Chapter 11 (End)

137 20 22
                                    

"Granger!" jerit Silvanna menggema di tengah malam itu.

Tanpa dilihat Silvanna, Granger berhasil melewati celah kecil pohon yang hampir tumbang ke jalan itu. Pohon itu roboh ke aspal tepat dua meter di belakang mobil Silvanna.

Merasa tidak terjadi apa-apa, Silvanna membuka matanya. Ia menoleh ke arah Granger yang tampak gugup. Kepalanya bersandar ke jok pengemudi, seperti memikirkan sesuatu. Ia heran, mengapa pria ini hanya sedikit berekspresi. Tak ada rasa takut sedikitpun meski nyawa mereka hampir melayang.

"Mungkin ini belum waktunya, Silvanna," kata Granger pelan. "Bisa kalau kita begini dulu, Honey?"

Kalimat yang tak ingin Silvanna dengar. Kesan ketidakseriusan. Hingga Silvanna berpikir kalau Granger hanya ingin bermain-main dengannya.

"Maksud kamu backstreet?" Silvanna marah di akhir kepanikannya barusan. Ditambah permintaan Granger yang tidak masuk akal baginya. "Sebenernya kamu anggep aku apa? Aku ini jadi orang ketiga buat kamu dan kekasih atau keluargamu? Aku cuma pelampiasan? Atau apa? Jelasin, Gran!" Tampaknya perempuan itu mulai naik pitam.

"Aku milik aku, Silvanna! Apa nggak cukup selama ini aku bilang dan meratukanmu? Coba bilang aku harus apa, akan aku kabulkan sekarang!"

"Tunjukin identitas kamu!" tegas Silvanna. Sepertinya permintaan perempuan ini sudah tidak bisa ditawar lagi.

"Selain itu," mohon Granger. "Aku yakin kalau aku tunjukin identitasku sekarang, kamu nggak mau kenal lagi sama aku."

Granger bergerak cepat untuk menarik Silvanna ke pelukannya. Tak ragu, ia mengulum bibir ranum milik sang aktris terkenal itu. Mengulumnya jauh lebih dalam ketika ia mendapat balasan dari gadis itu. Gerakan Refleks, Silvanna naik ke pangkuan Granger ketika kursi jok direndahkan.

"Do you love me?" lirih Silvanna ketika ciuman mereka berakhir.

"So much I love you."

"Sekarang, aku mau denger dari mulut kamu sendiri. Mau sampai kapan kita begini? Tak pernah ketemu secara rutin, nggak pernah saling ngasih kabar. Kamu selalu menghilang di malam yang sama. Kalau begitu terus, apa nama yang cocok buat hubungan kita?"

"Aku nggak yakin kamu bakal nerima aku apa adanya atau tidak. Yang aku tahu, aku sayang kamu dan kamu sayang aku. Makannya, aku beranikan diri untuk mengatakannya sejak awal," kata Granger dengan suara yang lembut mengingat wajah Silvanna hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. "Soal identitasku, lambat laun kamu akan mengetahuinya. Dan itu pastinya di waktu yang tepat."

"Aku tegesin ke kamu. Apa kamu bisa nemenin aku besok, lusa, dan seterusnya tanpa harus menunggu purnama muncul?"

"I'm not sure, Honey."

Wajah kecewa terpancar dari Silvanna saat itu juga. Matanya terpejam, merasakan kekecewaan dari pekataan pria yang dicintainya sekarang.

Bukan Granger namanya kalau tak pandai melakukan pergerakan. Sepuluh jemarinya merangkum kedua pipi Silvanna. Ia kembali melumat bibir gadis itu seperti biasanya. Makin dalam, dan lebih dalam dari sebelumnya. Hingga gadis itu terlena dan lebih merapatkan lagi tubuhnya.

Keduanya melekat tanpa jarak, apalagi ketika Granger mengisap leher Silvanna. "Ahhh~". Hingga berlanjutnya eksperimen mereka di dalam mobil.

***

"Lo nggak salah baca maps kan, Mel?" tanya Leomord yang kebingungan pada jalan yang diinfokan GPS di mobil Silvanna.

"Enggak salah, kak. Emang ke sini arah GPS-nya."

"Sampe masuk-masuk hutan? Gila!" Ling ikut bersuara dari kursi sebelah pengemudi.

"Udah mau sampe, Kak!" seru Melissa ketika jarak mobilnya dengan mobil Silvanna sudah dekat.

The Devil's WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang