• • •
Jalanan yang sepi dengan cahaya lampu jalan juga cahaya bintang yang menemani menjadi latar tempat kali ini. April memeluk erat sahabatnya, sudah tidak heran jika ia melakukan itu, meskipun Jaf memiliki banyak pacar itu tidak masalah. Ingatkan mereka sudah berteman sejak kecil, itu sebabnya mereka tidak canggung sama sekali dan cenderung sudah seperti keluarga.
April ingat, dulu pernah ada perempuan yang menghampirinya dan langsung memaki-makinya, padahal April sama sekali tidak mengenal perempuan itu. Dan yang April ingat dengan jelas, perempuan itu menekankan bahwa April tidak boleh mendekati Jaf lagi. Dan ya, setelahnya Jaf meminta maaf pada April karena tidak memberitahu pacarnya bahwa April adalah sahabatnya sejak kecil.
Kejadian itu lucu, makanya April tidak melupakannya. Sebenarnya ada banyak kejadian seperti itu, mengingat Jaf sering sekali berganti pacar. Tapi, kejadian itulah yang pertama, itu sebabnya April tidak bisa lupa.
"Malem ini bintangnya banyak, Pril, coba deh dongak ke atas," ujar Jaf yang tatapannya masih fokus pada jalanan. April yang sebenarnya tidak tertarik pada bintang, secara spontan menghadap ke langit dan melihat hamparan bintang di sana.
"Iya Jaf, mereka mirip lentera terbang, cantik." Senyumnya merekah saat menatap dengan seksama titik-titik cahaya yang menghiasi langit ibukota. Untuk sementara ia lupa akan apa yang sudah terjadi padanya, tapi setelah itu ia kembali ingat.
April melunturkan senyumnya tanpa Jaf tahu. Lantas perjalanan pun terus berlanjut sampai mereka tiba di panti. April turun dengan kepala tertunduk, tidak ingin memberitahu Jaf bahwa matanya sudah penuh dengan air yang siap terjun kapan saja.
Jaf yang melihat itu tentu saja terheran. "Pril," panggil Jaf berhasil menghentikan langkah April. "Langsung tidur ya, gausah main handphone dulu, gua yakin lu juga ga ada tugas," lanjutnya.
April mengangguk mengiyakan ucapan Jaf. Lantas ia kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam panti, tanpa mengucapkan hati-hati di jalan untuk Jaf. Tapi Jaf paham perasaan April sekarang, setelah melihat pintu kayu bertulis panti itu ditutup, lantas ia langsung menyalakan motornya dan melaju pulang.
• • •
Mentari terbit seperti pagi-pagi biasanya. Hanya April yang berbeda, ia tidak berselara untuk makan, tersenyum atau berangkat ke sekolah. April berjalan gontai menuju halaman panti, yang di mana Jaf sudah siap dengan motornya. Seperti biasa Jaf akan menjemput April untuk berangkat bersama ke sekolah. April tidak pernah meminta Jaf seperti ini, tapi dia sendiri yang bersikukuh untuk tetap menjemput April.
Setelah motor itu melaju, April sekali lagi meyakinkan perasaannya atas apa yang sudah ia pikirkan semalam. Ia sudah berkali-kali mengatakan kata siap di dalam hatinya. Lantas ia pun berucap, "apa tujuan lu ngadu ke Efal kalo gua bakal nembak Kail, Jaf?" kata April.
Jaf terkejut. Ia tersentak sampai motor yang sedang dikendarainya sedikit oleng. Lantas dengan segera ia mengambil kembali kestabilannya. Lalu ia menjawab April, "kita bahas nanti di sekolah," ujar Jaf.
April tahu apa artinya. Ia sudah mengenal Jaf sejak kecil. Ia juga bahkan mengenal banyak lelaki sejak kecil, mengingat bahwa April adalah anak yang tidak banyak drama membuat April tidak banyak memiliki teman perempuan. April jelas tahu maksud Jaf mengatakan nanti, ya tentu artinya dia tidak mau membahas hal ini.
Dan kini April hanya menerka-nerka maksud Jaf. Pikirannya berkecamuk. Mentari yang sudah terik dan jalanan ibukota yang sudah padat tidak lagi April hiraukan. Ia hanya dengan pikirannya, tentang banyak hal. Sampai Akhirnya motor itu berhenti dan April segera turun setelah melihat gedung sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel
Ficção AdolescenteEkspetasi memang jauh dari realita. Begitu menyakitkan berharap begitu banyak pada manusia. Harusnya hanya jalani hidup saja, harusnya semua damai-damai saja, andai tidak ada yang memberi harapan dusta. Dunia yang diberi Juan dan Reffal pada April b...