First Date

24 2 0
                                    

Jam beker berbentuk penguin berwarna biru itu berbunyi tepat pada pukul 8 pagi. Perlahan sinar matahari menunjukkan keindahannya lewat celah gorden kamar. Membawa secercah harapan bagi manusia agar selalu mensyukuri kesempatan yang masih diberikan untuk melanjutkan hidup dan memperbaiki diri.

"Hmmm..."

Aku mencium bau yang sangat sedap. Seketika rasanya cacing di dalam perutku meronta-ronta. Aku bergegas turun ke bawah lalu mendapati Ibu yang sedang memasak ayam kecap.

"Udah bangun kak?" Tanya Ayah yang sedang duduk tepat di bawah tangga.

"Turun, makan." Sahut Ibu. Aku segera mengambil sepiring nasi dan duduk disamping adikku yang sedang bermain game sambil menunggu ayam kecap favoritku disajikan.

"Cia hari ini mau keluar. Jam 10 mau ke rumah Ari."

"Pasti orang-orangnya Ari, Dion, sama Gerald. Itu itu aja. Ditambah Zio kalo nggak susah diajak." Sahut Ibu. Aku terkekeh kecil. Ibu sudah hafal sekali nama teman-temanku. Ibu juga sudah mempercayakanku pada mereka agar selalu menjagaku.

"Hehehe. Biasalah si Zio mah susah. Waktu itu juga diajak healing ke gunung dipaksa sama Cia, akhirnya mau. Oiyaa, abis dari rumah Ari, sore nya aku diajak ke cafe sama Aksa."

"Cie pacar baru." Sahut adikku, Riana. Aku mencubit lengannya gemas. Ia sedikit meringis dan menatap tajam kearahku. Aku menjulurkan lidah dan kami saling melempar ledekan.

"Emang sama Dika udah putus? Pusing Ibu tuh tiap denger Cia bulan ini sama si A, bulan depan beda lagi. Sekarang Aksa siapa lagi?"

"Ah ibuuu! Sama yang ini bakal langgeng kok, nggak akan bikin Ibu pusing lagi. Nanti ah Cia cerita tentang Aksa nya, ngidam nih dari kemarin mau ayam kecap."

***

"Bhahaha anjir itu lagi viral, tau gua." Sahut Dion yang terbahak-bahak, begitupun aku, Ari, dan Gerald. Kami menertawakan satu video berisi kejadian lucu di dalam handphone Gerald yang sedikit mengocok perut.

Tak lama kemudian, terdengar suara motor dari kejauhan dan tepat berhenti di depan rumah Ari. Itu pasti Aksa. Sebelumnya, aku telah sharelock pada Aksa lewat chat.

"Cowok baru lu?" Tanya Ari. Aku menaikkan alis sambil tersenyum. Aku menjulurkan kepalan tanganku untuk sekedar tos dan pamit kepada ketiga sahabatku itu.

"Gue duluan yaa."

Aksa dan paras tampan nya, dengan kaos hitam polos lengan pendek, jeans yang sedikit robek di bagian lutut, rambut yang sedikit berantakan, serta wangi parfum vanilla yang khas
sukses membuatku jatuh cinta saat itu juga.

Pertama-tama, ia tersenyum kepadaku. Tentu aku membalas senyumannya. Lalu, ia membetulkan footstep motornya terlebih dahulu serta memakaikan helm berwarna merah muda yang ia bawa khusus untukku.

Aku bisa menyimpulkan bahwa Aksa adalah orang yang selalu memperhatikan hal-hal kecil, sesederhana apapun itu, dan apa yang baru saja ia lakukan cukup membuatku sedikit kagum padanya.

"Kalo mau peluk, ya peluk aja. Nanti jatoh loh." Ucap Aksa ditengah perjalanan, memecahkan keheningan diantara kami. Aku pun memeluknya dengan senang hati. Aku bisa merasakan bahwa sesekali Aksa terkekeh kecil, seperti orang yang salah tingkah.

Kami pun sampai di cafe favorit Aksa. Katanya, cafe ini juga sering ia kunjungi bersama teman-teman geng motornya.

Aksa mengadahkan tangannya, memberi isyarat bahwa ia ingin berpegangan tangan. Aku menurutinya lalu kami berjalan beriringan. Tanpa kami sadari kalau sedari tadi kami menjadi sorotan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang