BAB 1

15 0 0
                                    

Selamat Membaca❤️

*****

Di ruang makan, seorang perempuan berusia 16 tahun berseragam putih abu-abu sedang menikmati nasi goreng bersama ibu dan ayahnya. Namanya Kirana Larasati atau biasa dipanggil Ana. Dari tadi Kirana sesekali melirik ibunya. Ia ingin meminta uang tambahan untuk membeli buku, namun Kirana merasa berat sekali mengatakannya.

"Kamu kenapa dari tadi ngelirik ibu?" tanya Satria. Ayah Kirana.

Kirana yang baru saja melirik ibunya langsung kaget karena ayahnya ternyata memperhatikannya.

"Gapapa kok yah" jawab Kirana.

Satria menaikkan alisnya. "Gapapa gimana?"

"Ada apa Na? Kalau kamu mau bilang sesuatu sama ibu, bilang aja Na" ucap Maya. Ibu Kirana.

Dengan berat hati Kirana pun mengatakannya. "Aku mau minta uang tambahan Bu buat beli buku" ujar Ana lalu menunduk.

Satria dan Maya pun langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka sudah paham sifat anaknya. Satria hanya tersenyum lalu melanjutkan makannya.

"Kebiasaan deh. Lain kali langsung bilang aja yah Na"

"Iya Bu"

Maya pergi mengambil dompet di dalam kamar. kirana pun juga ikut melanjutkan makannya sambil menunggu ibunya.

*****

Pukul 07:00 di kelas XII IPS 1 SMA Bintang Negara, sudah nampak ramai, 15 menit lagi bel apel pagi berbunyi. Dari arah pintu masuk, seorang perempuan bertubuh mungil dan berambut pendek baru saja masuk ke kelas. Ia berjalan menuju bangkunya.

"Selamat Pagi Ana dan Ema" sapa perempuan tersebut.

"Pagi Difa" ucap Kirana dan Ema bersamaan. Ema dan Difa adalah sahabat Kirana di sekolah.

Kirana dan Ema duduk sebangku sedangkan Difa duduk di belakang mereka bersama dengan Tito.

Saat Difa sudah duduk di kursinya. Ema langsung berbalik meminta buku tugas Kirana yang Difa pinjam 2 hari yang lalu.

"Buku Ana mana? tanya Ema.

Difa mengkerutkan alisnya. "Buku Ana? Ya ada sama Ana lah"

Ema menatap Difa malas. "Lo minjem buku tugas sejarah Ana kan?

Difa menepuk jidatnya. "Astaghfirullah"

Saat itu juga Kirana langsung berbalik ke arah Difa. Pikirannya saat ini bukunya dibawa Difa ke sekolah.

"Na maaf" ucap Difa dengan sedih.

Permintaan maaf dari Difa membuat Kirana dan Ema sudah mengerti jika Difa tidak membawa buku itu ke sekolah.

"Hayoloh. Ana marah" ucap Ema menakuti Difa.

Difa pun melirik Kirana. Ia melihat sahabatnya itu sedang mencari sesuatu di tasnya. Tapi ia tidak berani bicara dengan Kirana.

"Lo ada buku tulis kosong nggak?" tanya Kirana kepada Ema.

"Ada"

Ema langsung mengambil buku tulis di tasnya kemudian memberikannya ke Kirana.

"Makasih Ma"

Tanpa mempermasalahkan bukunya, Kirana langsung mengerjakan kembali tugas sejarah. Ia memanfaatkan waktu untuk mengerjakan kembali tugas sejarahnya.

"Sini buku tugas sejarah lo!" Ucap Ema meminta buku Difa. Dan langsung saja Difa memberikannya.

"Lo salin aja tugas Difa. Kan semua jawabannya lo yang kerjain" ujar Ema memberikan buku Difa ke Kirana.

"Oh iya. Makasih Ma"

Tanpa Kirana dan Ema sadari, di belakang Difa tersenyum.

"Baru kali ini Ana nyalin tugas gue. Biasanya gue yang nyalin tugasnya" kata Difa dalam hati.

*****

Bel pulang sekolah telah berbunyi 10 menit yang lalu. Di depan gerbang sekolah masih nampak ramai. Ada yang menunggu jemputan dan ada juga yang masih nongkrong sambil bercerita. Kirana saat ini pun masih berdiri disana bersama kedua sahabatnya.

"Na ikut yah ke rumah Haris" ucap Difa mengajak Kirana ke rumah pacarnya yang bernama Haris.

"Nggak dulu deh, gue mau pulang aja Fa. Soalnya capek banget"

"Lo masih marah yah sama gue?" tanya Difa.

Kirana langsung menggelengkan kepalanya. Itu artinya ia sudah memaafkan Difa dan tidak lagi mempermasalahkan buku yang Difa lupa.

"Plis Na. Kali ini aja yah? Soalnya di rumah gue gak ada siapa-siapa. Terus Haris dari kemarin ngajak gue ke rumahnya. Masa gue tolak terus Na" ujar Difa memohon.

"Yaudah sih kan ada gue. Ana tuh capek tau. Jangan di paksa!" kata Ema dengan nada kesal.

"Iya sama Ema aja dulu. Lain kali gue ikut kok" ucap Kirana.

"Tapi Na, gue udah bilang sama nyokap bokap kalau gue pergi sama anaknya om Satria dan tante Maya"

Kirana dan Ema saling berpandangan. Lagi dan lagi Difa selalu menyebut nama Kirana ke orang tuanya supaya ia mendapat izin pergi. Karena orang tua Difa seratus persen percaya Difa aman jika bersama Kirana.

"Segitu gak percayanya lo sama gue Fa" ucap Ema cemburu.

"Bukan gitu Ma. Lo tau kan kalo nyokap bokap gue tuh cuma percaya sama Ana. Kalo lo kan__"

Belum sempat Difa melanjutkan kalimatnya, Ema langsung memotong. "Iya iya gue kan pernah bonceng lo terus lo jatuh gara-gara gue gak hati-hati"

"Tuh tau"

"Ihh nyebelin banget sih lo" ketus Ema.

"Yaudah gue ikut. Tapi jangan lama-lama yah" ucap Kirana.

Mata Difa pun berbinar. Ia langsung mengambil mobilnya di parkiran lalu menuju ke rumah Haris bersama Kirana. Sedangkan Ema naik motor sendiri ke rumah Haris.

*****

Terimah kasih sudah membaca✨
Jangan lupa vote dan komen yah!!

Maaf kalau bahasanya tidak mudah dipahami. Soalnya masih pemula:)

#18September2022

Donat Toping KecapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang