6. New World

66 7 2
                                    

Tidur Wonwoo gelisah. Lebih tepatnya sejak mimpinya semalam ia hanya mampu pulas tertidur selama satu jam. Selebihnya ia selalu terbangun, takut tenggelam dalam mimpi yang sama. Karena mimpi itu juga Wonwoo mampu menangis, hal yang belum pernah ia lakukan sejak tinggal di panti asuhan. Mengapa dampak mimpi itu begitu dahsyat padahal sejatinya sama seperti mimpi-mimpi lain.

Bersyukur hari ini hari liburnya bekerja. Matanya sudah dipastikan membengkak, ia tidak ingin dipandang aneh karena itu. Wonwoo bangkit dari ranjang, membuka gorden dan menatap pemandangan dari jendela. Tidak seperti biasanya, pagi itu begitu cerah dan seakan tidak pernah ada langit kelabu seperti kemarin. Di cuaca cerah semestinya ia merasa bergembira, namun kegembiraan meluap meninggalkannya. Yang dirasakannya justru hampa.

Wonwoo membasuh wajah dan menggosok gigi. Memulai rutinitasnya yang membosankan. Ia pergi ke dapur menyiapkan sarapan yang seadanya. Sambil menatap jendela Wonwoo kembali merenung memikirkan kehidupannya. Uang di tabungan hasil penjualan bukunya perlahan-lahan mulai menipis, hasil kerjanya di perpustakaan tentu tidak mampu membiayai segala kebutuhannya apalagi sewa kamar apartemen. Wonwoo menghela napas memikirkan kemungkinan dirinya mencari pekerjaan sampingan lain.

Selain itu hal yang paling menganggu pikirannya adalah tentang mimpi-mimpi aneh itu. Kali ini lebih aneh karena entah apa sebabnya sosok Mingyu muncul menyelamatkannya lagi dan tiba-tiba tubuhnya hancur begitu saja. Ia tidak tahu kapan lagi akan bertemu Mingyu, menceritakan seluruh mimpi dan kehadirannya kepada pria itu. Tapi Wonwoo kembali berpikir. Untuk apa ia menceritakan mimpinya kepada orang asing yang baru ditemuinya? Ia bukan anak kecil lagi yang mengadukan segalanya kepada orang lain. Di satu sisi Mingyu pasti menertawakannya, karena mimpi pastilah hanya mimpi. Dan pria itu pasti berbicara mengapa dia ada di sana pastilah Wonwoo terlalu memikirkan dirinya.

Sarapannya yang hanya berupa selembar roti dan sebuah sosis telah kandas. Ia bangkit kembali menyeduh teh hangat. Begitu air hangat dituangkan, air yang semula jernih berubah kecoklatan. Tanpa alasan logis Wonwoo menjadi takut melihatnya dan keinginan untuk meminum teh kandas seketika. Padahal tidak sekalipun ia melewatkan acara minum teh pagi harinya. Wonwoo terdiam beberapa saat menundukkan pandangan memandang jari-jarinya yang pucat. Sebaiknya apa yang dilakukannya hari ini. Seharusnya ia merasa gembira karena dapat berlibur dan mendekam seharian di rumah membaca buku atau merapihkan barang-barang yang berserakan namun sekarang Wonwoo ingin cepat-cepat keluar dari sana.

Dengan alasan menenangkan diri Wonwoo membuka pintu hendak pergi yang entah pergi kemana ia tidak tahu. Pintu di belakangnya tertutup dan matanya reflek tertuju ke pintu yang bertuliskan Choi Hansol. Tanpa berpikir panjang Wonwoo mengetuk pintu itu perlahan. Selama beberapa menit tidak ada jawaban. Seharusnya tahu di hari libur mahasiswa seperti Hansol pastinya membutuhkan istirahat cukup. Begitu hendak pergi, suara pintu serta panggilan seseorang menginterupsi. Hansol membuka pintu dengan pandangan sedikit terkejut.

"Oh— Wonwoo. Kau yang mengetuk pintu?" Tidak mengetahui apa yang terjadi tiba-tiba wajahnya nemerah. Ia mengangguk merasa bersalah, pastinya Hansol begitu lelah mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.

"Ada yang bisa kubantu?" Penampilan Hansol sama berantakannya dengan dirinya beberapa menit yang lalu. Rambutnya mencuat kemana-mana dan matanya memerah kekurangan tidur.

"Maaf mengganggumu. Sebenarnya tadi aku hendak mampir ke tempatmu tapi sepertinya kau masih mengantuk. Kalau begitu aku pamit dulu."

"Tidak! Silahkan kalau kau ingin berkunjung." Wonwoo menoleh. Reaksi yang diberikan Hansol membuatnya penasaran. Hansol yang diperhatikan menjadi salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya dan menyengir lebar.

"Sebenarnya aku sudah bangun dari tadi, aku tidak mendengar ketukan karena sedang menyiapkan sarapan. Kalau kau butuh bantuan silahkan masuk." Hansol memberi ruang bagi Wonwoo untuk masuk ke dalam kamarnya. Wonwoo menjulurkan kepala untuk melihat ke dalam memastikan apakah Hansol sendiri.

ANOTHER • Meanie (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang