D. Dinamo
Satu sosok buram yang pertama kali terlihat oleh matanya adalah Hinata. Semakin jelas oleh penglihatan kala Sasuke berkedip memfokuskan retina. Rambut biru indigo panjangnya, beserta kedua iris rembulan selayaknya mutiara, juga aroma lavendernya. Sentuhan halus jemari yang mengitari sebelah wajah Sasuke, menyadarkan Sasuke bahwa... keberuntungan sedang berpihak padanya, dengan menghadirkan sesosok malaikat berwujud manusia. Jika Tuhan itu memang ada, Sasuke berterimakasih dalam kehidupannya karena adanya Hinata, membuat Sasuke merasa hidup. Posisi Sasuke sedang tengkurap di atas ranjang diiringi Hinata di sebelah lelaki itu.
"Aku sudah memberitahumu untuk tidak minum-minuman berlebihan sampai mabuk seperti ini." Suara lembutnya menyelimuti indera pendengaran Sasuke. Tidak. Sasuke tidak mabuk. Dia hanya... sedikit... mabuk. Sedikit saja. Tidak benar-benar sepenuhnya. Hinata kembali mengusap keringat Sasuke akibat hawa panas dari efek samping alkohol. Sasuke membiarkan Hinata-kekasihnya mengusap bagian-bagian tubuhnya. "Ada apa Sasuke? Kau bisa cerita padaku, bukan melampiaskan kemarahanmu dengan minum-minuman seperti ini. Perutmu bisa sakit."
Kecupan singkat di kelopak mata sebelah kanan diterima Sasuke saat lelaki itu tak kunjung menjawab. "Hei ada apa?" tanya Hinata khawatir. Sasuke bangkit sebentar, untuk menarik Hinata dalam jangkauan. Memberi dekapan rakus. Membiarkan tubuhnya jatuh sepenuhnya pada Hinata yang kini berada di bawah kedominan lelaki itu. Memilih tidak bercerita apa pun dan memperdalam pelukan.
Hinata seperti dinamo, sebuah komponen yang bekerja untuk menggerakkan maupun memutar roda dalam menjalankan kendaraan bermesin. Dalam kasus Sasuke, perempuan itu merupakan penggerak, yang mampu membuat Sasuke tetap melangkah maju meski seluruh dunia tidak pernah memihaknya. Meski kegagalan selalu saja datang, walaupun Sasuke sudah berusaha semaksimal apa yang ia bisa, demi membangun sebuah kekayaan, dimulai bisnis kecil. Apalagi Sasuke tidak memiliki pendukung karena kedua orang tuanya telah tiada. Itulah mengapa Sasuke menyadarkan dirinya sepenuhnya pada Hinata tanpa rasa ketakutan kehilangan. Memperlihatkan kelemahan yang seharusnya tidak dilihatkan seorang Uchiha. "Hinata aku mulai lelah."
"Tidak apa besok kita coba lagi. Sekarang istirahat. Tetapi lain kali, tidak ada minum-minuman Sasuke." Tepukan di bahu, turun ke punggung, membuat kantuk menguasai. Terlebih alkohol masih menyertai. Padahal Sasuke hanya menguntaikan satu kalimat keluhan, begitu saja, Hinata seolah mengerti apa yang menjadi beban si Uchiha. Terimakasih pada Hinata dengan segala pengertiannya.
"Hmm..." Sasuke bergumam mengiyakan tidak jelas.
"Besok aku akan masak yang banyak agar Sasuke-kun tidak bersedih lagi," lanjut Hinata bersama ketenangannya.
"Hmm..." Dan Sasuke rasa ia sudah pada batas kesadarannya. Membiarkan kantuk datang membawanya pada alam mimpi. Beserta kehangatan yang selalu datang dari kekasihnya.
End