Baker Street Café sedang ramai-ramainya sore ini. Maklum, malam minggu pertama setelah awal bulan. Semua orang pasti sedang senang-senangnya habis terima gaji. Tak terkecuali Hima, Tiga hari yang lalu dia sudah tersenyum gembira di depan benda pipih kesayangannya ketika Bennedict, bos gantengnya itu sudah memenuhi kewajiban untuk mentransfer semua karyawannya tepat satu jam sebelum hari berganti.
Sudah satu tahun ini Hima bekerja di Baker Street Café, awalnya pangkatnya adalah Pâtissier. Ben, bos nya itu memberikannya sebuah etalase kecil yang harus disinya dengan kue -kue manis dengan dekorasi yang lucu setiap hari.
Tapi karena café ini semakin laris, maka sesudah selesai dengan kue - kue cantiknya Hima pun harus membantu dapur secara serabutan bahkan kadang merangkap waiters. Hima tidak bisa protes begitu saja karena dalam satu tahun, Ben sudah menaikkan gajinya dua kali dan bahkan laki-laki pekerja keras itu turun sendiri ke dapur dan kadang-kadang serabutan menjadi waiter dan kasir.
Kalau membicarakan Ben, Hima mungkin sudah tiga hari tiga malam tidak selesai mengocehkan bos baik hati yang menganggap semua karyawannya sebagai teman baik itu.
Tapi kali ini Hima sedang tak ingin membicarakan Ben, atau Axel - Si bartender yang tak lelah mengejar-ngejarnya meski Hima sudah mengatakan tidak.
Mereka memang sudah pernah berciuman bahkan lebih sedikit jauh dari itu, Hima senang dan menikmatinya, lagian Axel juga tampan. Tapi cuma sebatas itu, Hima tak pernah punya pikiran apapun soal Axel, karena dalam kehidupan Hima saat ini, dia hanya berporos pada dirinya saja.
Hima harus tetap egois untuk menyelamatkan hatinya,
Hima harus kuat agar tidak disakiti lagi,
Hima tak boleh lengah dan berekspektasi pada cinta , hal sentimentil bodoh yang hanya akan membuatnya limbung tidak keruan.
Hima tidak boleh ...
"Brengsek !"
Lirih Hima sangat pelan kepada seseorang yang baru saja memesan roasted chicken with salsa and mashed potato dan lemonade honey longan itu.
"Hima" Kata pemuda berkaus putih dengan wajah yang tegas dan tampan itu.
"Silahkan, semua pesanannya sudah ya" Ujar Hima formal begitu saja tanpa melihat orang itu.
"Hima, sampai kapan kamu mau diemin aku, ngehindar dari aku Him?" Ujar laki-laki itu sambil berdiri dan menahan lengan Hima yang membawa nampan bulat berbahan kayu itu.
Hima tak bicara apapun, dia hanya memberontak dan melepaskan dirinya dari genggaman laki-laki itu. Hima berencana membuat langkah seribu dan tak melihat laki-laki itu tadi bahkan hanya sekadar bayangannya, Hima tak sudi.
Tapi laki-laki itu tidak menyerah, dia sudah meniatkan ini sejak tiga bulan yang lalu jika berhasil menemui Hima.
"HIMA, AKU CINTA KAMU HIM, AYO HIM BALIKAN, AKU SIAP NIKAHIN KAMU KAPAN AJA!" Tanpa malu-malu laki-laki itu berteriak untuk mendapatkan atensi Hima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever After
Short StoryApa yang terjadi dengan mereka setelah kisahnya selesai diceritakan? Inilah cerita lepas ringan pendek spin-off dari cerita yang pernah ku publish. Note : bisa dibaca tanpa harus tahu kisah utamanya (tapi lebih baik baca dulu sih) 💋