E. Elektron
Konohamaru terjatuh setelah tiga kupon makanan kedai gratisnya direbut paksa. Air matanya berlinangan keluar. Benar-benar sakit sekali setelah dipukul oleh Sasuke yang lebih tua dan besar darinya. "Akan kuadukan kau pada Kakekku!" ancam bocah itu setelah kesulitan berdiri, ia memegang pipi yang berdenyut perih. "Kakeekkk ada orang jahat yang mengambil kuponkuuu!" jeritnya cengeng, berlari menjauhi orang asing bernama Sasuke itu. Sebelum benar-benar menjauh, Konohamaru berhenti sebentar untuk berbalik. "Kakekku adalah hokage!" ancamnya sampai satu gigi berlubang depan itu kelihatan, bersama alis mengkerut-kerut. Kemudian ia kembali berlari disertai pakaian berkibar. "Huaaa."
Jika bocah bernama Konohamaru tersebut berumur 7 tahun, Sasuke adalah anak yang berumur 10 tahun. Anak itu menunduk menghampiri Hinata di belakangnya yang masih berumur 5 tahun. Menggendong perempuan itu, berjalan ke arah sebaliknya untuk ke kedai makanan dango.
"Nii-san, bukannya tidak boleh mengambil benda milik orang lain?" tanya Hinata bersama kedua tangan terangkul di leher Sasuke. Adik-kakak yang hidup di jalanan karena kedua orangtua mereka telah mati sesudah perang shinobi usai.
"Tidak masalah, dia yang duluan mengejekmu." Sasuke berhenti, lalu memesan di kedai dengan 1 kupon. Hinata diberi satu tusuk dango sedangkan Sasuke memakan satunya. Mereka terus berjalan ke kedai ichiraku ramen. "Lagipula dia adalah anak dari kalangan berada, tidak seperti kita. Biar saja." Lanjutnya bersikap elektron-maksudnya partikel sub-atom yang bermuatan negatif. Singkatnya, Sasuke bersama sikap buruk selalu berputar mengelilingi inti atom itu untuk melindunginya. Kau tahu apa isi dari inti atom? Isinya adalah muatan positif dan netral, Hinata selalu bersama sikap baiknya. Mereka menjadi pelengkap. Sepasang adik kakak yang saling bertolak-belakang sifat, tetapi saling tarik-menarik, layaknya inti atom menarik elektron memutarinya sesuai garis edar.
Sasuke mendudukkan sang adik di samping, memesan dua ramen dari kupon curian. Setelah ramen dihidangkan, Sasuke dan Hinata makan lahap bersama-sama, karena, mereka bahkan belum makan apa-apa hari ini. Terakhir kali adalah roti kemarin, itu juga mereka separuhan.
Sasuke menyisihkan daging dan telur ke mangkuk Hinata, sembari melanjutkan sisa mi-nya. "Nii-san tidak suka daging dan telur, jadi untukmu saja."
"Hum!"
Hinata tersenyum lebar dengan kuah mi belepotan. Melihat hal tersebut, secara spontan Sasuke membersihkan dengan tangan telaten. "Pelan-pelan." tegur lelaki itu sekaligus menunjukkan sifat seorang kakak.
Setelah selesai pada makan sore, Sasuke dan Hinata berjalan bersisian bergandengan tangan disertai langit oranye. Matahari tenggelam diwarnai silauan kuning perlahan meredup. Rasa kenyang menyelimuti dua anak menelusuri jalanan Konoha. Entah bagaimana esok dan seterusnya mereka mendapat pangan, akan tetapi, yang terpenting sekarang, perut mereka tidak lagi kelaparan sampai malam.
"Nii-san gendong!" Hinata berlari ke arah di depan, menghentikan paksa langkah Sasuke sembari merentangakan tangan lebar-lebar. Wajah tersiram senja menambah keriangan anak sederhana 5 tahun itu. Sasuke membungkuk sebentar mengiyakan lewat tindakan, tanpa berbicara. Hinata memeluk leher kakaknya serta berceloteh ringan akan apa saja yang lavender itu lihat.
