03. D A Y T H R E E

132 5 0
                                    

🌾 ༉‧₊˚.; Farewell.
﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋
Satu Menit

feat. Aoyagi Toya, Tenma Saki.

'Mohon perhatian kepada para penumpang, kereta akan tiba dalam waktu sepuluh menit lagi pada lajur kiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Mohon perhatian kepada para penumpang, kereta akan tiba dalam waktu sepuluh menit lagi pada lajur kiri. Mohon untuk kepada penumpang yang bertujuan  ....'

Seperti ini kah akhirnya?

Selagi bertanya seperti itu, aku membuang napasku perlahan. Seharusnya pertanyaan semacam itu tak akan pernah terlintas dalam benakku, karena aku pun sudah tahu sendiri akan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Tentu saja, Saki. Pasti inilah yang mereka sebut dengan akhir.

Setelah sekian lama menunggu di atas salah satu bangku yang tersedia di stasiun, akhirnya tibalah juga kereta yang akan mengantarkanku kepada ujung penantian ini.  Aku pun berdiri, menepuk-nepuk rokku yang terkena debu beberapa kali, kemudian berjalan perlahan mendekati peron.

Mataku menyapu sekitar. Sejak awal aku datang dengan kondisi kebingungan sampai aku telah memahami segalanya, stasiun aneh ini tidaklah pernah berubah.

Stasiun yang berarsitektur klasik selayak di kota tua Inggris ini tampak sangat tidak terawat. Lumut dan tumbuhan liar menyelimuti dimana-mana, bahkan beberapa plafon sudah mengelupas—membuat sinar mentari di atas dengan mudah menerobos masuk menyinari stasiun yang sama sekali tidak memiliki penerangan yang berfungsi ini.

Aku pun tidak ingat mengapa aku tiba-tiba bisa berada di tempat yang sebenarnya tak pernah kukenali itu, tau-tau saja aku terbangun di salah satu bangku tua sembari menggenggam sebuah tiket kereta. Tiada orang di stasiun tersebut selain aku, dan aku sudah berkali-kali mencoba keluar dari sana  namun entah mengapa langkahku pasti akan mengarah untuk kembali.

Selain itu, waktu di tempat ini tidak pernah berubah, matahari selalu bersinar di atasku tanpa pernah terbit atau tenggelam. Walau aneh, aku tetap merasa bersyukur, sebab aku sama sekali tidak dapat membayangkan betapa  seramnya tempat ini jika malam tiba.

Destinasi : Keabadian.

Sekali lagi, aku membaca kalimat yang tertera pada tiket kereta berwarna cokelat terang tersebut. Dari tulisan aneh di tiket inilah awal mula aku memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi secara perlahan-lahan.

Walau kenyataan ini terasa menyakitkan, tapi yasudah lah, mau bagaimana lagi? Aku sendiri tidak tahu caranya untuk kabur dari situasi, yang berarti aku diharuskan menghadapinya, bukan?

Aku mengecek waktu yang tertera pada jam arloji yang melingkar pada tangan kiriku, sisa waktu sampai kereta tiba tersisa lima menit.

Sekali lagi, aku membuang napas.

"Saki-san!"

Mendadak sebuah sahutan keras terdengar dari belakanganku, yang membuatku secara refleks menoleh.  Seingatku tiada orang di sini, lantas siapakah yang berteriak itu?

ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑨𝒏𝒈𝒔𝒕 𝑾𝒆𝒆𝒌┊PUNGUT PROJECT ˎˊ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang