02. D A Y T W O

123 8 0
                                    

🌾 ༉‧₊˚.; Sickness.
﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋

Seribu Bangau Kertas
Feat. Tenma Saki, Tenma Tsukasa

Biru, merah, hijau, kuning

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biru, merah, hijau, kuning.

Bermacam-macam kertas warna yang telah dibentuk menjadi seekor angsa berserakan di atas ranjang rawat inapku.  Dan Sebagiannya lagi yang sudah dirangkai dengan benang putih yang tipis sudah digantung oleh kakak di jendela kemarin.

Aku memiliki tubuh yang lemah ini, memang hanya dapat melipat angsa kertas untuk mengusir rasa bosanku di kala harus mendekam lagi di kamar rumah sakit yang membosankan.

Sesungguhnya aku melipat mereka bukanlah karena aku memiliki harapan untuk diwujudkan  seperti kisah  seorang gadis kecil bernama Sadako Sasaki, yang melipat seribu bangau kertas untuk  mewujudkan sebuah harapan. Sebab aku tahu, penyakitku tidak memungkinkan untuk sembuh.

Hanya saja mereka yang terbuat dari berbagai macam warna itu seolah melukis suasana kamar rumah sakit yang monoton ini,  sehingga aku pun terus melipatnya untuk sekadar sebagai hiburan kecil-kecilan di dalam rumah sakit. Meski kadang aku merasa bosan juga karena kerjaanku hanya terus melipat, tetapi benar-benar tiada yang bisa kulakukan lagi selain itu.

Paling-paling selain melipat kertas, yang kulakukan untuk mengusir rasa bosan ialah dengan membaca majalah yang memuat berbagai trend fashion masa kini. Tentu hanya sebatas angan-angan saja jikalau akulah yang mencoba trend-trend tersebut, sebab aku benar-benar tidak dapat meninggalkan ranjang rawat inapku.

Yah, kalau aku boleh bersifat kekanak-kanakan, aku ingin mendesak ayah untuk membawa keyboardku yang berada di rumah agar aku bisa memainkan beberapa melodi yang kusukai di dalam kamar rumah sakit. Namun tidak mungkin juga kan untuk mewujudkan hal tersebut, bisa-bisa ayah akan dimaki-maki oleh kepala perawat jika memaksa benda itu dibawa kemari.

Walau alasanku untuk melipat bangau kertas ialah demikian, tapi aku berbohong pada kakak bahwa aku melipat kertas-kertas bangau ini terdapat harapan yang terselubung. Entah mengapa begitu mendengar hal tersebut, wajah kakak menjadi cerah seperti mentari musim panas. Mungkin ia senang bahwa aku masih memiliki ambisi untuk sembuh dari penyakitku (kenyataanya, tidak).

Mulai sejak itu, kakak selalu membantuku melipat angsa-angsa itu. Dia selalu mengenakan kertas-kertas berwarna lembut dan lucu yang membuatku sangat betah untuk memandangi angsa-angsa kertas buatan kakak lebih lama dibanding buatanku sendiri. Katanya dia membuat semua itu di sela-sela jam istirahat, sebagian bangau-bangau tersebut ada yang dibantu oleh kawan-kawan grup musikalnya di Taman bermain. 

Sebenarnya ada satu lagi cara ia melipat kertas tersebut yang tidak ia beritahu dariku, tapi aku tetap menyadarinya lewat kantung mata kakak yang keliatan tebal tersebut dan tentu, aku mengomelinya habis-habisan setiap aku menyadarinya. Benar, dia bergadang hanya untuk melipat beberapa kertas bangau ini untuk dibawa ke kamar rawat inapku pada keesokan hari ia berkunjung.

Entah apa yang membuatnya terlihat begitu memaksakan diri begini, padahal hanya angsa-angsa kertas saja dan seharusnya aku lah yang terlihat lebih ambisius dibandingkan kakakku. Aku hanya khawatir dia menjadi kurang istirahat karena terus-menerus membuatkanku bangau kertas, bagaimana jika kesehatannya ikutan menurun? Kakakku itu walau dia memang jarang sakit, tetapi sekalinya terjangkit, tidak tahu kenapa, akan menjadi parah sekali. 

Lagipula, apa alasannya terus bersikeras sih?

