Side Story : Hendra

23 10 1
                                    

Hari ini adalah momen untuk diriku memulai awal yang baru. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi orang yang berbeda dibanding saat masih smp.

Aku harus menonjol, agar tidak di bully lagi. Karena pernah jadi pecundang saat smp, secara tidak sadar kemampuanku dalam mengkategorikan seseorang entah itu masuk kategori orang populer, atau jadi sasaran pembulian telah meningkat, jadi bisa dikatakan, aku pandai menilai orang berdasarkan kesan pertama.

"Ini udah lengkap semua apa belum?"

Bocah kribo yang berdiri di depan mimbar itu akan jadi orang yang bisa diandalkan teman sekelas, walaupun kribo, dari kacamata pecundangku ini aku akui dia memiliki wajah yang lumayan dan berpotensi menjadi pemimpin kelas ini.

Perlu diketahui aku benci orang dengan rambut ikal semi kribo karena mengingatkanku kepada orang yang membuli diriku.

Langkah pertama untuk menjadi orang yang terlihat di kelas adalah dengan membuat impresi yang baik di awal.

"Belom, ini sebelah gue belom dateng"

Bocah Kribo itu bernama Thomas, ia telah ditunjuk sebagai ketua kelas, intuisiku tidak pernah salah. Ia menyarankan melakukan perkenalan, langkah yang cukup bagus untuk mendapat pengakuan orang sekelas.

"Enggak juga tuh hehehe, canda yaa, kenalin nama gue Hendra Hermawan, hobi gue main bola, jadi kemungkinan gua ikut ekskul bola, salam kenal semuanya"

Sepak bola? Hahahaha, itu omong kosong, aku bisa bermain, tapi cukup lucu ketika disebut sebagai hobi, karena nyatanya tidak semahir itu.

Sepertinya aku telah berhasil memulai langkahku.

Sesi perkenalan itu disusul oleh anak perempuan berambut pirang bernama Audrey, Ia sangat cantik, dari pandangan orang - orang, kami sepakat bahwa ia calon ratu di kelas.
Sepertinya dalam mimpi pun aku tidak akan mampu mengajaknya berbicara.

Sesi perkenalan hampir selesai, namun penghuni bangku samping diriku ini masih belum menunjukan batang hidungnya.

Seisi kelas terfokus pada orang yang mengetuk pintu, aku bisa langsung tahu bahwa ia adalah teman sebangku-ku, tingginya sekitar 187 cm, wajahnya tampan, tapi setelah melihat caranya melakukan perkenalan dan karena kacamatanya, pandanganku terhadapnya adalah nerd yang langka, dan Ia adalah calon pecundang di kelas yang tidak akan memiliki teman. Sebaiknya aku tidak usah terlalu terlibat dengannya, dan lagi apa - apaan, namanya aneh banget, Zeta Kudo pfft, dipikirnya lagi cosplay kali.

***

Saat acara demonstrasi ekskul, aku langsung pergi menuju stand ekskul sepak bola. Challenge Juggling adalah demo untuk menarik perhatian calon rekrutan.

Aku mencoba challenge ekskul tersebut, untuk menarik perhatian anak perempuan di kelasku.

Sayangnya juggling ku tidak bisa mencapai 10 kali. Anak - anak kelasku sibuk dalam pencarian ekskul yang akan mereka jalani, ternyata tidak ada yang memperhatikan diriku.

"Tch... Ga asik"

Hari pertama masuk SMA terasa singkat, karena bel tanda berakhirnya kehidupan sekolah telah berbunyi.

Aku mengambil tas, jalan - jalan sebentar di lorong - lorong sekolah, karena masih tidak kusangka bisa masuk salah satu SMA favorit di distrik Garam.

Menelusuri lantai 4 dimana terdapat laboratorium instrumen kimia, serta ruangan - ruangan ekskul. Keadaan ini membuatku menyadari aku harus berusaha dengan lebih baik lagi agar bisa berubah.

Jam menunjukan pukul 15.00 sore, waktu yang cukup lama untukku menelusuri sekolah 1 jam setelah bel pulang. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang, melewati gerbang, menyebrang jalan, dan sampai di trotoar iconic karena dekat panti pijat.

Kepalaku tiba - tiba pusing, mataku gelap dan rasa kantuk menerjang diriku.

Kesadaranku mulai kembali, aku berdiri di trotoar itu rasanya sudah cukup lama, namun saat melihat jam tangan, ternyata waktu hanya berlalu 2 menit, dan yang membuat diriku lebih kaget adalah tanganku yang memegang dompet seseorang.

"Apa - apaan sih ini, aneh banget?"

Aku membuka dompet tersebut dan melihat kartu identitas pemiliknya, insting penakutku berkata jika aku mengembalikan dompet ini ke pemiliknya aku akan dituduh sebagai pencurinya.

Aku bingung, sekrup di kepalaku berderit memaksaku untuk membuat pilihan. Dewi fortuna memberikan suatu keajaiban berupa kehadiran si Kribo yang ternyata belum pulang ke rumahnya.

"Oi Thomas, sini sebentar!"

Thomas berlari menghampiriku sambil terengah - engah.

"Kenapa Dra?"

"Lu bisa tolongin gua gak? Jadi gua nemu dompet ini di jalan, tapi karena gua ada acara keluarga, jadinya gua gabisa buat balikin ni dompet, itu udah ada nama yang punya, sama alamat rumahnya, tolongin gue ya"

"Eh bangsat, tunggu...."

Aku menyerahkan dompet itu langsung ke tangan Thomas, dan tanpa ba bi bu langsung pergi dari tempat itu.

Keesokan harinya, sebelum jam pertama, sosok gadis manis berjalan menuju mejaku.

"Hendra, kemaren makasih banget udah nemuin dompet bokap gue"

Ternyata dompet yang tiba-tiba ku pegang adalah dompet ayahnya Kirana.

Secara mendadak kribo sial itu mencampuri obrolanku dengan anak gadis.

"Lo kemaren ga sengaja di tabrak sama bokap Kirana kan?"

Bangsat kribo ini ngomong sesuatu yang tidak pernah terjadi.

"Hah? Maksud lo? Gue nemuin dompet itu udah di trotoar kok"

Aku berusaha agar aliran impuls saraf otakku ini bekerja untuk menelaah kejadian kemarin.

Namun hasil nihil yang kudapat, karena aku benar - benar tidak mengingatnya, hal ini sangat tidak logis, karena aku masih ingat kejadian ketika menjelajah sekolah hingga keluar gerbang sekolah.

"Bentar gue inget - inget lagi... Eh.. eh.. kok gua gak inget kejadian abis pulang sekolah kemaren, tau-tau dompet bokap lu udah ada di tangan gue"

Aku mencoba merincikan kejadian janggal itu.

"Asli, gue gabisa inget, gue keluar gerbang, gua sampe di trotoar dan nemuin dompet bokap lu udah ada di tangan gue"

Tanggapan dari mereka tidak kuharapkan, karena mereka melihatku dengan mata ilfeel menganggap diriku sedang berkhayal.

Terutama si kribo sial itu malah menunjukannya dalam kata - kata bahwa diriku adalah orang yang aneh.

Kirana dan Thomas kribo meninggalkan mejaku, aku menoleh ke arah si nerd langka, terlihat bibirnya tersungging, entah apa yang dipikirkannya mengenai diriku.






Destiny DistortionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang