Beberapa saat tubuh Wonwoo membeku. Tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Ia mengerjap beberapa kali memastikan di depannya benar-benar sosok Kim Mingyu. Saat sosok itu berjalan menghampiri perasaan bahagia meluap di dalam dadanya. Di sisi yang lain ia juga ingin menangis. Dua emosi berlainan yang sulit dipahami.
Belum sadar dari keterkejutannya, Mingyu bertanya, "kau bekerja di sini?" Matanya memandang lurus mata Wonwoo. Dan Wonwoo tersadar bahwa mata itu memerah dan terlihat lelah. Ia mengangguk, mendekati Mingyu.
"Sebenarnya kafe ini sudah mau tutup- tapi aku akan meminta izin agar kau bisa tetap di sini." Wonwoo meninggalkan Mingyu. Ia memasuki pintu putih yang tadi Jeonghan masuki dan menemukan pria itu masih di ssana, tengah bersiap untuk pulang. Dengan gugup Wonwoo bertanya, "kau akan pulang?"
"Ya. Kau juga bersiap akan pulang kan?"
Wonwoo terdiam. Otaknya bekerja keras mencari jawaban untuk apa ia membiarkan Mingyu masuk padahal kafe akan segera tutup. Terpikirkan bagaimana pendapat Jeonghan tentangnya, seorang pegawai baru tetapi meminta banyak hal. "Aku tahu kafe ini akan segera tutup. Tetapi di luar ada temanku yang sedang menunggu dan sepertinya ia sedang ada masalah. Apakah aku bisa membiarkannya di sini beberapa menit?"
Teman? Sejak kapan ia mempunyai teman dan jelas Mingyu bukan temannya. Ia hanya orang asing yang baru ditemui kemarin. Sebuah tanda tanya besar memenuhi otak Wonwoo, untuk apa ia repot-repot meminta Jeonghan membiarkan Mingyu di sini. Hati kecilnya menjawab pertanyaan itu bahwa ia iba melihat pria itu berdiri dengan wajah kelelahan dan kekesalan. Meski yang satu ini disangkal hati kecilnya kembali bergumam jika Mingyu memberikannya perasaan aman dan hangat, sesuatu yang belum pernah ia terima dari siapapun.
"Baik kalau begitu. Yang terpenting kau tidak lupa mengunci pintu dan menutup semua jendela. Ini kuncinya." Jeonghan mengizinkan, menyerahkan segenggam kunci kepadanya. Wonwoo menatap Jeonghan tidak percaya, ia kira Jeonghan akan menolak permintaannya kali ini.
"Apakah- tidak apa? Walau aku baru pertama bekerja di sini?"
Jeonghan tersenyum tulus. "Tentu saja, aku percaya padamu. Kalau begitu aku pulang dulu." Jeonghan menepuk pundak Wonwoo, lantas berjalan menuju pintu belakang kafe. Setelah pintu berdebam menutup ia kembali ke tempat Mingyu menunggu.
Mingyu duduk tepat di sebelah kursi yang tadi diduduki perempuan murung berbaju hitam. Melihat Mingyu di sana dengan wajah tertunduk terlihat hampir sama dengan perempuan tadi. Wonwoo merasakan dingin di sekitar tengkuknya dan mencoba tidak memedulikan, lalu menghampiri dan duduk di depannya.
"Jadi apa yang membawamu kemari?" Wonwoo bertanya. Rasa takut serta ketidakpercayaannya terhadap Mingyu telah menghilang. Kali ini ia mencoba membuka pertemanan kepada orang lain.
"Sehabis bekerja aku selalu datang ke tempat ini memesan kopi. Pegawai yang biasa selalu menutupnya lebih awal dan ternyata hari ini tidak seperti biasa, tanpa diduga kau ada di sini." Nada Mingyu berbicara berbeda dari dua pertemuan mereka sebelumnya. Tidak bersemangat, dan terdapat kegetiran dalam suara yang dikeluarkannya.
"Kau bekerja di sini?" Pertanyaan itu membuat Wonwoo mengernyit. Ia berpikir apakah dia lupa bahwa Wonwoo juga bekerja di perpustakaan atau bertanya mengenai konteks pekerjaan lain selain di perpustakaan? Rasa takut melanda hatinya. Bagaimana asumsinya bahwa Mingyu mengidap amnesia jangka pendek benar terjadi?
"Hmm- sebenarnya aku sedang mencari pekerjaan sampingan. Kau tahu, tidak cukup upah bekerja di perpustakaan untuk menghidupi kebutuhan apalagi membayar sewa kamar." Wonwoo menunggu reaksi Mingyu atas kata perpustakaan namun tak sedikitpun pria itu nampak tertarik. Mingyu hanya mengangguk dan terdiam berkutat dengan pikirannya.
Keduanya terdiam. Pandangan Mingyu terfokus dengan jari-jarinya sedangkan Wonwoo ia tidak tahu harus melakukan apa. Biasanya Mingyu yang akan membuka obrolan, memecah keheningan, sekarang tak ada tanda-tanda pria itu mau membuka obrolan. Wonwoo biasanya enggan memulai namun ia teringat di hari Mingyu menyelamatkannya dari preman-preman yang menyerangnya. Jika Mingyu merasa ada masalah mungkin ia dapat membantu walau sekadar mendengar ceritanya. Secara hati-hati Wonwoo bertanya, "Apa ada masalah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER • Meanie (On Going)
FanfictionWonwoo seorang pengkhayal tingkat akut dapat melihat sesuatu yang tak dapat dilihat orang lain. Ia merasa ramai di dalam kesendirian, dari keramaian itulah ia bertemu dengan pria aneh yang selalu mengikutinya.