Part 3

52 4 0
                                    

Rena terus mengusap kepala Rendra, sore ini lelaki itu tampak begitu manja kalau sudah bersama mamanya. Wanita yang sangat berarti baginya.

Mamanya ibarat matahari dihidupnya, Rendra tidak tau kalau tidak ada mama. Akan sehancur apa dirinya.

"Mah, Rendra kangen papa, Em nanti jum'at sore ke makam papa ya." ajak Rendra, menatap foto album yang dipegangnya. Membuka lembar demi lembar. Ya Rendra memang selalu begini. Hanya dengan menatap foto papanya dan mengunjungi makam untuk mengobati rasa rindu akan sosok hero didalam hidupnya.

Andreas, adalah papa terhebat bagi dirinya. Meskipun tak pernah merasakan dekapan hangatnya, namun Rendra begitu menyayanginya. Mama sering bercerita banyak hal tentang papanya, bagaimana dulu waktu muda. Setiap kali bercerita pasti berujung tangis hal itu membuat Rendra tak tega.

Rena mengangguk, tersenyum tipis. "Papa kamu dulu suka bikin onar, dia nyebelin. Suka bangett gangguin mama, setiap hari. Tapi mama jatuh cinta sama papa kamu, gak menyadari perasaan itu. Mama gak suka dan cemburu liat dia deket cewek lain, padahal biasanya gak perduli.." ujar Rena terkekeh diakhir kalimat, mengingat perjalanan romansanya di masa SMA.

Rendra menyimak, menatap mamanya dari bawah, "Mama.. Inget banget pas papa kamu jatuh dari pohon mangga, gara-gara nurutin ngidam waktu hamil kamu. Sampai diurut, kalau diinget-inget lucu juga.." imbuh Rena, tiba-tiba rautnya berubah sendu. Rendra yang paham segera bangkit, dan mendekap mamanya sayang.

"Papa udah bahagia mah, Jangan nangis terus. Rendra ikut sakit liatnya." cicit Rendra, kelemahannya ada pada ibunya. Dia amat sangat mencintai Wanita yang didekapnya, melindunginya. Merawatnya, seorang diri, dengan sabar dan ikhlas. Menjadi single parent tentu bukanlah hal yang mudah. Rendra tau itu.

Rena menghapus airmatanya, ia memang sering menangis. Bahkan tubuhnya kurusan, mungkin karena terlalu banyak pikiran dan kurang istirahat. Dikarenakan mengurus butiknya yang lumayan berkembang pesat.

"Mama kok kurusan, mama kurang tidur pasti. Rendra gak suka mama yang gila kerja gini, mama harus istirahat pokoknya. Dua hari jangan masuk kerja, biar Rendra yang ngomong ke sekretaris mama." dengan bawelnya Rendra mengomeli Rena, ah lebih tepatnya bentuk kasih sayang.

Rena tersenyum tipis membelai wajah anaknya, nenatap sejenak. Terasa air matanya mengalir lagi, lagi-lagi ia teringat Andreas. Sebesar itu rasa cintanya untuk Andreas.

Rendra yang mengetahui mamanya kembali menangis pun mendekap nya, mengelus punggungnya.

"Udah mah, jangan nangis lagi. Ayo kita siap-siap ke makam papa," Rendra melepas pelukannya, berusaha menghibur sang mama.

"Katanya jum'at sore?" suara mamanya terdengar parau sehabis menangis.

"Sekarang aja, mama udah kangen kan.. Rendra juga." papar Rendra, segera bangkit menuji kamarnya.

******
Di TPU..

Kedua orang ibu dan anak tersebut terlihat terduduk disamping gundukan tanah yang terdapat rumput kecil. Serta taburan bunga yang mengering.

Hanya hening, keduanya asyik memandang nisan didepannya. Didalam hati terus berbicara, menangis hingga bahkan bercerita seolah Andreas mendengarnya.

"Apa kabar mas? Kamu gak kangen aku?" celetuk Rena, mengelus nisan tersebut. Bibirnya bergetar, selalu begini jika sudah mengingat kenangan nya bersama Andreas.

"Aku.. Gagal gak jadi seorang ibu yang kuat? Kata kamu aku gak boleh nangis, aku kangenn.. Kangenn banget peluk kamu, kangen dijahilin kamu." jeda sejenak, memori kilas balik berputar dibenaknya. Membuat Rena menangis lagi. Rasanya ia lebih cengeng setelah ditinggalkan orang yang menjadi penyemangat hidupnya.

Rendra yang melihat itu mengelus bahu sang mama, dirinya ikut berkaca-kaca. Melihat seberapa besar cinta sang mama untuk papanya.

Sampai maut memisahkan, walau raga tak bersama namun hati masih saling mencinta. Rendra ingin seperti orang tuanya, yang mencintai dan selalu setia pada pilihan jodoh yang sebenarnya. Ia walaupun buaya tapi Rendra tak pernah memberikan kepastian, menurutnya mereka hanyalah teman.

Jalan sebatas wajar, berbeda jika bersama Rara, dirinya pasti sudah merangkul dan mencubit pipi gadis itu.

"Pah, Rendra kangen papa.. Rendra janji bakalan jagaain mama, Papa bahagia selalu disana. Rendra selalu kirim doa buat papa," ujar Rendra mengelus nisan tersebut.

Beberapa menit setelahnya kini keduanya beranjak pulang, hari sudah mulai petang. Kedua anak dan ibu tersebut memang suka berlama-lama di makam Andreas. Sekedar melepas kangen.

Sesampainya mereka dirumah, langsung mandi. Dan bergegas menunaikan sholat maghrib.

Setelah selesai, Rena kini turun kebawah hendak memasak makan malam. Dibantu Ria[mamanya] meski usia sudah senja, masih tetap awet muda.

"Abis ke makam Ren?" tanya mama nya. Rena mengangguk sembari memotong bawang.

"Iya mah."

Saat sedang berbincang terdengar bell pintu, membuat Rena bergegas membukakannya. Terlihat disana seorang gadis cantik dengan baju tidur motif doraemon tengah menenteng sebuah kotak bekal.

"Assalamualikum tante Rena,"

"Eh Rara, Waalaikumussalam. Sini masuk sayang," ajak Rena menggiring rara memasuki rumah, dan menutup pintu.

Rara tersenyum, menyodorkan kotak tersebut ke arah Rena. "Ini dari mama tante, mama abis buat donat hehe." ujarnya.

Rena tersenyum hangat, menerima kotak tersebut. "Makasih ya sayang, bilangin makasih juga ke mama." ujar Rena, rara mengangguk patuh.

"Oh ya tante, aku ke atas dulu ya. Mau ke kamar Rendra," pamitnya pada Rena, gadis itu memang sering ke rumahnya. Bahkan bolak-balik ke kamar Rendra sudah biasa, Rara sudah dianggap keluarga disini. Karena sedari kecil kedekataan Rendra dan Rara.

Tak mengetuk pintu, Rara segera membuka kamar Rendra. Dan langsung membanting tubuhnya di ranjang, membuat Rendra yang sedang berbaring santai terkejut.

"Gak sopan lo Ra." cetusnya mendengus. Rara hanya menyengir sebagai jawaban. Gadis itu beralih mengacau buku-buku Rendra.

"Tumben rajin?"

"Ck, persiapan ujian tinggal beberapa bulan lagi Ra. Gue pengin banggain mama dengan prestasi gue, do'ain semoga gue bisa kuliah di Oxford." papar Rendra. Menutup buku yang dibacanya. Raut Rara mendadak sedih.

"Nanti kalau lo kuliah jauh, gue sama siapa dong?"

"Bukannya lo seneng kalau gak ada yang nempelin lagi? Jadi lo bisa bebas pacaran sama cowok yang lo suka." lontaran Rendra membuat hati Rara berdenyut, entah apa.

Rara tak menjawab membuat suasana menjadi hening.

"Ngapain kesini?"

"Lah? Katanya malam ini disuruh ke rumah lo, gimana sih!" Rara mendengus sebal, dirinya beranjak duduk di ranjang melipat tangannya di dada.

Rendra terkekeh, dan mendekat ke arah Rara. "Gue lupa, permintaan selama seminggu kan?"

"Gak sekarang, tapi nanti. Udah yuk turun, gue laper." ajak Rendra, beranjak membuka pintu kamar disusul Rara.

Rara masih kebingungan, apakah ucapannya tadi siang membuat Rendra sakit hati? Ah otak kecilnya terus berasumsi buruk.

Mending ikut makan bersama tante Rena, masakannya memang juara. Membuat Rara betah jika tinggal disini.





Maaf ya guys klo kurang memuaskan:)
Selalu support terus!! Up tergantung antusias kalian!!

Jngn lupa votee nya! Jngn lupa komenn nya untuk memberikan suport buat cerita mereka.

Cek typo gess!!

Jngn lupa follow my instagram: ravelchann
Instagram rendra: alvrzrendra_
Instagram rara: fabio_rarakyna

See you ❤
Keep strong
Keep smile
Keep dreaming:v

Puppy love [Sequel Rendra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang