Ayah

6.9K 43 7
                                    


Ternyata, memang benar adanya, bahwa penyesalan akan selalu datang diakhiran.
Penyesalan yang membuat kita merasa telah gagal untuk hidup yang alurnya tidak akan bisa kembali.

Seperti aku contohnya,
Kata yang selalu terngiang dihidupku, adalah ketika ayah bilang, semoga kau bahagia dengan jalanmu nak.

Iyah, jalan yang kupilih, dan aku sangat menyesal akan itu, tapi,seandainya aku bisa kembali, mungkin aku akan memilih jalan yang sama, namun dengan alur yang berbeda.

aku ingin kembali dengan cerita yang berbeda, bilang pada ayah, bahwa maaf atas segala kesalahanku ayah, aku menyayangimu, hanya itu yang ingin kuucapkan pada ayah, namun itu semua tak pernah tewujud hingga ayah berpulang kehadapan tuhan

Ayah, sosok yang mengajariku banyak hal tentang kehidupan, dan memberiku jawaban tentang hidup yang begitu rumit.

Aku benci ayah!"ucapku pada ayah saat itu,aku memang membencinya, karna aku berfikir karna ayah, ibu pergi meninggalkanku.

Raya, ayah lakukan ini demi kamu juga, ayah peduli sama kamu Raya"mohon Ayah saat itu kepadaku.

Udah, aku mau sekolah ayah,aku capek berdebat sama ayah!"ucapku lalu berlalu begitu saja dihadapan ayah.

Disekolah,
Aku berjalan dengan malas,ayah telah merusak moodku saat ini,benar benar rusak.

Woy!, Kamu kenapa sih dari tadi cemberut mulu?"tanya Rena yang heran melihatku.

Biasa, bertengkar lagi sama ayah"ucapku dengan malas sambil menenggelamkan wajahku dibangkuku.

kamu kapan sih mau maafin ayah kamu?, Dia emang salah saat itu,tapi ini semua udah berlalu kan? Memafkan itu nggak buruk kok Ray?"nasehat Rena padaku.

Aish itu karna lo nggak ngerti Ren, gimana rasanya jadi gw! Lo nggak bakalan pernah paham"ucapku langsung melangkah keluar kelas dengan sedikit emosi.

Aku tidak tau hari ini kenapa begitu menyebalkan, dimulai dari ayah sampai Rena. Mereka membuatku kesal saja.
Aku berlari menuju taman belakang, hari ini aku malas bertemu dengan orang orang.

Aduh, kenapa dada gw sesek banget?"ucapku sambil memegang dadaku saat itu, rasanya sangat sesak.

Agar tak terlalu sesak, aku memilih memejamkan mataku, dan bersandar di kursi taman seraya menetralkan nafasku, tampa sadar aku tertidur.
Hingga suara bel pulang berbunyi,aku mulai terbangun.

Gila, aku tertidur begitu lama,untung saja bel pulang berbunyi, kalau tidak aku akan ketiduran hingga malam.

Koridor sekolah mulai sepi, aku beranjak untuk mengambil tasku didalam kelas dan bergegas untuk pulang.

Ditengah perjalanan,mataku tak sengaja melihat sebuah martabak telur,
Itu makanan kesukaan ayah"batinku

Pak berhenti dulu pak?"ucapku kepada supir taksi didepanku, dan turun membeli martabak itu.

Aku heran, kenapa aku selalu membeli martabak ini ketika pulang ke rumah, padahal aku membenci ayah, tapi aku selalu peduli padanya, huh rumit.
Aku menyandarkan kepalaku di jok mobil, hingga tanpa sadar aku telah sampai dirumah.

Rumah sama seperti biasanya, masih dalam keadaan sepi.
Dan hal itu yang membuatku malas untuk pulang.

Aku berjalan menuju dapur, dan memindahkan martabaknya kedalam piring, lalu aku akan menutupnya ditempat saji, agar ayah pulang dia bisa memakannya.

Martabak? Buat ayah?"ucap ayah  membuatku kaget setengah mati, kenapa aku terlihat seperti maling yang sedang mencuri?

Eh?! anu-itu enggak, ini buat Raya tapi Raya udah kenyang,tapi kalau mau makan makan aja, Raya mau keatas"ucapku dengan kikuk.

Cerpen RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang