2

262 39 2
                                    

"Renjun, bukankah ini peringatan meninggalnya paman Qian?" Lee Donghyuck yang baru menyiapkan makanan bertanya pada sahabatnya yang baru saja selesai membereskan peralatan melukis.

Huang Renjun terdiam, dia lupa. Sungguh dia tidak ingat jika hari ini adalah peringatan perginya salah satu orang paling berharga dalam hidupnya.

"Ah benar, aku lupa. Tapi aku sudah membuat janji dengan pelanggan kita untuk memberikan lukisan yang ia pesan hari ini, aku tidak mungkin mengingkarinya. Dia sudah membayar."

Lee Donghyuck terkekeh melihat wajah linglung Huang Renjun, dia mendekat dan memukul kepala Huang Renjun seenaknya. Tidak sakit memang, tapi itu cukup membuat Huang Renjun sedikit kesal.

"Kau ini apa-apaan?" Tanyanya tak terima sembari mengusap-usap bekas pukulan Lee Donghyuck.

"Kau ini hilang ingatan atau apa? Disini masih ada aku yang bisa diandalkan kan?"

Huang Renjun menggeleng tak terima, dia tidak bisa membiarkan Lee Donghyuck pergi sendirian. Dia takut terjadi apa-apa pada pemuda itu, dia takut hal-hal berbahaya bisa menimpa Lee Donghyuck saat dia tidak ada disisinya.

"Tidak Donghyuck, aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendiri."

Lee Donghyuck menghela nafas, dia tahu sahabat baiknya ini sangat khawatir pada dirinya. Tapi sungguh dia pun bisa menjaga dirinya sendiri. Bahkan sebelum dipertemukan dengan Huang Renjun dan pamannya, Lee Donghyuck sudah bertahan hidup dengan banyak hal tak menyenangkan dan berbahaya. Banyaknya ancaman luar tidak membuatnya takut sama sekali, karena dia pun sudah mengalami kerasnya kehidupan bahkan saat dia masih kecil.

Lee Donghyuck mendekati Huang Renjun dan memeluknya. Dia mencoba memberikan ketenangan pada pemuda itu jika semua akan baik-baik saja. "Renjun, aku bisa menjaga diriku sendiri, percayalah padaku. Aku tahu betapa khawatirnya dirimu, tapi tolong kali ini kau bisa mempercayai aku. Bagaimanapun, kita tidak bisa seenaknya membatalkan janji karena kita akan mendapatkan masalah. Tapi hari ini juga hari penting seseorang yang berharga untukmu, kau juga tidak bisa ingkar dari sana. Maka satu-satunya jalan yang kita punya adalah membagi tugas."

Huang Renjun membalas pelukan Lee Donghyuck erat. Ya, dia sangat mengerti apa yang dijelaskan pemuda dalam dekapannya. Tapi dia takut, sangat takut jika satu-satunya orang berarti yang tersisa menghilang dari pandangannya lagi. Dia benci menjadi sendirian didunia ini.

Namun ucapan Lee Donghyuck juga benar, dia tidak bisa menunda salah satu dari keduanya. Dengan tidak rela akhirnya ia menyetujui, sepertinya memang benar dia harus mencoba memberikan kepercayaan pada Lee Donghyuck.

"Baiklah, kau benar. Sekarang ayo kita makan dulu, aku akan mengantarmu sampai persimpangan hutan. Setelah selesai berdoa, aku akan menjemputmu dipasar."

Lee Donghyuck tersenyum manis dan menarik tangan Huang Renjun dengan semangat. Menyenangkan bisa membantu pemuda itu.

***

Sebenarnya mungkin kekhawatiran Huang Renjun bukan hal yang berlebihan, dan Lee Donghyuck memang pantas didampingi dalam setiap hal yang dilakukannya. Dan kali ini Lee Donghyuck memang mengakuinya. Dia sangat membutuhkan Huang Renjun dalam hidupnya.

Karena baru saja beberapa menit terpisah, dia sudah menciptakan masalah untuk dirinya sendiri.

Dia tersesat dihutan!

Terimakasih kepada ingatannya yang buruk itu, dan membuatnya melupakan rute jalan yang biasa dia lalui dengan Huang Renjun.

"Harusnya aku memang menyetujui tawaran Renjun untuk mengantarkanku sampai perbatasan hutan. Sekarang aku harus melewati jalan mana?" Ucapnya penuh kebingungan. Sungguh, rasanya Lee Donghyuck ingin menangis saja.

When Flowers BloomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang