingin rasanya Jerry tertawa sekarang. Tentu saja, apa yang bisa ia harapkan dari kedua orang tuanya? Hingga saat ini Ayah dan Bunda masih menganggap profesinya sebagai mainan. Ternyata mereka masih belum puas mengatur hidupnya. Sepanjang hidupnya Jerry sudah mengikuti keinginan mereka, tidak pernah sekalipun ia membantah hingga 2 tahun yang lalu. Pertama kali Jerry ingin mengikuti keinginannya, mengejar impiannya menjadi fotografer. Meski ada tentangan keras dari keluarga, ia kekeuh dengan pendiriannya. Dalam kurun 2 tahun, ia telah menorehkan banyak prestasi. Namanya tidak hanya dikenal dalam negeri. Banyak agensi, brand, dan model mancanegara yang menggunakan keahliannya. Kenyataannya, itu tidak membuat Ayah dan Bunda bangga.
Bunda adalah seorang aktris veteran ternama. Beliau sudah membintangi banyak film dan semua film Bunda tidak pernah ada yang gagal. Semua piala dalam beberapa lemari di rumah menjadi bukti prestasi Bunda. Selama berkarir nama Bunda juga tidak pernah terlibat skandal. Apalagi saat Bunda menikah dengan Ayah yang seorang pejabat negara.
"Ayah sudah siapkan posisi untukmu. Kau bisa menjadi leader tim hukum Ayah nanti."
Belum ada jawaban yang dilontarkan oleh Jerry, bahkan setelah kedua orang tuanya pergi, suasana kamarnya masih hening.
"Hahahaha.." terdengar kekehan yang memecah keheningan.
"Ah... sepertinya Ayah dan Bunda sedang menganggur. Apa perlu aku memberi mereka pekerjaan?"
Ada kilatan jahat di mata Jerry, senyuman merekah di wajahnya. Ia meraih ponsel nya dan melakukan panggilan.
"Kau ada di mana sekarang?"
Terdengar suara musik yang lumayan keras di seberang telepon.
"Seperti biasa? Sendiri? Okay, have fun."
Jerry melakukan panggilan lain.
"Aku ada info. Edgar Adrian, ya anak aktris veteran itu, dia sedang ada di club bersama teman-temannya. Ah bukan teman biasa, dia bersama wanita penghibur. Aku akan kirimkan alamat club, asalkan kau harus janji berita itu harus diunggah besok pagi."
----------------------
''Ini file yang anda minta.''
Aleena menerima file yang diberikan oleh sekretarisnya. File di depannya berisi informasi mengenai Karel. Yup, kau tidak bisa memenangkan peperangan tanpa mengetahui siapa musuhmu. Ia membaca dengan seksama informasi yang ia dapat, berusaha mencerna dan mencari kelemahan sang rival.
Keheningan dipecahkan dengan desahan kagum dari Aleena.
Walaupun Karel adalah sesosok yang harus ia kalahkan, tapi Aleena tidak akan membantah jika Karel memang sosok yang mengagumkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist (Markle x Jenle)
FanfictionKarel yakin dia adalah seorang protagonis dalam kisah hidupnya. Dia mempunyai karir yang baik, dikelilingi orang yang menyayanginya dan seorang kekasih yang amat mencintainya. Mario, ya dia adalah kekasih Karel. 7 tahun menjalin asmara dengan pewari...