"Kak, jika kamu kelelahan, lebih baik langsung beristirahat saja daripada terus melipat bangau-bangau untukku,"tegurku pada suatu hari dimana ia berkunjung, seperti biasa, dia pasti sedang melipat bangau kertas di sebelah ranjang. 

"Tidak, kok! Aku sama sekali tidak lelah! Melipat kertas bagiku ternyata sangat menyenangkan, makanya aku sangat menikmatinya sampai lupa untuk tidur, hehehe," cengengesnya.

Aku mendengus, "Tetapi jika kau sakit, aku 'kan jadi sedih, kak."

"Aku tidak akan sakit, kamu tidak perlu khawatir, saki." Dia meletakkan sebuah bangau kertas yang terbuat dari kertas merah muda ke atas telapak tanganku, rasa bangga tercemin dengan jelas pada raut wajahnya. "Apakah kamu lupa kalau kakakmu ini titisan Pegasus? Aku tidak mungkin jatuh sakit semudah itu."

"ya, iya, aku paham. Kakak memang keren, tapi tetap saja jaga kesehatan juga penting kak," balasku turut bersikeras. "Lagian ngapain sih niat banget buat bangau kertas itu sampai rela bergadang?"

"Hmm, yah, sebenarnya aku ingin cepat-cepat membuatnya sampai seribu karena aku juga mempunyai harapan, sih," Dia menggaruk pipinya.

Sebelah alisku terangkat, penasaran. "Apa itu?"

"Tentu saja aku juga berharap kesehatanmu!" jawabnya riang. "Toh, bukankah bangau-bangau ini dibuat karena kau mengharapkan itu?"

"Betul, sih. Aku sangat ingin keluar dan tidak pernah kembali kemari lagi ...."

"Nah! Makanya itu aku melipat bangau kertas untuk membantumu mewujudkan harapanmu!" lanjutnya. "Tapi ... jika Tuhan tetap tidak mendengar doa ini walau bangaunya sudah seribu, maka biar aku saja yang mengabulkannya."

"Huh?" Aku tidak terlalu mendengar ucapan terakhir kakak sebab ia mendadak bergumam sangat pelan. Namun bukannya menjelaskan, dia malah tersenyum dan menepuk pucuk kepalaku.

"Nah, sekarang aku akan pulang. Kau lebih baik setelah ini langsung tidur saja, Saki! Besok 'kan kau juga ada jadwal operasi, lebih baik istirahat lebih awal!"

"Eung, kalau begitu hati-hati di jalan ya, kak."

Setelah kakak meninggalkan ruanganku, aku terus menatap bangau kertas  merah muda yang diberikannya kepadaku tadi. Kepalaku tiada hentinya berpikir gumaman kakak tersebut, perasaanku benar-benar tidak nyaman.

Jikalau diingat-ingat kembali, Bangau merah muda ini adalah bangau ke-seribu.

Apa yang akan kakak lakukan ...?

✥✥✥

Dan sekarang aku tidak perlu merasa penasaran perihal apa yang kakak katakan di hari itu.

Sebab permohonannya benar-benar terkabul.

Aku sudah tidak berada di kamar rawat inap lagi, aku sudah tidak perlu melipat bangau-bangau lagi.

Namun aku yang  berdiri tegap dengan tubuh yang sehat ini, justru terasa membeku di depan sebuah peti dengan tubuh kakakku yang terbujur kaku.

Dia tersenyum bersama 999 bangau yang kami lipat bersama sebelumnya. Satu bangau lagi---bangau merah muda yang menjadi bangau terakhir yang ia lipat-- sedang berada di dalam genggaman tanganku.

Sesak, rasanya sesak sekali.

Jantung kakakku yang saat ini berdetak dalam diriku mungkin merasakan betapa runtuhnya diriku saat ini.

Permohananku memang terkabulkan, tapi untuk apa?

Permohananku memang terkabulkan, tapi untuk apa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

࣪˚.𓂅 ˓ .𖤣𖥧˚.𓂅 ˓ ࣪.𖤣𖥧˚.𓂅 ˓ ࣪.𖤣𖥧˚.𓂅 ˓

ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑨𝒏𝒈𝒔𝒕 𝑾𝒆𝒆𝒌┊PUNGUT PROJECT ˎˊ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang