Bab 5

473 45 3
                                    

"Zack..."

"Zack, bangun..."

"Zarkhoni Idris..."

Aku terjaga ketika aku rasa bahuku digoncangkan seseorang. Aku membuka mataku perlahan-lahan.

Skrin komputer masih terbuka di hadapan. Aku angkat kepalaku yang agak berat.

"You fell asleep." Aku terdengar suara yang mengejutkanku tadi berbunyi lagi.

"Lama ke?"

"Lama juga."

Aku mengeliat membetulkan urat sebelum memandang skrin komputer dan aku pandang dia.

"Sorry." Aku mengucapkannya.

"Nevermind."

Aku terbau bauan minyak wangi yang sangat menusuk hidung. Aku tahu ianya datang daripada dia tapi aku diamkan saja. Sesekali aku mengerling ke arahnya cuba melihat apa yang dia sedang lakukan.

"You know you can just stop working and just look at me and adore what you see."

"Huh? Maksud Fathir?"

"I know you are looking at my face the whole time. Now look..." Dia menarik muka mamaiku memandang mukanya. "I like your eyes."

"Tapi Fathir punya cantik lagi."

"Aku jatuh cinta sama matamu enggak seperti aku suka sama mataku sendiri."

They were right about Indonesian. They are sweet with words. Very sweet.

"Fathir ni gurau sajalah."

"No, I'm not." Dia menjawab sambil mengelus lembut rambutku. "Why would I?"

Aku menolak tangannya lembut sambil dengan senyuman di wajahku. Dia masih tak berganjak dari posisinya.

"Fathir, saya tak selesa."

"You say that now. I bet, in no time, you will fell under my spell."

"What spell?"

"Anything. Love charm, maybe."

"Tapi saya suka perempuan, Fathir."

Dia mendekatkan kepalanya dengan telingaku. "I don't care about your preference. What I know is, this lips..." Dia melalukan jarinya di bibirku. "Shall be mine to kiss soon."

Kenapa aku rasa menggigil tapi aku entah kenapa, sukakan sensasi seperti itu? Kenapa dengan aku ni?

"Can I kiss you, Zack?"

Aku diam membatu.

"Can I, Zarkhoni?"

"I don't know, Fathir."

"I promise, if you let me to love you, kau akan merasakan bagaimana keindahan bulan itu secara literal."

Aku tersenyum lagi.

"Biarlah hanya di dalam mimpi, kita saling melepaskan rindu. Biarlah hanya di dalam mimpi, ku cumbui bayang dirimu..."

"Kau satu segalanya bagiku, di antara berjuta di sana. Kau saja belahan jiwa ini, tak ingin yang lain di sisiku."

Aku dengar saja dia menyanyikan lagi itu dengan penuh perasaan. Lagunya memang lembut sahaja sifatnya. Sedap saja pada suaranya.

"You like that song?" Aku bertanya kepada dia.

"Why did you ask me that?"

"Selalu dengar Fathir nyanyi."

Dia senyum sahaja. Senyuman terindah pernah aku pernah lihat daripada sesiapa sahaja yang aku kenal.

... Dalam SelimutWhere stories live. Discover now