"Bagus sekali. Harusnya setiap hari kamu berpakaian seperti ini. Terlihat menawan dan berkelas." Kata Ayah ketika aku baru saja keluar setelah berjam-jam lamanya di make over oleh make up artist sewaan Ayah. Make up yang menurutkku menor dan baju kurang bahan yang membuatku sangat risih mengenakannya.
"Sekarang pergilah temui Sultan." Titah Ayah dengan nada normal namun di telingaku terdengar penuh intimidasi. Aku hanya menjawabnya dengan anggukkan. Bibirku terlalu sakit untuk digerakkan. Meski wajah sudah terlihat sempurna karena lebamnya tertutup make up. Tapi sakitnya tetap membuatkku meringis perih.
Pak Imron, Sopir kepercayaan Ayah, sudah stand by di dalam mobilku siap mengantarku ke kediaman Atmawijaya. Selalu seperti ini. Ayah takut aku tidak melaksanakan perintahnya sehingga mengutus pak Imron untuk mengawasi gerak gerikku.
Aku duduk di kursi belakang dengan gelisah. Bagaimana nanti nasibku di depan Sultan? Selama ini, Kak Sultan selalu menenangkanku bila ada kejadian seperti ini. Ya, Kak Sultan sudah lama tahu kalau Ayah suka melakukan kekerasan padaku. Ah, mungkin semua orang juga tahu. Karena ketiga pria keluarga hutomo itu terkenal dengan sikapnya yang sangat buruk terhadap wanita.
Tapi bagaimana dengan sekarang? Aku sanksi jika kak Sultan masih akan menyambutku dengan senyum hangat untuk menenangkanku. Dia sudah berubah menjadi orang yang sangat berbeda. Tidak mungin dia mau memelukku untuk menghilangkan kesedihanku lagi seperti dulu.
"Kita sudah sampai, Nona." Kata Pak imron menyadarkanku dari lamunan. Hah, aku benar-benar tidak ingin turun dari mobil. Moodku sedang benar-benar buruk. Kurasa tidak perlu menambah beban hati dengan menemui Sultan yang aku yakin tidak akan menyambutku dengan baik.
"Nona, sebaikknya nona segera turun." Kata Pak Imron lagi karena aku sama sekali tidak beranjak dari dudukku. Lihat kan? Bahkan pelayan saja berani menyuruh-nyuruh aku. Mau tidak mau akhirnya aku keluar dari mobilku yang nyaman. Berjalan dengan elegan menuju pintu utama istana keluarga atmawijaya. Dan tentu saja, puluhan pasang mata langsung menatapku penuh minat.
Bagaimana tidak, aku mengenakan sequin dress yang panjangnya bahkan tidak bisa menutupi paha muluskku. Belum lagi potongannya yang begitu melekat di badan dengan garis dada yang sangat rendah. Ah.. Aku merasa seperti wanita penghibur yang sedang mencari mangsa. Benar-benar rendahan. Meski aku tahu baju ini dari sebuah brand ternama dengan harga yang fantastis. Tapi bagiku memakai baju seperti ini hanya merendahkan martabatku saja.
"Panggilkan Sultan." Katakku pada salah satu pelayan begitu aku menginjakkan kaki di ruang tamu.
"Baik Nona." Jawab si pelayan dengan sopan.
Dan tak perlu menunggu lama, Sultan langsung muncul di ruang tamu. Tapi tentu saja, dengan Aylia yang selalu setia membututinya. Belum apa-apa aku sudah merasa sangat kesal sekarang.
"Aku tidak pernah memanggil kamu kesini, Aylia." Kataku tanpa menyembunyikan rasa tidak suka padanya. Salahnya sendiri tidak mampu membawa diri.
"Jingga, jaga bicaramu. Bersikaplah yang sopan pada Aylia." Kata Sultan setengah membentak. Ya hanya setengah. Karena Sultan pasti sadar apa yang sudah terjadi padaku hingga aku ke rumahnya dengan pakaian memalukan seperti ini. Tidak sekali dua kali kejadian seperti ini berulang lagi.
"Aku hanya ingin bicara denganmu tanpa ada orang lain, Kak Sultan. Apakah itu sulit?" Tanyaku dengan mata mengiba. Aku memang sedang merendahkan diriku. Sebentar saja, aku ingin menenangkan diriku. Aku ingin dihibur seperti yang sudah sudah. Karena Kak Sultan lah yang selalu menjadi saksi tangis pilu ku setelah kekerasan yang ayah lakukan padaku.
"Sekarang keadaannya sudah berbeda jingga. Aku sudah memiliki seseorang yang harus aku jaga perasaannya..." Kata Sultan dengan nada lembut. Ya, nada seperti inilah yang biasanya dipakai kak Sultan saat berbicara denganku. Sudah lama sekali rasanya aku tidak mendengar nada bicara ini. Ternyata aku harus merasakan tamparan dulu untuk dapat mendengar kak sultan berkata dengan lembut padaku.
Sekuat tenaga aku berusaha menahan agar air mata ini tidak jatuh. Aku tidak mau mempermalukan diriku sendiri di depan Sultan yang menjadi menyebalkan sekarang ini. Kutegakkan kepalaku. Kupandangi kedua insan itu dengan tatapan sengit. "Kalau begitu, tak ada lagi yang bisa kulakukan disini. Maaf sudah mengganggu waktu kalian berselingkuh." Kataku dengan nada tajam.
"JINGGA!!" Bentak Sultan dengan suara keras. Yah... Dia sudah kembali menjadi Sultan yang super menyebalkan lagi.
"Apa? Benar kan kalian sedang berselingkuh? Ada yang salah dengan kata-kataku?" Tanyaku. Kali ini dengan nada mengejek.
"Maaf nona Jingga. Sebelum nona mengomentari kehidupan orang lain, sebaiknya nona lihat diri nona sendiri dulu. Apakah pantas seorang perempuan terhormat memakai pakaian minim seperti itu ke rumah laki-laki? Jangan merendahkan diri nona sendiri hanya demi laki-laki." Tiba-tiba Aylia berkomentar dengan suara lembutnya yang mendayu-dayu. Kedua matanya menatapku dengan tatapan lembut, seolah sedang mengkhawatirkan kehormatanku. Tapi..? Entah apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya?
"Hahh.. Hebat sekali. Kamu! Orang yang tidak mengenalku, mencoba menceramahiku? Tidak tahu diri!!" Kataku dengan memandang tajam pada Aylia. Muak sekali aku mendengar kata-katanya. "Kenapa tidak dibalik saja? Nona Aylia, sebelum kamu mengomentari pakaian perempuan lain, kenapa kamu tidak melihat dirimu sendiri dulu? Pakaian tertutup rapat tapi dengan teganya merebut tunangan orang lain? Apa pantas hal itu dilakukan oleh sesama perempuan?!" Tanyaku dengan tenang.
Dan sekejap saja, wajah Aylia berubah merah padam. Entah malu atau marah, aku sama sekali tidak bisa membedakannya.
"Jingga! Sudah kukatakan berapa kali kalau Aylia tidak bersalah? Jangan terus-terusan memojokkan dirinya. Lagipula, Aylia mengatakan hal yang baik padamu. Kenapa kamu tidak bisa menerima nasehatnya?" Kata Sultan tidak terima.
Sekarang giliran Sultan yang mendapat tatapan tajam dariku. "Kak Sultan. Bukankah kakak yang paling tahu bagaimana gaya berpakaianku selama ini? Dan kakak juga yang paling hafal kenapa aku harus mengenakan baju menjijikan seperti ini?! Dan saat Aylia mengatakan omong kosong tadi, harusnya kakak membelaku kan? Bukan hanya diam saja! Karena bukan keinginanku memakai baju kurang bahan seperti ini!" Aku berkata dengan menekan tenggorokanku sekuat mungkin. Tidak... Aku tidak boleh menangis. Tidak di hadapan orang-orang menyebakan ini.
Sultan tampak bingung, dia mengacak rambutnya dengan asal. "Sekarang semua sudah berbeda..."
"Apanya yang berbeda?!" Kataku memotong cepat omongan Sultan. Karena aku tahu dia hanya akan mengatakan hal-hal sampah saja. "Apa karena berselingkuh kecerdasanmu jadi jongkok? Sampai hal sepele saja kamu tidak tahu? Apa cinta yang kamu agungkan itu bisa membenarkan segala kesalahan yang ada?" Bentakku.
Sultan terlihat semakin frustasi. Bagaimana tidak? Dia berbuat salah tapi berusaha membenarkan kesalahannya. Segala macam alasan dia hadirkan untuk membantu membenarkan dirinya. Dan setiap langkah dan kata-katanya menjadi tidak bijaksana.
"Kamu tidak akan mengerti perasaanku karena kamu belum pernah jatuh cinta. Sudah menjadi naluriku untuk melindungi Aylia, orang yang sangat kucintai..." Kata Sultan dengan penuh percaya diri. Seakan dia mengatakan hal yang sangat mengagumkan.
"Meskipun cintamu itu sebuah kesalahan? Meskipun Ayliamu itu melakukan hal yang salah? Kakak akan tetap membelanya?" Tanyaku tidak terima dengan pembenarannya.
"Iya. Apapun yang dilakukan Aylia, aku akan selalu ada dipihaknya." Kata Kak Sultan dengan mantap. Tak ada keraguan sedikitpun dalam nada bicaranya.
Aku menyerah. Sudah tidak ada harapan lagi pada Sultan. Dia sudah buta. Dia bahkan tidak memikirkan perasaanku sedikitpun. Aku berbalik pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Aku takut jika bersuara, Sultan akan menyadari suaraku yang bergetar menahan tangis.
"Katakan saja pada Ayahmu kalau kita sudah berbaikan. Tapi jangan memintaku untuk menjaga jarak dengan Aylia. Karena itu adalah hal yang mustahil." Kata Sultan saat aku sudah berada di ambang pintu.
Dan akhirnya, tangis yang sedari tadi kutahan pecah juga. Entah, perasaan apa yang sedang kurasakan ini? Lega? Sakit hati? Atau terluka? Aku tidak tahu. Yang jelas... dadaku terasa sesak... sangat... sangat sesak.
---to be continue---
hallo semua
terus dukung cerita ini ya
jangan lupa rate bintang 5 juga
aku sayang kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fiance Affair
RomanceBagaimana perasaanmu jika tiba-tiba kamu diminta membatalkan pertunangan yang sudah berjalan bertahun-tahun?