7

1.6K 125 16
                                    

Malam semakin larut,tapi zaro masih belum menutup matanya untuk beristirahat.

"Gak munginkan,"lirihnya.

Flashback on

Entah kenapa tiba-tiba ia ingin sekali masuk ke kamar maminya.

Sudah lama semenjak maminya tidak ada zaro tidak pernah memasuki kamar tersebut.

Ceklek

Pintu terbuka dan nampak dalam kamar yang rapi tapi sangat berdebu.

Zaro melihat foto dirinya berada di dinding kamar.

Dulu ia hanya bisa masuk jika maminya memberikan ijin untuk masuk.

"Kotor banget,"gumamnya.

"Beresin aja kali ya."

Karena zaro yang mode rajin itu,dia bertekad membersihkan kamar tersebut hingga bersih tanpa debu.

Saat ia ingin membersihkan laci-laci meja,zaro menemukan beberapa dokumen yang masih bagus tersimpan di dalam sana.

Hingga atensinya tertuju pada map berwarna coklat dengan tulisan "Keizaro".

Karena rasa penasaran muncul akhirnya zaro membawa dokumen tersebut ke kamar pribadi.

Setelah dirasa kamar maminya sudah bersih,zaro bergegas mandi karena hari sudah mulai gelap.

"Ouh iya, dokumen,"gumamnya.

Zaro mengambil dokumen itu dan duduk di atas kasur.

Karena rasa penasaran sudah di ujung tanduk,zaro membuka map tersebut.

Tak lama setelah membaca nya,zaro terdiam dengan raut wajah yang susah diartikan.

"I-ini?,"lirihnya.

Di sana terdapat dokumen pemalsuan identitas.

"Adeen Bonaventura Keizaro,"gumamnya.

Selama ini ia dikenal dengan nama Zacharia Robert,ia pikir itu nama aslinya,tapi ternyata.

Ia tidak habis pikir dengan semuanya itu.

"Kenapa mami ngelakuin ini semua?,"lirihnya dengan air mata yang mulai menetes, membasahi pipinya.

Flashback off

"Gimana ini,"gumamnya dengan suara yang bergetar.

Sedangkan disisi lain,sama halnya dengan zaro, Ravindra juga tengah memuji hal yang sama.

Ia peka akan hal tersebut,saat zaro tersentak dan bergerak tidak nyaman.Hal tersebut membuat Ravindra kepikiran.

"Ya Tuhan, berilah jalan di setiap persoalan kami,"gumamnya.

"Apa mungkin dia adalah anakku?."

Boleh kah ia berharap lebih?

Skip

Pagi hari,zaro dan Samuel kembali ke rumah setelah mendapat arahan dari om Meidy.

Besok pagi sekali ia dan Samuel di ajak besuk ke tempat jemaat yang sedang sakit.

*Besuk itu artinya sama kek jenguk gitu,tapi kalau jenguk kan biasanya merujuk ke sakit nah besuk itu gak cuman merujuk ke sakit,atau sebut aja kek di sambangi gitu loh*

Saat ini mereka tengah berada di kamar, mereka berdua tengah mempersiapkan planning buat kedepannya.

Terlihat zaro sangat serius menatap laptop yang menyala, disampingnya juga terdapat buku renungan dan juga Alkitab yang tengah terbuka.

Sedangkan Samuel,dia menulis kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan.

"Masa depan cerah di dalam Tuhan"gumam Samuel,saat melihat kearah laptop zaro

"Kamu mau bawa renungan tentang itu?."

"Iya,"angguk zaro, melirik sekilas.

Memang zaro ditunjuk untuk mengisi renungan di ibadah pemuda remaja.

Tak berselang lama zaro mengambil flashdisk dan meng-copy bahan renungan tersebut.

"Udah selesai?,"tanya Samuel.

"Udah."

Samuel yang tengah berbaring, berdiri mengambil gitar yang ada di kamarnya.

Samuel mulai memetik gitarnya dan bernyanyi, diikuti oleh zaro.

Tok tok tok

Suara ketukan kamar membuat keduanya berhenti bernyanyi.

"Ouh mami, kenapa mi?,"tanya Sam,saat melihat orang yang mengetuk pintu tersebut adalah kirania.

"Makan siang dulu,jama segini juga.Nak zaro makan siang dulu,ayo,"ajak kirania.

"Iya Tante,"jawab zaro seadanya.

"Ayo cepet,udah di tunggu.Kita makan sama-sama."

Kirania berjalan terlebih dahulu.

Entah kenapa zaro gugup.

Tiba di meja makan,dapat terlihat disana sudah ada Ravindra dan kirania yang sudah menunggu.

"Duduk sini ro,"ucap Samuel,seraya duduk.

"Ayo makan,gak perlu sungkan,"ujar kirania.

"Mau Tante ambilkan?,"lanjutnya.

"Eh,gak usah tan.saya bisa sendiri."

"Yaudah,ayo silahkan makan."

Zaro mulai mengambil nasi dan juga lauk-pauknya.

"Berdoa bareng-bareng aja,"ucap kirania, sedangkan Ravindra hanya diam sesekali melirik ke arah zaro.

"Doa Ro,"celetuk Samuel tiba-tiba.

"Aku?,"tunjuk zaro pada dirinya sendiri.

Samuel mengangguk.

Zaro mulai memimpin doa makan,dan setelahnya baru lah mereka makan dengan tenang.

"Haleluya,"gumam zaro setelah selesai makan.

"Eh mau ngapain?,udah taruh aja di meja,"seru kirania saat melihat zaro berdiri seraya membawa piring bekas dia makan tadi.

"Gak papa Tan,biar sekalian saya cuci aja,"ujar zaro merasa tak enak.

"Ishh,udah gapapa,biar Tante aja."

"Udah Ro biarin aja,"ujar Samuel.

Karena merasa tak enak,zaro memilih membantu membereskan meja makan.

Setelah itu mereka duduk di ruang tamu.

"Mau pergi lagi?,"tanya Ravindra memecah keheningan.

"Kenapa pih?,"beo Samuel.

"Kalian besok mau pergi lagi?,"ulang Ravindra.

Samuel manggut-manggut,
"Iya,mau besuk jemaat."

Zaro hanya mendengarkan dengan seksama.

"Kamu kenapa ro?,"tanya Samuel saat melihat zaro hanya diam dan menundukkan kepalanya.

"Ha??,ouh engga,gapapa kok,"cengirnya.

Ravindra yang melihat zaro seperti itu tersentak,dan tak lama ia tersenyum tipis.

"Saya harus buktikan,apa benar kamu anak saya atau bukan?,"batin Ravindra menatap zaro sendu.


TBC

Btw, untuk informasi aja ya

Cerita ini akan lebih berbeda dari yang sebelumnya,agak religi gitu,jadi kalau kalian gak suka, gapapa.

Kalian bisa tinggalin ceritanya

See you next part 🙌

Zaro S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang