🤍🤍🤍🤍🤍
Aku bergegas meninggalkan ruanganku ketika waktu sudah menunjukkan pukul 16.00. Ini hari Jumat, rasanya senang sekali minggu yang sibuk ini cepat berlalu. Dengan sumpringah ku ayunkan langkahku untuk keluar dari ruangan PR Manager, jabatanku saat ini.
"Wah Teng - Go nih Mbak Ochi!" Sapa Janette, salah satu staff ku
"Iya donk, Happy weekend gaizz...kalian juga cepat pulang! Kerja lagi besok Senin!" Aku melambaikan tanganku kepada teman-teman satu divisiku yang rata-rata anak muda.
Aku selalu menekankan agar mereka memaksimalkan waktu untuk bekerja selama di kantor, jangan browsing atau fan girling supaya tidak perlu lembur dan bisa sekadar hang out atau cari pacar saat weekend.
Aku tidak suka lembur, kantor bukanlah rumah, itu yang selalu aku katakan kepada mereka.
Aku harus meluruskan hal-hal keliru yang sering dianggap benar oleh dunia kerja.
Kantor adalah tempat bekerja, rumah tempat beristirahat, menyelesaikan urusan dengan keluarga atau orang terdekat.
Teman kantor adalah kolega, kalau kamu mau sahabatan, silakan, tapi sepulang kerja.
Kantor tempat untuk berkarya secara professional, tindakan gibah dan memasukkan personal life hanya akan menghambat pembangunan.
Bekerjalah dengan cermat selama jam kerja, agar memiliki waktu senggang memikirkan kehidupan sendiri, karena sejatinya kita berangkat ke kantor untuk memperbaiki tingkat kehidupan.
Dan yang terakhir, alih-alih loyal dengan tempat kerja, sebaiknya kamu cukup bekerja secara professional dan beretika saja. Itu adalah prinsip, karena kamu dan kantormu sama-sama saling membutuhkan.
Yang terakhir itu, aku dapat dari Kenar, suamiku tercinta.
Aku turun ke lobi dan menyapa beberapa security di sana, kemudian bergegas ke terasnya di mana sebuah mobil MPV berwarna silver sudah menunggu.
Ini adalah mobil milik Kenar yang dibelinya dua tahun lalu, setelah Hagi dan Imelda tinggal juga di Kota L. Katanya down payment mobil ini dia bayar dengan gaji pertamanya sebagai CEO. Sebenarnya mobil ini sama sekali bukan tipe kami, tapi, menurut Bapak Malik dan Ibu Jia yang tinggal di Kota Y, mobil ini yang peling ideal untuk mengangkut kami ber enam yang suka bepergian ke mana-mana bersama.
"Mamaaa..." Terlihat Monic dan William melambaikan tangannya setelah menggeser pintu.
"Sayang ... " Sambutku lantas masuk ke dalamnya.
Monic dan William yang sudah kelas 4SD itu pun kembali duduk tenang di jok paling belakang.
Monic dan Willy semakin hari semakin akur, mereka sering sekali main bersama dan berbagi banyak hal.
Monic anakku semakin besar dan semakin banyak maunya.
Dia juga sudah mulai tahu pria tampan.
Kalau dulu crush pertamaku adalah Kotaro Minami Si Ksatria Bajahitam, maka Monic memilih Na Jaemin dari NCT sebagai crush pertamanya, meskipun ada yang lucu tentang ini.
Suatu hari dia heboh bercerita mengenai teman-temannya yang mulai mengkoleksi PC.
"Monic juga mau" Ujarnya polos
"Kamu mau apa?" Aku tentu saja bingung apa maunya
"AKu juga mau seperti temanku, suka itu ... siapa namanya Jeno atau Jaemin" Dia tampak tak yakin
"Kalau Monic pengen ya tinggal beli saja, terus digantung di tas seperti teman-teman" Kami sedang membicarakan trend PC yang bisa jadi holder, aku tahu ada yang non official jadi tak terlalu mahal juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever After
Short StoryApa yang terjadi dengan mereka setelah kisahnya selesai diceritakan? Inilah cerita lepas ringan pendek spin-off dari cerita yang pernah ku publish. Note : bisa dibaca tanpa harus tahu kisah utamanya (tapi lebih baik baca dulu sih) 💋