"Mereka sedang sibuk, makanya mereka tidak menjenguk Tuan Muda akhir-akhir ini," jawab Bibi pengasuh.
"Bukan akhir-akhir ini, mereka memang tak pernah menjengukku. Sudah 2 minggu Vino di sini, tapi tidak ada tanda-tanda kehadiran mereka. Bahkan saat Vino baru sadar, yang pertama kali Vino lihat adalah Bibi," terpancar dari kedua matanya jika Vino sangat sedih.
"Tuan Muda, tadi Bibi menelepon Tuan Besar. Katanya, Tuan Besar akan menjenguk Tuan Muda seminggu lagi, jadi Tuan Muda harus bersabar sebentar lagi," ujar Bibi pengasuh sambil mengelus surai lembut rambut tuan mudanya yang sedang duduk di brankar.
"Benarkah?" Vino bertanya untuk memastikannya.
"Tentu saja," melihat jawaban yang sangat tegas, meski jawabannya tegas tapi mata dari Bibi pengasuhnya tidak bisa membohonginya. Vino hanya tersenyum sebagai tanggapannya, membuat Bibi pengasuh merasa bersalah melihatnya, tapi ia tidak ingin membuat tuan mudanya semakin murung.
Malam pun tiba, Bibi pengasuh minta izin untuk keluar sebentar. Vino mengizinkannya, setelah tidak sengaja melihat jika Bibi pengasuh terus memegang handphone-nya erat dan mulai meninggalkan dirinya sendiri di ruangannya.
Vino berdiri dari kasurnya, berjalan ke arah pintu, hendak ingin membuka pintu ruangannya. Telinganya tak sengaja mendengar pembicaraan Bibi pengasuh dengan seseorang yang ia telepon.
"Hallo, Tuan."
"Ada apa?" jawaban dari arah seberang telepon.
Mendengar suara pria yang terdengar dingin itu membuat Vino yakin jika itu salah satu dari mereka.
"Bisakah Tuan kemari? Tuan Muda terus menanyakan Tuan dan yang lainnya. Sepertinya Tuan Muda sangat merindukan Tuan dan yang lain
"Saya sibuk, saya tidak bisa datang kesana. Sebagai gantinya, saya akan mengirimkan uang untuk anak itu." Telepon dimatikan secara sepihak.
"...."
....
Seminggu kemudian, Vino dinyatakan bisa pulang sekarang. Vino membereskan perlengkapan dirinya yang selama ini di rumah sakit. Memangnya apa yang perlu dia bereskan? Ia hanya perlu membereskan dirinya sendiri.
"Tuan muda," memanggil tuan mudanya dengan tatapan sedih.
"Tidak apa, bibi. Vino sudah menduganya kok," menoleh ke arah bibi pengasuh dan tersenyum.
"Bibi, ayo pergi," memegang lengan bibi pengasuhnya dan mulai keluar dari ruangannya hanya dengan membawa pakaian gantinya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINO ALVARENZA
Teen Fiction"Eh, si anak ayam," "Anak ayam mata lo," "Ya, habis bibir lo mirip anak ayam, di majuin segala," "Ngaca," ... "Duh Gusti, luluh dikit napa," "Udah luluh, eh malah kumat, dasar iblis," Rank:🐤# 2 #bxb dari 47,8 Rb cerita ( 26/11/2022 ) 1 #vino...