End
* * *
F. Formula
[Formulanya adalah kelemahan+merajuk+tanyakan hal sensitif = keinginan terpenuhi]
Seperti fisika yang mempunyai rumus tertentu berfungsi untuk memecahkan suatu masalah, menghadapi Hinata, Sasuke juga menggunakan ciptaan susunan ketetapan sendiri. Sebab Sasuke tidak ingin kelihatan memaksa padahal sedang memaksa. Intinya begini, dia adalah pelaku, alih-alih ingin terlihat sebagai pelaku malahan dia akan bertingkah selayaknya korban. Dan Hinata bersama kepolosan murni ketidaktauannya adalah bonus besar. Sasuke menyukai segala hal tentang Hinata termasuk bagaimana Hinata memandang dunia.
Pertama tunjukkan kelemahanmu. Maksudnya biarkan dirimu terlihat paling tidak bisa apa-apa tanpa wanita itu. Pelan-pelan mengujarkan keinganmu padanya.
"Hinata aku ingin main." Sehabis bangun tidur, Sasuke sudah mirip lem, karena terus menerus menempel pada Hinata.
Kerutan tiada mengerti tertampak jelas pada dahi perempuan bersandang Hyuuga berganti Uchiha dua bulan yang lalu. "Main apa?" Bingung Hinata linglung-hei, Hinata bahkan belum sepenuhnya sadar akibat terbangun tiba-tiba dari tidurnya. Bagaimana tidak bangun, jika Sasuke terus-terusan tidak bisa diam? Mengganggu bersama jemari jahil.
"Main ini." Sasuke mengarahkan tangan terulur melorotkan kaus Sasuke dipakai Hinata sampai bahu putih itu sedikit tertampak. Juga masih tersisa bekas gigitan.
"S-Sebentar Sasuke-kun!" Hinata menghentikan panik bersama wajah merah.
"Tidak boleh?" rajuk Sasuke sedih seraya menampilkan bibir melengkung ke bawah.
"B-b-bukan begitu." Hinata segera meralat cepat.
Oh-oh! Dan jangan lupa tanyakan hal sensitif padanya. Ini yang terpenting dari semua langkah lainnya! Ini serius.
"Hinata sudah tidak mencintaiku lagi?"
"Apa?" Hinata mengerjap kelewat terkejut. "Apa!? B-bukan begitu!" Ekspresinya benar-benar seolah meminta diterkam oleh Sasuke. Tenang saja, Sasuke menerkam tidak sampai membunuh kok. Haha.
Dan biarkan Hinata berada di ambang kebingungan untuk menjawab.
"Ta-tapi bukankah semalam sudah?" tanya Hinata tiada mengerti dengan jalan pikiran Sasuke.
"Kau sudah tidak mencintaiku Hinata." Sasuke menunduk tenggelam oleh kesedihan kepura-puraannya.
"Astaga Sasuke-kun aku sangat mencintaimu!" pekik Hinata gemas mengecupi wajah Sasuke berulang kali, yang sedang berada di atasnya.
Berikan lelaki itu penghargaan oleh akting luar biasa, karena dalam rentang waktu pendek, kilatan berbahaya itu kelihatan samar di dua mata hitamnya. "Sekali lagi Hinata. Aku ingin main sekali lagi."
Hinata menghela napas tanda penyerahan. "S-Sungguh hanya satu kali?"
Gotcha! Detik-detik keinginan terpenuhi!
"Benar hanya sekali lagi." Dan bahkan iblis saja tahu bahwa Sasuke sudah berbohong mengatakan 'sekali lagi' karena pada kenyataannya, mereka selalu melakukan hal tersebut sampai sore menjelang. Atau sebut saja, Sasuke yang tidak bisa pada batasan 'sekali' saja. Tidak akan bisa. Bagaimana bisa bila wanitanya sesempurna Hinata ini? Tentu saja, Sasuke tidak akan pernah puas. Pula sedikit demi sedikit diam-diam Sasuke sering menyusun formula-formula tertentu, agar bisa menaklukan Hinata, lebih dalam lagi terikat padanya. Terus. Sampai-sampai Hinata tidak bisa hidup tanpa lelaki itu.
End