Prolog

13 2 1
                                    

Menurut Eko, konsep jatuh cinta hanyalah khayalan orang-orang yang hopeless romantic. Selama 23 tahun hidupnya, dia menjalin hubungan atas dasar ketertarikan semata, bukan perasaan mendalam yang orang-orang labeli sebagai "cinta". Hingga akhirnya dia bertemu lagi dengan seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang dia pikir dia benci setengah mati, tapi juga mengacaukan perasaannya hingga membuatnya nyaris gila.

 Seseorang yang dia pikir dia benci setengah mati, tapi juga mengacaukan perasaannya hingga membuatnya nyaris gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana pernah merasakan jatuh cinta dengan begitu hebatnya. Namun sayangnya, dia juga harus merasakan patah hati yang mendalam. Dia pikir, hatinya telah mati rasa. Namun siapa sangka takdir membuatnya kembali merasakan cinta. Cinta yang memabukkan namun menyakitkan secara bersamaan

 Cinta yang memabukkan namun menyakitkan secara bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aduh."

Eko menoleh saat mendengar suara perempuan mengaduh di dekatnya. Matanya melebar saat bola basket yang dilemparnya sembarangan mengenai seseorang.

"Eh sorry, gue nggak tau kalau ada orang." Eko menghampiri korban lemparannya dan meminta maaf.

Gadis itu tersenyum kecil. "Nggak apa-apa kok."

"Eh Nana, cari Rangga ya?" Suara Dewa menginterupsi momen Eko dengan gadis di depannya.

Gadis yang dipanggil Nana mengangguk. "Iya, Kak, tadi Kak Rangga ngajak ketemu di lapangan basket katanya."

"Rangga masih nemuin wali kelas di ruang guru. Dia kan lama nggak masuk gara-gara cidera kemarin. Tunggu aja, bentar lagi juga ke sini anaknya."

"Aku susulin aja deh, Kak."

Gadis bernama Nana itu berpamitan dan mengangguk kecil pada Eko dan teman-temannya sebelum pergi meninggalkan lapangan basket.

"Siapa sih, Bang?" tanya Dimas yang dari tadi diam saja.

"Gebetannya Rangga. Seangkatan kalian berdua kok. Kalian nggak kenal?"

Eko dan Dimas kompak menggeleng. Mata Eko tidak lepas dari Nana yang sudah menjauh, memperhatikan bagaimana gadis itu berjalan sambil mengikat rambutnya yang beterbangan terkena angin.

"Jangan diliatin mulu, Ko, punya Rangga tuh," tegur Dewa.

Eko hanya mengangkat bahu tidak peduli. Tangannya mengambil bola basket yang tadi sempat dia lempar dan memainkannya kembali.

Lucu. Boleh juga selera Bang Rangga. Batin Eko.

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang