7. Mami( Ochi from Tiga Babak)

211 30 105
                                    

Aku masih mendengarkan ceramah Pak Ustad selepas sholat tarawih ketika Monic sibuk merengek minta untuk melepaskan mukena yang menurutnya membuatnya gerah itu, berkali-kali aku mengingatkannya untuk bersikap lebih baik sebab banyak sekali tamu yang merupakan anak buah papanya yang bertandang hari ini ke rumah untuk acara buka bersama yang dilanjutkan sholat tarawih.

Aku dan Kenar sempat berdebat mengenai acara hari ini. Bagaimana tidak, dia mengabariku bahwa dia akan mengac=dakan acara buka bersama dengan karyawan Next Oil di rumah kami seminggu sebelum acara. Ada banyak hal yang ku pikirkan, yang pertama rumah kami yang tak sebesar rumah CEO CEO pada umumnya, yang kedua bagaimana kami menghandle acara yang mengundang banyak orang dalam tempo sesingkat-singkatnya, dan yang terakhir, hari ini adalah hari terakhir kami bekerja, H-2 sebelum lebaran yang artinya hari di mana kami seharusnya mudik ke rumah mami dan papi.

APalagi Mami sudah uring-uringan minta aku segera pulang untuk membantunya mempersiapkan segala sesuatu untuk lebaran sebab semua anak cucunya akan pulang. Aku tahu sih sebenarnya mami mau apa? Mami sebenarnya ingin merayakan ulang tahunnya yang ke 65 bersama kami semua, mami berkali-kali bilang iri dengan budhe Marni yang setiap ulang tahun dirayakan secara meriah dan yang terpenting semua anaknya pulang.

Ah mami, makin tua makin rewel saja

Ujarku dalam hati tepat ketika Pak Ustadz mengisahkan salah satu sabda Rasulullah yang berbunyi " ibumu, ibumu, ibumu, ayahmu". Sebuah hadist terkenal yang meminta kami semua untuk menjunjung serta menghormati ibu lebih tinggi dari yang lain.

Aku beringsut sendiri, mengingat semua dosa-dosaku yang telah menggerutukan mami dalam hati.

Tak lama kemudian acara pun selesai, kami berfoto bersama dan aku mendampingi Kenar untuk bersalaman dengan kolega kerjanya yang akan berpamitan. Hari ini sekitar 50 orang yang kami undang, itu juga hasil kesepakatanku dengan Kenar sebab rumah kami hanya bisa menampung jumlah itu dan Kenar sudah terlambat untuk membooking restaurant atau hotel. Aku sempat marah padanya sebab aku merasa tidak enak dengan karyawan yang tak diundang, tapi kata Kenar tenang saja, beberapa orang memilih mudik daripada datang ke rumah kami.

Ini tahun keduanya sebagai pimpinan, aku sangat bangga melihat suamiku. Bahkan beberapa anak buahnya memiliki usia yang jauh di atasnya. Ini pertama kalinya mungkin aku diperkenalkan, aku tahu maksud Kenar, sebab beberapa anak buahnya benar-benar perempuan cantik yang sikapnya sangat Alfa. Mungkin tanpa berkata suamiku ingin bilang, dia punya keluarga dan pawang yang cukup galak.

Tapi aku tak pernah merasa tersaingi, berumah tangga adalah komitmen, aku percaya saja padanya, amit-amit dia berkhianat, berarti dia tak pantas untuk sebuah komitmen suci ini, he knew the risk!

"Terimakasih undangannya Pak Kenar, Bu Ochi, mau mudik ke mana ini?" Tanya Pak Baskoro, CMO Next Oil, sekaligus salah satu tetua yang Kenar percayai sebab tidak rese.

"Ke rumah Mami saya Pak, di Kota B" Jawabku

"Lho Bu Ochi dari kota B, wah saya sukaa banget ke sana , dulu sih zaman muda" Jawab Bu Baskoro yang trendy dengan rambut jambul berwarna warni

"Hush, honey, kamu malah buka aib, itu istri saya waktu muda suka clubbing, Kota B kan banyak ya night club, Pak Kenar pernah coba ga nih?" Kelakar Pak Baskoro, suamiku yang memakai baju koko hanya menyengir.

Ya tuhan baru saja kami dengar tausiah, sekarang udah ngomongin night club, aku ingin tergelak rasanya.

"Pak Bas, kita habis pengajian lho ini" Goda Kenar dan sejoli yang selalu romantic meskipun memasuki usia senja itu pun tertawa kemudian pamit.

"Pulang dulu Pak Kenar, Bu Ochi" Gadis semampai cantik yang ku ketahui sebagai sekertaris Kenar itu pun berpamitan, dengan Anggun dia juga melambaikan tangan kepada Monic yang tak jauh dariku berdiri, yang berteriak "Bye Kakak Merry"

Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang