Chapter 5 - Bye bye, my blue

22 8 0
                                    


Hari itu datang juga. Kyna selalu dihantui, tetapi tidak pernah menyangka akan datang secepat ini. Rasanya seperti berciuman seraya menatap jam pasir yang tidak bisa dihentikan.

Sepertinya Haruka benar. Dunia tidak adil. Mereka diberi waktu lebih sedikit daripada yang diperlukan. Bahkan, dunia tidak menyediakan waktu untuk merajuk ataupun berdebat.

Kyna masih ingat ketika mereka pertama bertemu, masa-masa tatkala segalanya terasa baru dan menyenangkan, ketika waktu tidak mengejar mereka seperti kanker, tatkala mereka seperti anak kecil yang berjanji akan selalu bersama, kemudian dunia dengan kejamnya memisahkan hari-hari ketika mereka saling menyayangi sampai menutupi segala rasa sakit yang ada.

Sayangnya, seiring waktu berjalan, rasa sakit itu menjadi kentara dan bertambah besar.

Seakan-akan mereka hanya menunggu waktu untuk meledak.

Ada banyak tipe orang di dunia ini. Haruka tipe yang meyakini bahwa bintang terlihat cantik karena ia sangat jauh. Jarak membuat beberapa hal terlihat berbeda. Ada beberapa hal yang hanya bisa dilihat dari jauh dan sudah semestinya begitu.

Namun, Kyna berbeda.

Gadis Irlandia itu tetap manis, sejak ia datang di malam musim dingin, menyeret kopor dengan sisa-sisa tenaganya sampai ketika ia menyeret kopornya pergi. Kyna tidak pernah terlihat berbeda. Dia tetap bersinar, tidak peduli dari sisi mana Haruka coba menatapnya.

Semenjak bersama gadis itu, Haruka yang hanya bisa menerima alasan masuk akal seolah dipaksa melawan hukum alam. Ia harus memelihara bunga agar tetap mekar dan tidak layu. Menjaga lilin agar tidak padam tertiup angin.

Namun, semesta selalu punya cara untuk melawannya. Bunga itu tidak layu, tetapi terbawa angin. Lilin mereka padam. Penyebabnya bukan angin.

Tetapi waktu.

Seperti dirinya, dan Kyna.


***


Matahari merambat naik di bingkai jendela,

menyinari kamar sederhana dan rapi Kyna McCarthy. Sebentar lagi, kamar itu akan kembali seperti semula ketika dimiliki Yuka Hikari-rapi dan elegan.

Sang Surya terbangun terlambat di hari terakhir ini. Kyna sudah terjaga sejak subuh. Gadis itu mandi terlalu pagi dan berpakaian lebih awal. Awalnya, Kyna tidak tahu mengapa ia berbuat seperti itu. Ternyata untuk berdiri di depan cermin lebih lama.

Kyna memandangi pantulan dirinya, terpaku pada bias itu, tetapi pikirannya telah menjelajah ke mana-mana.

Ini adalah hari terakhir Kyna memakai seragam. Di Irlandia, murid-murid di kebanyakan sekolah dibebaskan memilih busananya sendiri. Kyna berpikir untuk tampil serapi mungkin.

Perlahan ujung jemarinya menyisiri rambut hitam legam itu. Sudah jauh lebih panjang dari sejak ia datang kemari. Netranya bergulir ke bawah, melihat name tag. Tulisan Kyna McCarthy tercetak jelas di atas arkilik.

Ia mengenggam benda berkilauan itu penuh kesedihan, lalu mengembuskan napas panjang.

Kyna belum siap untuk semuanya. Untuk melepaskan name tag berhuruf katakana, mengganti seragamnya, dan mencopot sweter rompi sarat kenangan.

Merasa percuma memandangi profil dirinya, Kyna beranjak, duduk di tepi ranjang. Ia sudah merasa sangat lelah bahkan sebelum memulai aktivitas. Untuk kedua kalinya, Kyna mengamati kamar itu bukan sebagai kamar, tetapi sebagai tempatnya berpulang.

Journey of The Heart - ココロノタビTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang