6

166 26 3
                                    

"Kau serius dengan ini kami bisa mengikuti kompetisi? Kau sedang tidak membual kan?" tanya Lee Donghyuck dengan tatapan penuh selidik. Sementara Huang Renjun masih menilik token yang baru saja diberikan oleh Na Jaemin pada mereka. Katanya itu adalah ucapan terimakasih karena mereka berdua telah menyelamatkan nyawanya dan mengobati lukanya sampai sembuh.

Berbeda dengan Lee Donghyuck yang masih memincingkan matanya dengan curiga, Huang Renjun hanya menarik senyuman tipis. "Kami akan menerima ini, terimakasih atas hadiahnya Na Jaemin."

Lee Donghyuck menoleh dengan cepat ke arah suaminya dan memprotes tak terima. "Hey hey, kau percaya semudah itu? Bagaimana jika dia menipu kita?" Lee Donghyuck mendumal sebal, selain ada sedikit kecemburuan itu juga karena Na Jaemin selalu enggan berbicara atau berinteraksi dengan dirinya. Dimata pemuda itu hanya terlihat kekesalan saat berhadapan dengan Lee Donghyuck, entah kenapa.

Huang Renjun menyentil dahi yang lebih muda dengan gemas. Sejak Na Jaemin disini, rasanya mulut kecil itu makin cerewet saja. Membuat Huang Renjun jadi ingin membungkamnya setiap waktu.

"Kita harus menghargai apa yang orang lain berikan. Dan berhenti mencurigai seseorang dengan berlebihan karena cemburu seperti itu, sayang." bisik Huang Renjun membuat Lee Donghyuck merinding karena suara berat suaminya.

Na Jaemin hanya melihat keduanya tak acuh, sudah mulai terbiasa dengan interaksi intim mereka. Lagipula tanpa Lee Donghyuck atau Huang Renjun jelaskan pun Na Jaemin sudah menarik kesimpulan tentang hubungan keduanya, apalagi mengingat dibeberapa malam dia selalu mendengar perpaduan suara erotis dua orang itu ditengah malam.

"Aku akan pergi sekarang."

"Ya Jaemin, berhati-hatilah jangan sampai terluka lagi." ucap Huang Renjun lembut, tak lupa satu senyuman menghiasi wajah tampan berpadu cantiknya.

Na Jaemin ikut membalasnya, dia tak kalah menyematkan senyuman seindah sinar bulan. Tinggal bersama pemuda itu cukup membuatnya merasa memiliki saudara laki-laki. Apalagi dia diperlakukan dan dirawat sangat baik olehnya.

Disamping itu, Lee Donghyuck kembali mencebikkan bibirnya sebal. Berani sekali dua orang itu saling melemparkan senyuman dihadapannya!

Padahal jika dengan dirinya, Na Jaemin itu selalu melihatnya penuh permusuhan tapi coba lihat tatapannya pada Huang Renjun, manis sekali. Rasanya Lee Donghyuck ingin menjahit kelopak mata pemuda itu agar berhenti menatap suaminya. Lee Donghyuck cemburu, sangat!

"Aku akan mengingat itu, Renjun. Sampai jumpa lagi dikompetisi." tutup Na Jaemin lalu segera pergi tanpa mengucapkan kata apapun pada Lee Donghyuck. Lagi-lagi itu membuatnya ingin meledakkan emosi.

Namun seketika emosinya yang memuncak sampai ubun-ubun menghilang saat tangan Huang Renjun mengusap kepalanya. "Jangan cemburu lagi, sekarang Jaemin sudah pergi."

Lee Donghyuck mendelik. Diantara seluruh sikap menyebalkan Huang Renjun, ketidakpekaan inilah yang paling Lee Donghyuck benci.

"Aku tidak cemburu, sangat tidak penting dan buang waktu."

"Benarkah?" Huang Renjun menyeringai.

"Tentu saja benar, memangnya apa yang kau pikirkan huh?"

"Aku pikir karena cemburu kau akan menjadi lebih berani untuk menggodaku ditempat tidur." Wajah Lee Donghyuck seketika merah padam, apalagi kedipan maut Huang Renjun juga tak tertinggal untuk menggoda dirinya.

"Apa-apaan dengan pikiran mesummu itu, Huang?!!"

Dan gelak tawa Huang Renjun menyambut pendengaran Lee Donghyuck setelahnya. Berberapa meter dari tempat keduanya, Na Jaemin mendengus malas.

When Flowers BloomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang