Permasalahan berikutnya, di mana Mingyu harus tidur? Dengan cuaca seperti ini tidur di ruang depan merupakan pilihan buruk. Ia pernah ketiduran dan berakhir demam. Sedangkan kamarnya kecil untuk menyuruh Mingyu tidur di bawah. Lagipula apakah etis menyuruh tamu tidur di bawah sedangkan ia tidur di kasur yang hangat. Berarti ialah yang membiarkan Mingyu mengisi kasurnya.
"Apa kau ingin tidur?" Pria itu menoleh ke arah jam yang menunjukkan pukul satu dini hari. Dan Ia menggeleng padahal matanya sayu kelelahan.
"Yah, insomniaku semakin memburuk akhir-akhir ini." Ia mengangkat bahu acuh tak acuh seakan insomnia adalah masalah sepele.
"Lalu jam berapa biasanya kau tidur?"
"Terkadang pada hari biasa tengah malam seperti ini aku bisa tertidur. Jika insomnia menyerang pukul enam pagi baru bisa kupejamkan mata." Wonwoo menghela napas. Tidak sehat apabila insomnia terus menerus menyerang. Ia bangkit, menjaring air dan segera menyiapkan teh hangat untuk mereka. Tidak butuh waktu lama hingga dua cangkir yang mengepulkan asap ada di atas meja.
"Biasanya kalau aku susah tidur aku meminum teh hangat bercampur madu. Mungkin nanti juga berpengaruh padamu." Wonwoo menyorongkan salah satunya kepada Mingyu. Dengan senang hati pria itu meraihnya dan menyeruput khidmat. "Enak... Aku tidak terbiasa meminum teh tapi teh ini enak dan menghangatkan." Sekali lagi Mingyu perlahan menyeruput, menyesuaikan hangat teh dengan lidahnya. Mendengar pujian yang dilontarkan membuat wajah Wonwoo merona. Sudah berapa kali ia merona mendengar perkataan Mingyu?
Seraya memerhatikan seruput demi seruput yang diminum Mingyu, diam-diam Wonwoo memfokuskan pandangan pada tangan kiri pria itu, tempat dimana simbol semicolon berada. Dilihat dari jauh memang tidak terlihat, namun dari jarak pandangnya simbol itu lebih dari sekedar titik koma. Wonwoo tidak dapat membayangkan apa yang terjadi pada hidup Mingyu dan bagaimana simbol itu tertera di sana. Ia tidak ingin mencampuri urusan orang lain, pantang baginya berbuat demikian. Tetapi Wonwoo ingin mendengarkan keluh kesah pria di hadapannya. Ia ingin Mingyu berbagi kesedihan dan kesusahannya dalam hidup. Wonwoo ingin Mingyu tahu bahwa dia tidak sendirian ataupun merasakan kesepian seperti dirinya.
Kesepian....
Baru kali ini kata itu merasupi dadanya.
"Ada apa? Ada yang mengganggumu?"
Mingyu seakan-akan dapat membaca pikirannya. Atau ekspresinya terlalu terbaca?"Aku sedang memikirkan simbol yang ada di lenganmu." Mendengar itu membuat Mingyu berjengit dan reflek mengelus lengannya.
"Aku tidak memaksamu untuk bercerita karena pastinya kau tidak memercayai orang asing sepertiku." Wonwoo pun mempertimbangkan hal lain. Jika Mingyu menanyai hal yang sama apakah ia akan menjawabnya? Semula Wonwoo mengira Mingyu enggan menjawab. Wajahnya dialihkan ke jendela, memandang jalanan yang diguyur hujan lebat. Melayangkan pikirannya entah kemana, ke suatu tempat yang tak dapat dijamah oleh siapapun.
Wonwoo masih memandang Mingyu. Mungkinkah nasib mereka sama, hidup dalam kesendirian dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tapi menurutnya Mingyu jauh berbeda, pria itu jauh lebih hidup. Dengan tampangnya yang rupawan siapa pun akan senang mendekati Mingyu bahkan ia yakin perempuan mana pun mau menjadikan Mingyu sebagai kekasih.
"Dokter mendiagnosaku mengidap bipolar dan gangguan kecemasan." Mingyu akhirnya kembali ke tempatnya berpijak. Ia menatap lurus mata Wonwoo. "Dua tahun yang lalu baru kutahu aku mengidap dua penyakit itu."
Bulu roma Wonwoo meremang. Mempunyai satu penyakit saja sudah memberatkan apalagi lebih dari satu dan jelas bukan penyakit enteng. Mingyu melanjutkan, "ayahku meninggalkan ibuku dengan perempuan lain. Meninggalkannya sendiri bersamaku. Sejak saat itu ia tidak lagi sama, menjadi pemurung, tertutup, dan tidak segan memukuliku bahkan hanya kesalahan kecil. Siksaan terus berlanjut sampai napas terakhirnya terenggut dan setelah semua itu gejala-gejalanya muncul." Betapa mudahnya Mingyu menceritakan kisah hidupnya yang seperti itu. Jika itu menimpanya, Wonwoo tidak yakin dapat meneritakannya kepada siapapun tanpa menimbulkan kembali bayang-bayang kejadian itu ke permukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER • Meanie (On Going)
FanfictionWonwoo seorang pengkhayal tingkat akut dapat melihat sesuatu yang tak dapat dilihat orang lain. Ia merasa ramai di dalam kesendirian, dari keramaian itulah ia bertemu dengan pria aneh yang selalu mengikutinya.