Malam sudah menggantung dilangit sejak tadi, tapi Huang Renjun dan Lee Donghyuck masih dalam perjalanan menuju pondok kecil mereka.
Hari ini sangat melelahkan terlebih untuk Lee Donghyuck. Energi kebahagiannya yang sudah menggebu-gebu sejak pergi dari rumah menguar begitu saja, saat lagi-lagi harapannya kembali pupus.
Dia dan Huang Renjun tidak bisa mengikuti kompetisi karena tidak memiliki token kepesertaan yang hanya bisa didapat jika mereka tergabung dalam sebuah komunitas. Lee Donghyuck tentu protes karena dalam pengumuman disebutkan jika peserta bisa dari kalangan mana saja, tanpa melihat jika mereka memiliki komunitas atau tidak.
Tapi sepertinya itu kesalahan fatal yang Lee Donghyuck abaikan karena terlalu senang, karena saat penjaga memperlihatkan lagi selembar pengumuman, disana jelas tertulis terkhusus untuk pelukis jalanan bisa mengikuti kompetisi jika ada salah satu karya orsinilnya yang sudah dikenal banyak orang dan mereka memiliki nama besar yang dikenal. Tentu saja Lee Donghyuck maupun Huang Renjun tidak memiliki itu.
Pada akhirnya Lee Donghyuck pulang dengan banyak keluhan, ingin memaki orang tapi itu juga kesalahan dirinya karena tidak mencerna kalimat penting itu. Sedang Huang Renjun sejak tadi sudah berusaha menghiburnya sekuat tenaga.
"Sudahlah sayang, jangan terlalu dipikirkan. Masih banyak kesempatan lain selain mengikuti kompetisi kerajaan." Huang Renjun menarik tubuh Lee Donghyuck untuk berjalan lebih dekat dengannya.
"Aku kesal! Kenapa aku tidak menyadari kata-kata itu. Jika aku melihatnya, kita tidak perlu membuang waktu berharga kita untuk mengantri seharian penuh. Aku bahkan beberapa kali membuat pahamu pegal karena aku duduki." Lee Donghycuk memberikan tatapan bersalah pada Huang Renjun.
Bukannya ikut kesal karena waktu dan tenaga mereka terbuang sia-sia, Huang Renjun malah mencubit gemas pipi tembam sang kekasih hati. Dia tidak pernah keberatan dibuat sesusah apapun oleh Lee Donghyuck, jangankan hanya mengantri seharian diminta menyebrangi lautan pun Huang Renjun mau.
Tapi begitulah, kebijakan kerajaan tak bisa dia tentang begitu saja. Etika yang ia pelajari di kekaisaran dulu masih sangat melekat dalam dirinya.
"Tapi dibalik kejadian ini bisa menjadi pelajaran untuk kita kedepannya. Lagipula aku senang saja menjadi kursimu, bahkan menjadi selimutmu malam ini pun mau." Ucap Huang Renjun sembari mengedip genit pada Lee Donghyuck yang mulai merona.
"Mulut manismu begitu berbahaya, Huang!" Setelah menghentakkan kakinya, Lee Donghyuck berjalan lebih cepat, guna menyembunyikan senyuman yang tak bisa ia tahan dari pelaku yang mampu membuat hatinya berdebar gila. Sedang Huang Renjun hanya terkekeh melihat istrinya pura-pura merajuk.
Ditengah perjalanan keduanya dikejutkan dengan sebuah suara gesekan dedaunan dari semak-semak disamping jalan yang mereka lewati. Lee Donghyuck merapatkan dirinya pada tubuh Huang Renjun, dia berbisik dengan pelan. "Renjun, apakah itu binatang buas?"
"Aku tidak tahu, kita harus mendekat untuk memastikannya."
"Tidak, jika itu benar-benar binatang buas maka kita akan mati." Lee Donghyuck menahan tangan Huang Renjun yang mencoba mendekati semak-semak. Mereka baru saja menjadi pasangan, Lee Donghyuck tidak mau mereka menjemput kematian lebih cepat.
Huang Renjun tersenyum kecil, tangannya mengusap tangan Lee Donghyuck lembut. "Lalu bagaimana jika itu seseorang yang membutuhkan bantuan?"
Lee Donghyuck terdiam, kedua pemuda itu sama-sama memiliki hati yang lembut dan bersih. Tidak peduli sesulit apapun kehidupannya untuk mereka berdua, mereka tak pernah sekalipun kehilangan rasa untuk membantu orang lain.
"Kita akan baik-baik saja, aku berjanji. Jika itu benar-benar binatang buas, kau bisa lari karena aku akan menahannya disini."
"Jangan berkata seperti itu, kita baru menikah kemarin. Kenapa seolah aku akan dengan cepat menjadi janda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Flowers Bloom
Short StoryDunia ini bagai panggung, walau ia bagai Raja maka kita akan bertemu lagi untuk mengarungi dunia. Jang-sang, The King and the clown